Rabu, 20 Agustus 2014

ritme hidup dan jebakan rutinitas

"saya merasa bahwa ritme hidup saya terlalu cepat. ingin rasanya segera berjumpa kembali dengan akhir pekan untuk bisa bertafakur, dan saya merasa hanya di sabtu dan minggu saja bisa merasakan ritme hidup saya menjadi melambat."

itu adalah pernyataan dari salah satu sahabat saya. ia merasa bahwa jebakan rutinitas begitu kuat mencengkramnya.

hmmm, jebakan rutinitas. memang jebakan ini seolah membuat waktu menjadi begitu cepat sekali. sering bukan mendengar orang-orang bilang model seperti ini? "wah, nggak kerasa ya kamu udah nikah aja"; "perasaan baru kemaren senin, kok sekarang udah senin lagi"; "time flies euy"; dan sebagainya.

kadang merasa waktu berputar tidak wajar. lebih cepat dari biasanya. entah ini adalah sebuah pertanda akan datangnya hari kiamat atau bukan, tapi yang pasti kecepatan waktu merangkak membuat saya terkadang tidak sadar sudah berada di penghujung muda. tahu-tahu sudah 28 tahun. semoga rutinitas yang dilakukan selama ini bisa bernilai ibadah dan tidak menjebak saya pada jeratan siksa neraka kelak. aamiin.

ok, kita kembali kepada fenomena ritme hidup. jujur saya tertarik dengan istilah ini. mungkin penjelasan yang paling logis dengan apa yang disebut dengan ritme hidup ini adalah seberapa cepat merasakan bahwa waktu dalam kehidupan ini terpakai untuk sesuatu kegiatan. misalnya untuk seorang karyawan yang bekerja senin sampai jum'at, dimana aktivitas utamanya datang, bekerja, dan pulang, keesokannya begitu lagi, dan lagi tanpa ada variasi, kemudian ia merasa waktu berjalan cepat dan sudah bertemu dengan sabtu. maka bisa dikatakan ia memiliki ritme hidup yang terlalu cepat tanpa sempat melakukan banyak variasi aktivitas dalam hidupnya. bahkan ia tak sempat mengevaluasi hari per hari aktivitas karena seolah berjalan begitu saja tanpa henti dan tanpa rehat.

lain halnya dengan seorang siswa misalnya. ia memiliki kegiatan yang banyak. belajar di sekolah, latihan futsal dengan teman-temannya, kumpul komunitas fotografi, teater dan lain sebagainya. aktivitas yang banyak dalam setiap harinya membuat ia merasa waktu begitu banyak bernilai. mungkin yang dirasakannya waktu berjalan normal atau bahkan lambat karena ada pergantian setiap aktivitas yang berbeda, dan mestinya sempat mengevaluasi setiap aktivitas yang dilakukannya.

saya akui memang kehidupan setelah bekerja berbeda dengan ketika menempuh studi dahulu ketika sekolah atau kuliah. kehidupan ketika bekerja berjalan agak monoton karena aktivitasnya selalu dan serba melulu seperti itu. tidak banyak variasi, khususnya bagi karyawan pabrik macam saya. lain halnya dengan ketika saya sekolah dulu, ragam aktivitas yang bisa dilakukan banyak dan bisa dinikmati, sehingga tidak monoton dan jebakan rutinitasnya tidak terlalu nampak.

jadi saya mengambil sebuah hipotesa bahwa jika ingin merasakan ritme kerja yang melambat, ada baiknya melakukan ragam aktivitas yang berbeda. dan jangan lupa untuk sempatkan evaluasi setiap habis menjalankan satu aktivitas. tafakuri dan resapi apa yang sudah diperbuat dan apa gunanya untuk hidup yang sedang dijalani.

yang dibutuhkan sebetulnya hanya sebuah waktu senggang untuk mau rehat sebentar dan memutar balik segala yang sudah terjadi. ritme hidup yang terlalu cepat dikarenakan jebakan rutinitas berhasil membelenggu diri sehingga tak ada waktu untuk sejenak rehat dan mengaca. semua dibiarkan berjalan wajar dan terus begitu sampai akhirnya muncul istilah "tahu tahu sudah sekian bulan", "tahu-tahu sudah sekian tahun".

yaaaa... itulah dinamika yang dimainkan oleh waktu. tak salah memang ALLAH sampai berjanji atas nama waktu. seperti yang kawan-kawan ketahui dalam surat al asr berikut:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3
“demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

waktu akan mencelakakan diri jika tak bisa dikelola untuk keperluan berlomba dalam amal saleh, juga saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. jangan salahkan waktu jika saatnya detak jantung berhenti dan kita belum menyiapkan apa-apa. maka dari itu, sekaranglah waktunya setiap diri untuk menengok lagi bagaimana ritme hidup yang tengah dimainkan. diri kita mempunyai kontrol sepenuhnya untuk memainkan dengan tempo yang lambat atau cepat. terasa lambat jika banyak aktivitas bermanfaat dan akan terasa cepat jika jebakan rutinitas berhasil membuat lalai.


semoga ALLAH senantiasa menjadikan segala aktivitas yang kita lakukan selama ini bernilai ibadah dan tidak sia-sia. namun, karena tidak ada jaminan keberterimaan sebuah amal, maka tugas kita hanya terus dan terus berproses supaya mendapatkan nilai dan pahala. perbanyak aktivitas dan amalan saleh, jangan terjebak dengan kegiatan rutinitas yang selalu itu melulu. dan tentunya sempatkan untuk selalu bertafakur mengevaluasi kembali apa-apa saja yang sudah dilakukan selama ini.

yuk sama-sama atur ritme hidup kita! karena hidup di dunia hanya sekali. dan kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Selasa, 19 Agustus 2014

menjadi penikmat

tagline "hidup adalah pilihan" tampaknya sudah tidak asing di telinga. begitu banyak orang, motivator, atau penulis buku mengatakan hal ini.

kali ini, saya ingin sedikit cerita mengenai episode yang berkenaan dengan hal tersebut.

berada di NF cibitung merupakan salah satu hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya. awalnya saya mengira akan terus berada di divisi R&D ciawi mengingat saya suka akan kegiatan riset (bukan pencitraan. hahaha). tapi ternyata hidup memang benar pilihan. kesempatan berkarya di cibitung datang dan ternyata hati mengiyakan.

tatkala banyak orang bilang bahwa kondisi kantor cibitung yang panas, berada di kawasan, dan jauh, tapi saya belum terlalu menghiraukan hal tersebut. saya percaya bahwa pilihan yang saya ambil akan mendatangkan banyak manfaat untuk kehidupan saya, terlebih "hati" yang memilihnya.

dan benar saja, saya memilih hal yang tepat (setidaknya sampai sejauh ini, saya merasa baik-baik saja, menikmatinya dan happy). berada dan berkarya di cibitung memberikan warna tersendiri dalam hidup saya, yang saya imani bahwa itu akan berguna untuk meng-upgrade kualitas hidup saya.
karena sejauh saya menyelami NF cibitung sampai saat ini, saya menikmati:

kekayaaan akan ide kreatif dari para penghuninya seolah seperti memiliki mesin yang berisi jutaan neuron. ketinggian akan nutrisi spiritual yang membuat saya merasa berada di DKM sewaktu sekolah menengah atas. kemelimpahan akan kesempatan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman baru. dan banyak lagi...

yang mana kesemuanya terjalin dan saya simpul dalam kalimat: "menikmati cibitung, adalah bentuk saya bersyukur berada di keluarga nutrifood"

http://gladhouse.org/wp-content/uploads/Children-enjoying-summer.jpg

beginilah menjadi penikmat. karena setiap episode dalam hidup kita, buat apa lagi kalau bukan untuk dinikmati... setuju? :)

halte tarbiyah

beberapa hari ini blog tak diberi siraman ilmu. tulisan seolah mampet karena si empunya blog tengah sibuk dengan dunianya. dengan kerjaannya. dengan kehidupan pribadinya. juga dengan mimpi dan cita-citanya.

tapi sekarang, alhamdulillah ada waktu kembali untuk merapat lagi. menghias kembali laman blog saya supaya para pembaca setia tidak ngibrit dan berpaling lari ke blog orang lain. pede aja kalo blog-nya rutin dibaca oleh satu dua pembaca yang emang senang dengan blog ini. hehehe :p

ibarat sebuah halte, dimana merupakan tempat berhenti sementara bis-bis yang akan mengangkut atau menurunkan penumpang, seperti itulah sebetulnya tujuan blog ini. saya ingin blog ini menjadi tempat pemberhentian saya dan juga pembaca untuk sejenak merenung dan menghayati isi dari tulisan yang ada di dalamnya. sejujurnya saya menulis hal-hal yang saya kira bisa bermanfaat untuk kawan-kawan, tapi sebesar apa manfaatnya, sila nilai sendiri. tapi setidaknya semoga kawan-kawan yang mampir ke blog ini mendapatkan asupan nutrisi baru untuk menjalani kehidupan. mampirlah sini ke halte #ceritaku_inspirasimu :)


nah… tentunya supaya si blog ini juga bisa terus menutrisi, maka si empunya blog pun harus terus mau belajar hal baru. harus terus mau meningkatkan ilmu dan pengetahuannya. tak peduli alasan apapun. karena untuk bisa menginspirasi lewat tulisan, saya meyakini bahwa value dari si penulisnya itu sendiri harus kuat dan kokoh sebagai inspirator. dan untuk mendapatkan modal itu, saya pun selalu berhenti sementara. singgah sementara di sebuah halte. berhenti sejenak untuk sekadar merenung kembali, menutrisi hati kembali, dan mengisi energi kembali dengan cara yang saya yakini. saya selalu berhenti secara rutin di sebuah halte bernama “halte tarbiyah”.

ada yang unik dengan halte ini. saya selalu bersemangat berhenti di halte ini. apa pasal? karena saya selalu merasa terbangkitkan kembali dari futur-nya aktivitas. ada setetes embun wangi yang selalu membersihkan kekotoran jiwa tatkala saya berada di halte ini. tersematkan sejumput cita dan karsa untuk bertindak lebih manakala saya berhenti sejenak di halte ini. ya, di halte tarbiyah. 

bagaimanapun hebatnya saya dalam membentengi iman, tetap saja gempuran dari luar begitu mudah menerobos iman nan lemah ini. sebanyak apapun ilmu yang saya miliki, tapi tetap saja lingkungan berlabel materialisme yang begitu kuat menampak dalam kehidupan ini kadang membuat saya tersilaukan dan lupa akan hakikat hidup. ya, saya banyak teledor dan banyak lupa. sedikit ingat dan sedikit disiplin. karenanya saya perlu tempat berhenti. saya perlu sebuah tempat untuk berdamai kembali dengan hati. saya perlu tempat untuk penjernihan pikir dan pendewasaan sikap. saya perlu berada di sebuah halte. dan saya sebut halte itu adalah halte tarbiyah. ya, halte tarbiyah.

hati ini perlu senantiasa diberi pupuk supaya bisa tumbuh menjadi indah. hati ini senantiasa perlu ditambal dengan sinar laser yang bersumber dari wahyu supaya tetap bisa menginspirasi. dan hati ini juga perlu senantiasa disirami dengan ilmu dan iman supaya tetap bisa ingat akan tujuan hidup yang sebenarnya. saya butuh itu semua. dan alhamdulillah saya selalu ingat dan merindukan akan bisa mendapatkan itu semua ketika saya berada di sebuah halte. ya, halte tarbiyah.

kawan-kawan, punya halte juga?

Rabu, 06 Agustus 2014

move on!

Kawan-kawan,

Ini adalah hari ketiga saya memejamkan mata di tempat tinggal baru. Setelah empat tahun dua bulan saya tinggal di bogor, akhirnya tiba juga masa saya untuk meninggalkan kota hujan, dan beralih ke kota depok. Ini artinya, saya pun harus dengan rela meninggalkan sejuta paket kenangan yang pernah terukir selama berada di bogor. Tentang persahabatan. Tentang pengembangan diri. Tentang pohon-pohon yang rindang. Tentang jalan-jalan kota yang saya lalui ketika bersepeda. Tentang lapangan sempur yang sering saya kelilingi demi perut sixpack. Tentang cinta. Tentang religi. Tentang kemerosotan iman. Juga tentang keluarga.

 
Bukan tanpa alasan saya harus meninggalkan itu semua. mau tidak mau, prosesi kepindahan saya dari bogor memang tetap harus dilakukan. Hanya masalah waktu saja, dan awal syawal akhirnya menjadi takdir yang tertulis untuk saya bermigrasi dan move on dari bogor. Saya akui memang berat meninggalkan bogor, tapi ini adalah tentang pilihan. Saya sendiri yang telah memilih ini, dan artinya harus bisa menerima pula segala konsekuensi dari apa yang dipilih. Semoga saja ini adalah salah satu bentuk dari menghindari perangkap atau jebakan zona nyaman.

Muhammad assad dalam bukunya notes from qatar mengatakan bahwa “there is no growth in a comfort zone and there is no comfort in a growth zone”. Sebuah quotes yang bagus dan sangat relevan dengan kondisi saya saat ini. barangkali saja ALLAH memang akan menaikkan derajat kehidupan saya dalam banyak hal dengan berpindahnya dari zona nyaman selama berada di bogor. Aamiin.

Kini, kenyataan sudah di depan mata. Suka tidak suka. Mau tidak mau, saya harus membuka mata dan mengembangkan penglihatan dengan daya jangkau yang lebih luas. Kenyataan sebenarnya adalah saya sudah berada di depok dan saatnya untuk mengukir peristiwa dan sejarah baru di kota ini. Saya percaya bahwa betah atau tidaknya, bukan semata-mata karena lingkungan, kemacetan, atau panasnya udara. Betah atau tidaknya saya di depok, lebih disebabkan oleh motivasi dan semangat yang ada pada diri. Dan karena saya percaya itu, maka langkah yang saya ambil adalah dengan ber-azzam untuk memotivasi diri sendiri melakukan banyak hal menarik di kota ini.

Saya akan beradaptasi dengan sebaik mungkin selama berada di depok. Saya sudah terbiasa berada di perantauan yang berbeda-beda dan terbukti bisa melaluinya dengan baik. Karenanya saya percaya bahwa keberadaan saya di depok pun semestinya bisa dilalui dengan baik pula. Terlebih menjalani berdua bersama istri yang mana kami sudah berniat untuk saling berusaha melejitkan potensi dan meng-upgrade diri selama berada di depok ini. insya ALLAH.

Ya, walaupun saya akui ketika meninggalkan bogor, sempat pecah isak tangis dari seorang suhadi yang terkenal melankolis ini, tapi saya berharap semoga air mata yang tertumpah itu akan menjadi magnet yang kelak akan membawa saya kembali ke kota hujan tersebut. Membangun masa depan. Aamiin.

Dan sekarang, saatnya mencari sisi unik kota depok demi kehidupan yang lebih baik :) Semangat!!! 

Depok, 5 Agustus 2014