Senin, 04 Maret 2013

suka jadul bukan berarti kuper

maret?
ya maret. ini sudah bulan ke-3 di sistem penanggalam masehi.
tak terasa. sudah maret saja, sementara diri masih belum terupgrade dengan lebih gagah.
tak mengapa, itu sebuah proses yang terus berkelanjutan asalkan selalu ingat dan mau untuk mengupgrade diri. dengan apa? banyak hal tentunya. :)

oke, teman... artikel pertama saya di bulan maret ini akan membahas mengenai oldies alias "jadul" alias jaman dulu. seberapa menariknya? saya sendiri pun tidak tahu, tetapi mari kita coba untuk diskusi bersama. barangkali ada beberapa hal yang menarik di balik hal tersebut.


saya adalah seorang anak yang lahir dari sebuah keluarga zaman 80-an. sebuah zaman yang saya yakini saat itu masih cukup damai, tidak tergerus oleh pongah pembangunan. pohon masih sangat rindang dan tentunya gaya hidup yang masih sedikit terbelakang. televisi masih menjadi barang langka. mobil baru nongol beberapa saja, dan tentunya peterpan, ungu, ello, andien, semuanya belum terlahir. yang ada saat itu adalah broeri marantika, koes plus, erni djohan, grace simon, tetty kadi, lilis suryani, titik puspa, titik sandhora, dan kawan karibnya yang lain.

saya tahu nama-nama artis tersebut dari bapak saya. ketika saya mulai memahami lagu-lagu, yang saya dengar adalah suara emas dari artis-artis tersebut. hampir setiap hari saya mendengar lagu nostalgia semacam widuri, bunga flamboyan, senja di kaimana, gubahanku, gang kelinci, aku berpisah di st. carolous, dan lain-lain. ajaibnya adalah saya menyukai lagu-lagu tersebut. hingga sekarang bahkan. mungkin itu pulalah sebabnya mengapa saya lebih cenderung menyukai lagu-lagu oldies. bahkan lagu-lagu keroncong semacam sepasang mata bola, bandung selatan di waktu malam, selendang sutera, jembatan merah, bengawan solo, semua saya suka. seperti mendengar sebuah musikalitas berkelas dengan vibrasi yang dahsyat. hehehe.

ada pengalaman menarik yang sering membuat saya berpikir betapa kuper dan jadulnya saya. suatu ketika di kelas 2 SMP, kami sekelas diminta guru kesenian kami untuk menyanyikan lagu bebas di depan kelas. satu per satu anak menyanyikan lagu yang mereka pilih sesuai dengan seleranya masing-masing. sementara anak-anak bernyanyi, sang guru memberikan nilai. saya masih ingat lagu-lagu yang teman-teman saya nyanyikan saat itu: tegar-nya rossa, dan-nya sheila on 7, anugerah terindah yang pernah kumiliki-nya sheila on 7, base jam, dan lain sebagainya. pokoknya lagu-lagu yang sedang hits saat itu yang saya pribadi belum pernah mendengarnya sama sekali. ya sama sekali. betapa kupernya saya bukan?

hingga tiba giliran saya. ketika ditanya mau nyanyi lagu apa? saya jawab dengan nada cukup rendah: "jembatan merah". dengan kadar percaya diri saya yang saat itu masih sangat minim, saya menyanyikan lagu tersebut hingga selesai. dengan suara yang tidak begitu merdu tentunya. ah, saya tidak peduli teman-teman saya akan berkata apa, yang penting saya sudah berhasil melewati ujian nyanyi tersebut. hehehe.

beruntungnya tidak ada komentar aneh dari teman-teman maupun guru saya. namun, yang menarik dari situ adalah saya berpikir bahwa kenapa saya satu-satunya murid dengan umur segitu yang justru menyanyikan lagu lampau dari zaman kapan. hehehe. ya begitulah karena saking terkungkungnya dengan pengetahuan jenis lagu yang saya tahu. hanya sebatas apa yang dimainkan oleh kaset-kaset kesayangan bapak saya. sesederhana itu.

ya, selera musik saya memang berbeda dengan sebagian besar anak muda seumuran saya yang lebih menyukai lagu-lagu pop indonesia, rock, lagu-lagu barat, dan lain-lain. lha saya? keroncong, nostalgia, ebiet. g. ade, dan nasyid. wedeh, jadul pisan yah? hehehe.

tapi tak apa, telisik punya telisik acap kali saya menjumpai rekan-rekan seumuran yang juga memiliki selera musik yang sama. yes, I'am not alone! :) dan beneran deh, senang sekali manakala mengetahui ada orang yang menyukai hal yang sama. saya jadi tidak terlalu merasa aneh. bahkan ketika artikel ini saya tulis, windows media player di laptop saya sedang mendendangkan lagu indah selendang sutra. cakep bener pokoknya :)

sampai sekarang, saya masih setia mendengarkan lagu-lagu oldies tersebut. saya perhatikan lirik-liriknya sederhana tetapi mengena. lagunya mudah dimengerti dan jelas arahannya. namun demikian, bukan berarti saya tidak menyukai lagu-lagu yang up to date lho yah... pada dasarnya saya menyukai lagu yang menurut saya enak didengar, baik itu lagu melow, lagu keras, jazz, keroncong, pop dan lainnya.

saya berpikir bahwa menyukai hal yang jadul bukan berarti kuper alias kurang pergaulan. ini hanyalah masalah selera. buktinya sekarang banyak hal yang mengusung konsep oldies dan banyak diminati, seperti rumah makan, fashion, motor, sepeda, dan lain sebagainya. bahkan mereka-mereka penyuka hal jadul mau dengan rela membentuk komunitas untuk mengukuhkan eksistensinya sebagai penyuka sesuatu yang bersifat oldies. oleh karenanya, suka lagu jadul hanya masalah selera. itu saja.

ya itulah selera musik saya. walau disebut tidak biasa dari kewajaran yang ada, saya tetap akan menyukai lagu-lagu tersebut. seakan mengingatkan saya pada zaman dahulu yang begitu damai. sedamai bandung selatan di waktu malam :)