Senin, 30 Juni 2014

secuil tentang team QC cibitung (bagian 2)

ini adalah lanjutan dari tulisan saya yang sebelumnya yang berjudul secuil tentang team QC Cibitung yang merupakan cerita mengenai kisah perjalanan paling mengesankan yang pernah dialami oleh masing-masing personil.

sedikit intermezzo, hari ini sebagian besar dari mereka mengadakan buka puasa dadakan. foto yang berhasil dijepret kemudian dikirimkan ke group di whatsapp yang sejenak kemudian membuat saya mengetik: “aaakkk envy”. bagaimana tidak? 7 dari 11 personil QC cibitung yang ada, berkumpul menikmati hidangan yang mereka bawa sendiri dan dinikmati bersama. sungguh suatu kebersamaan yang membuat saya terharu. jika boleh jujur, ini adalah alasan mengapa saya senang bekerja di Cibitung. merekalah kekuatan terbesar yang membuat saya tetap mau memilih bekerja di tempat yang konon banyak orang bilang tidak lebih menyenangkan dibandingkan bogor!

well, untuk mengenal team QC Cibitung yang lain, maka saya akan lanjutkan kisah perjalanan dari rekan-rekan yang lain. beberapa sederhana, tetapi kesederhanaan itulah yang berhasil mengalirkan semangat dan energi yang kuat untuk semua.

Mustofa Latif (QC Raw Material). dia menceritakan bagaimana perjalanannya yang sangat inspiratif ketika harus ke Malang untuk mengikuti presentasi final perlombaan karya ilmiah yang dibuatnya bersama Herdianto. alkisah, ada saja beberapa rintangan yang membuat mereka berdua agak “disulitkan” untuk bisa berangkat ke tempat berlangsungnya acara. bahkan di tengah suasana ingin menyerah, mereka tetap bisa mengalahkan semuanya. tekad yang tak tergoyahkan menjadi modal utama mereka berdua. semangat inilah yang akhirnya membuka kesempatan untuk pergi dapat terlaksana jua. dengan perjalanan yang sangat sederhana (dalam arti sebenarnya), kemudian tiba di tempat acara. mereka terkesima melihat finalis lain yang datang bersama gurunya, orang tuanya dengan menggunakan mobil dan kendaraan pribadi lainnya. sedangkan Mustofa, ia datang dengan kendaraan umum. finalis lain membawa kamera yang bisa dibilang canggih sebagai media dokumentasi dari ajang lomba yang prestigious tersebut, sedangkan Mustofa lagi-lagi harus merasa sedikit tidak percaya diri karena hanya berbekal kamera handphone. singkat cerita, ketika dewan juri mengumumkan pemenang, Mustofa boleh berjumawa karena ia justru menjadi juara pertama dalam lomba tersebut. ia berhasil membuktikan bahwa yang terpenting adalah semangat dan tekad yang kuat, bukan dilihat dari parameter gaya dan materi saja. sungguh, cerita yang bagi saya laksana sebuah kisah-kisah di televisi ini, ternyata benar ada. bukan sinetron dan bukan drama. cerita itu begitu dekat dengan saya. ya, cerita itu milik Mustofa! congratulation ya, Must :)

Helmi Hari Ramdhan (QC Wok In Process), dia menceritakan perjalanan pertamanya ke kota Bogor untuk mengikuti serangkaian test bekerja di PT. Nutrifood Indonesia. bersama beberapa temannya, akhirnya Helmi tiba di Bogor dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. menunggu waktu pagi, ia dan teman-temannya shalat subuh di sebuah masjid, bergantian seperti saling meronda satu sama lain. mereka sadar betul bahwa persahabatan yang sedang mereka ukir tersebut sebetulnya diselimuti pula dengan aura kompetisi. ya, mereka sebetulnya sedang saling bertarung untuk bisa diterima bekerja di perusahaan yang sedang mereka ikhtiarkan. sampai akhirnya, pengumuman siapa saja yang diterima dan siapa yang tidak pecah menjadi ajang isak tangis. beberapa teman yang diputuskan tidak diterima, menangis. sedangkan yang diterima merasa senang, tapi tetap memberikan semangat kepada yang tidak. ini adalah bentuk perjalanan yang telah memberikan makna pentingnya persahabatan bagi Helmi, si bocah yang konon katanya mirip Vidi Aldiano. hehehe…

Sherly Novaria Mosii (QC Wok In Process). ia adalah paling cantik yang dimiliki oleh QC Cibitung. absolut karena memang Sherly adalah satu-satunya perempuan di QC. hahaha. ia menceritakan perjalanannya merayakan tahun baru 2013 ke Ancol bersama keluarganya. mereka berangkat sekeluarga (orang tua, Sherly dan ketiga adiknya) dengan menggunakan mobil. sampai di Ancol, suasananya tak kalah dengan pasar induk. ramai bin padat. Sherly sekeluarga sampai sulit mencari tempat walau hanya untuk sekedar menggelar tikar dan meluruskan kaki. padahal mereka sudah niat sekali membawa makanan yang banyak, rice cooker dan alat makan lainnya supaya bisa piknik dan merasakan kehangatan berkeluarga dengan suasana yang berbeda. namun, Ancol seolah tidak berpihak pada mereka. setelah beberapa jam dalam kondisi ketidakpastian, akhirnya mereka berhasil mendapatkan tempat untuk bisa sekedar makan, bersenda gurau, menikmati kembang api dan bersyukur bahwa perjalanan sederhana seperti itu, memberikan efek seperti serotonin yang mendesir bagi Sherly. ya dia bahagia, sebahagia sekarang bisa menjadi bagian dari keluarga QC Cibitung.

Suhadi (QC). ya ini giliran saya sendiri. saya bercerita mengenai salah satu moment perjalanan yang mengesankan. perjalanan tersebut pernah saya tuliskan juga di blog ini, yaitu: bapak, engkau berikan senja terindah dalam hidup saya denganmu!

sebetulnya masih ada personil lain yang saat dilaksanakannya ESQ-C ini memang tidak hadir, sehingga tidak bisa share kisah perjalanannya yang berkesan. namun demikian, bukan berarti mereka tidak mempunyai perjalanan yang menarik. mereka adalah:

Agist Dwiki Hermawan (QC Toll Manufacturing). dia adalah salah satu yang paling senior dari semuanya. hobi travellingnya tentu telah mengajarkan banyak makna kehidupan untuknya. cukup banyak daerah di indonesia yang sudah dijelajahi olehnya, tapi saya percaya episode Dieng bersama keluarga QC Cibitung menjadi salah satu yang bersejarah untuknya. hehehe pede.

Abram Adi Prasetia (QC Work In Process). dia adalah orang pertama yang mendaratkan kakinya untuk bekerja full sebagai seorang QC di Cibitung ketika pabrik ini mulai beroperasi. keberadaannya memberikan warna tersendiri sebagai keluarga QC. dan saya percaya dengan sifatnya yang supel, bisa membantu personil QC lain menjadi tambah populer. hahaha.

Abdul Muin (QC Admin). dia baru masuk 1 bulan yang lalu, jadi ketika acara ESQ-C dilaksanakan, sebetulnya Muin belum hadir. namun, karakternya yang kuat saya yakin bisa membawa hal yang segar dan menyenangkan untuk keluarga QC Cibitung. selamat datang, Muin! :)

ya itulah, secuil kisah tentang QC Cibitung (part II). keluarga yang begitu menyenangkan bagi saya. merekalah yang telah mengajarkan saya bagaimana untuk menjadi pemimpin yang sebenarnya. merekalah orang-orang yang telah memberikan saya kesempatan untuk bisa menjadi lebih dewasa. dan yang terpenting adalah mereka adalah alasan mengapa sampai saat ini, saya selalu memilih berada di QC Cibitung walaupun kesempatan untuk berada di Bogor itu ada. walau harus pindah tempat tinggal yang mana saya dan istri sudah sangat kerasan berada di Bogor, tapi inilah pilihan hidup. saya percaya bahwa perangkap zona nyaman memang perlu diperangi. tak mengapa berangkat pagi, asalkan saya bisa berada dan hadir secara fisik dan hati untuk terus menginspirasi mereka sekuat yang saya bisa. bukan hadir untuk menjadi atasan mereka, tetapi hadir untuk menjadi teman, untuk menjadi sahabat, untuk menjadi motivator, untuk menjadi orang tua, untuk menjadi inspirator, untuk menjadi apapun yang saya bisa dan yang mereka mau. Insha ALLAH.

teruntuk semua QC cibitung, terserah jika menganggap bahwa tulisan ini lebay dan terlalu dihanyut perasaan. tapi nyatanya saya bukan sedang berbohong. Nnyatanya saya bukan sedang pencitraan. nyatanya inilah perasaan saya pada kalian. nyatanya begitu lincah jari-jemari ini mengetik tulisan ini yang artinya saya menulis dengan hati dan perasaan. bagi orang tipikal melankolis seperti saya, memang tak mudah menyembunyikan perasaan, jadi nikmati saja apa adanya. barangkali ada manfaatnya :)

PQB bergaya di Sam Poo Kong - Semarang

salam semangat selalu ya, team :)
kalau kata Muin (adik termuda di QC Cibitung): “salam PQB!” jawab dengan “aku prima…”

Rabu, 18 Juni 2014

tentang timbangan

di tengah hujan bulan juni kota bogor... dalam sebuah ruangan QC  yang sudah cukup lama saya tidak bekerja di sini.

saya seperti kembali ke masa setahun lalu. ketika masih agak senang bekerja sampai malam. kali ini, saya terjebak tak bisa pulang padahal istri sudah menunggu. maafkan ya :(

lama saya tidak posting di blog ini. kali ini kembali lagi dan mencoba untuk membahas mengenai timbangan. aaapppaaaaa? ga salah denger nih mau ngebahas timbangan? kenapa? karena berat badan naik? hahaha. bukan kok, saya hanya ingin mencoba sharing sisi lain mengenai timbangan.


timbangan. semua orang pasti tahu apa itu timbangan. terbayang berbagai macam wujudnya yang mungkin berbeda-beda. ada timbangan kue, timbangan badan, timbangan sayur, timbangan analitik, dan timbangan lainnya. namun, semuanya memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengukur berat sesuatu benda.

tadi pagi, saya mencoba menimbang berat badan yang ternyata sudah mencapai angka 60. hmmm, naik 2 kg dari sebelum-sebelumnya. pantas saja perut ini terasa sedikit maju (intermezzo satu). kemarin, saya menimbang sebuah bahan bernama maltodekstrin dengan timbangan digital yang memiliki ketelitian 3 angka di belakang koma. artinya, masih bisa digunakan untuk menimbang berat sebesar 0.001 gr dengan cukup akurat (intermezzo dua) hahaha.

namun demikian, pernahkah kawan-kawan mempertanyakan apakah kinerja timbangan itu benar atau salah? terkadang menjumpai ibu-ibu yang rewel jika membeli bawang yang ternyata melihat timbangannya kurang pas antara anak timbang dengan si bawang. terkadang menjumpai seorang analis kimia yang seharusnya menimbang glukosa seberat 4,50 gr tetapi hasil yang tertera di layar timbangan digitalnya adalah 4,51 gr.

perbedaan pengukuran pasti terjadi karena suatu alat memiliki performa terntentu yang tidak 100% akurat. untuk timbangan keperluan analisa laboratorium biasanya dipilih timbangan yang memiliki akurasi yang baik. jika selama pemakaian ternyata mulai menunjukkan perbedaan pengukuran atau selisih yang semakin jauh, maka timbangan tersebut perlu dikalibrasi untuk dikembalikan kepada performa awalnya.

ya itulah timbangan yang dibuat oleh manusia. masih ada error yang diizinkan. bahkan untuk sekelas timbangan yang dibuat di pabrikan terkemuka untuk keperluan analisa yang sangat akurat pun, mereka masih mencantumkan nilai error yang walaupun sangat kecil hingga 0.000001 gr tapi tetaplah itu dinamakan error. tak ada satupun timbangan yang bisa memberikan hasil yang presisi dan tepat 100%.

namun, bagaimana halnya dengan timbangan di akhirat kelak? apakah pahala dan dosa kita juga akan ada error-nya? jadi jika dimisalkan total berat pahala kita adalah sekian, apakah akan menjadi sekian plus sekian atau sekian minus sekian? pun dengan dosa. apakah ada bagian dosa kita yang bisa jadi tidak terbaca dalam timbangan di akhirat nanti? #thinking

jangan salah, di akhirat nanti kita pun akan bertemu dengan timbangan yang disebut dengan al mizan. yesss, setiap amal perbuatan akan ditimbang dengan alat timbangan dalam arti sebenarnya, yaitu sebuah timbangan yang memiliki 2 penampang di kanan dan kiri. tak akan ada error di sana. yang ada hanya keadilan. walau digunakan sampai berkali-kali pun, tidak akan menjadi aus dan tak perlu dikalibrasi. semuanya begitu sempurna sebagai timbangan yang memiliki tingkat akurasi 100% dan kemampuan timbang hingga seberat atom sekalipun. bayangkan berapa berat biji atom?

subahanallahu itulah timbangan di akhirat kelak. begitu takut saya jika membayangkan hal tersebut. entah sisi amal sebelah mana dari diri saya nanti yang akan lebih berat. saya hanya bisa terus berusaha membuat timbangan tersebut bisa bergerak ke bawah pada sisi amal baik saya. aamiin. itulah hisab yang sesungguhnya. semuanya akan dihitung seperti pada firman ALLAH dalam Q.S. Al Anbiya ayat 47 berikut:

47. [28]Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit[29]; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang menghisabnya[30]. - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-36-47.html#sthash.Lrr87n8K.dpuf
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan."

ya, seperti itulah gambarannya. seberat biji sawi pun akan diperhitungkan. maka dari itu, berhati-hati dalam bersikap dan beramal. dan tampaknya bukan lagi suatu hal yang bisa ditawar untuk mulai care alias peduli dengan segala tindak-tanduk kita di dunia ini karena semuanya serba akan diminta pertanggungjawabannya. bentengi hati dengan sikap yang mulia dan niat yang tulus untuk ALLAH supaya segala sesuatu yang positif yang dilakukan bisa menjadi amal kebaikan untuk pemberat timbangan kebaikan nanti.

mumpung sebelum kita bertemu dengan timbangan di akhirat kelak, mari berbijak hati dengan menghisab diri sedari sekarang seperti apa yang disampaikan oleh sahabat Umar bin Khattab:

“Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, timbanglah diri kamu sebelum engkau ditimbang”.

yuk mari sama-sama refleksi untuk melihat seberat mana amalan kita hingga detik ini? dosakah atau pahalakah yang lebih berat? karena kita tak pernah tahu, fokus saja untuk memperberat amalan ibadah yang baik-baik supaya kelak timbangan yang ada di hadapan kita akan tersenyum karena telah menimbang amal baik dengan kadar yang lebih besar. insha ALLAH :)
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-36-47.html#sthash.Lrr87n8K.dpuf
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-36-47.html#sthash.Lrr87n8K.dpuf
47. [28]Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit[29]; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang menghisabnya[30]. - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-36-47.html#sthash.Lrr87n8K.dpuf