Selasa, 16 Juli 2013

kegundahan prosesi kenaikan sabuk

selamat dini hari semua,

seperti mahkluk nokturnal kondisi saya malam ini. setelah chatting dengan teman kerja, saya upayakan untuk memejamkan mata nan sendu ini, tetapi tak berhasil juga. mencoba membaca buku Muda Mulia karangan Rendy Saputra, tetapi sedang kurang berselera. saya singkirkan pula buku tersebut dari genggaman tangan dan tatapan mata. toh sebelumnya sang penulis memang meminta kesepakatan untuk membacanya dengan penghayatan, saat suasana hati sedang memang menginginkannya. dan sekarang, ketika saya memang sedang kurang berselera, tak salah kan kiranya? :)

well, akhirnya mengunjungimu adalah pilihan yang saya jatuhkan. rasa-rasanya ada satu hal yang ingin saya tuliskan di sini. kali ini bukan untuk mengejar target setoran tulisan. tetapi hanya ingin berbagi mengenai kisah perkecamukan diri selama 1 jam barusan yang akhirnya berakhir dengan diskusi saya pada ALLAH. dan rasanya tenteram setelahnya. semoga ini bisa dipetik manfaatnya manakala kawan-kawan yang membaca tulisan saya malam ini mengalami hal yang serupa tapi tak sama. eits, maksudnya? hehehe. ya iyalah serupa tapi tak mungkin benar-benar sama kan?

berikut kronologisnya yang dilaporkan langsung dari kota bogor dan sekitarnya. tentang sebuah cerita kegundahan selama 1 jam.


seminggu belakangan ini, saya tengah mengalami kegundahan akan suatu hal. program "kenaikan sabuk" yang tengah saya jalani begitu berliku dari kebanyakan teman saya yang lain yang juga mengalami hal yang serupa. mereka cukup lancar jaya selama proses hingga namanya bertengger dalam sebuah email sebagai orang yang lebih mumpuni.

namun, tak demikian dengan saya. proses yang dimulai per 1 sya'ban 1434 H dan sampai sekarang 7 ramadhan 1434 H, belum juga selesai. perlu waktu lebih dari satu bulan untuk membuat saya belajar arti sebuah proses. arti sebuah kesabaran. arti sebuah pendewasaan diri. dan arti-arti lainnya yang ALLAH hadirkan untuk saya. padahal teman yang lain mungkin hanya memerlukan waktu hanya tidak lebih dari 10 hari.

ya ya ya, memang hanya masalah waktu. akhirnya keputusan apapun yang datang, memang hanya masalah waktu. naik sabuk atau tetap pada sabuk sebelumnya, itu juga masalah waktu. waktu yang akan menjawab semuanya. tentunya saya mengakui sebagai seorang yang iman kepada ketetapan-Nya, waktu yang dipilihkannya tentulah waktu terbaik. waktu yang indah untuk mengajarkan saya arti berserah dan ikhlas atas apa yang dikehendaki-Nya. dan mungkin waktu selama itu, sebetulnya sengaja diporsikan  untuk memastikan apakah memang sudah layak dan pantaskah saya mendapatkan hidangan kenaikan sabuk ini?

hehehe, nyatanya saya seorang manusia yang kadang gatal untuk interupsi menanyakan kepastian tentang waktu. nyatanya saya terkadang gemas untuk mengintip email balasan ALLAH yang saya minta dalam do'a yang pernah saya panjatkan. kegemasan saya, akhirnya menjadi-jadi di malam ini. membuat saya ekstra gundah dan berpikir macam-macam. seolah saya merasa berhak untuk mengetahui secepatnya dan berusaha untuk tegar menerima berita yang datang kelak. "istighfar, suhadi!!! kamu masih perlu bersabar dengan kenaikan sabukmu itu... pantaskan saja dulu niat dan upayamu, urusan hasil biar Dia yang memberinya dengan cara kerjanya yang unik dan tak disangka. sabar ya?! janji???" begitulah suara hati kecil saya.

kegundahan saya malam ini pun, akhirnya saya akhiri dengan sebuah diskusi kepada-Nya. diksusi ringan yang berefek berat. begini yang saya diskusikan pada ALLAH malam ini:

hamba berniat untuk berdiskusi kepada-Mu, ya ALLAH...
hamba menyadari bahwa jalan hidup yang Engkau berikan kepada hamba kerapkali tidak terduga.
mendewasakan hamba dengan cara yang unik.
tetap melatih hamba untuk bersyukur dan fokus pada banyak hal yang diperoleh, dan bukan pada satu atau lain hal yang tengah menggundah.

ya ALLAH...
bolehkah hamba sedikit bertanya kepada-Mu?
apakah salah jika hamba tetap bertahan seperti ini untuk orang lain yang hamba kasihi?
pantaskah hamba mendapatkan ini dengan tujuan untuk membuat orang lain bergembira?
(hening sejenak)
maaf, hamba pikir hamba akan tahu jawabannya kelak.
ketika pada suatu waktu orang lain tersebut akan tersenyum bangga.
ketika orang lain yang boleh hamba bilang keredhoan-Mu juga terletak pada keredhoannya, kelak akan memberikan do'a terbaiknya untuk hamba...

ya ALLAH...
hamba merasa bahwa apa yang hamba diskusikan ini terlalu mengganjal di pikiran.
tapi Engkau senantiasa menghadirkan kedamaian dengan cara-Mu yang tak diketahui.
Engkau mengajak hamba untuk melihat hal lain yang Kau bukakan, tapi kerap tak disadari oleh hamba.

ya ALLAH...
betapa beruntungnya hamba memiliki orang tua yang menyayangi.

saudara seiman yang terus menyemangati.
kawan-kawan dekat yang memperhati.
dan jiwa yang berenergi.
sejujurnya, hamba terkadang luput akan hal tersebut ya ALLAH.
hingga masih pantaskan hamba Engkau golongkan kepada ahli surga?

hamba sedang tidak meminta untuk dimaklumi karena alasan hamba seorang manusia.
yang merasa perlu dimanja untuk dicukupi segala kebutuhannya.
hamba juga sedang tidak meminta untuk difahami karena berstatus manusia yang wajar untuk berkeluh kesah. sama sekali tidak.
hamba memang tak lebih dari secercah jiwa yang meminta untuk selalu Engkau naungi manakala mulai terasa futur...

ya ALLAH...
inilah sebuah diskusi sekaligus do'a yang mengalir dalam kegundahan hamba...
dari jiwa yang tengah rindu dan harap akan surga-Mu. aamiin...

demikianlah cerita kegundahan berdurasi 1 jam yang berkahir dengan jiwa yang tenang dan lapang.
saya menyadari dan mengetahui bahwa di setiap kecemasan, ada ALLAH yang siap untuk diajak berdiskusi guna melapangkan hati dan pikiran. yakinlah akan hal itu!

selamat membaca dan selamat dini hari kembali :)
mari bersahur sebentar lagi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar