Minggu, 27 September 2015

inspirasi driver go-jek

cukup lama tidak menulis.

mau menulis ringan dan singkat saja. tentang go-jek.

sudah hampir dua bulan ini saya menggunakan jasa ojek di bawah bendera "GO-JEK". mulai dari mengantarkan saya berangkat dan pulang kerja, mengantar ke stasiun, ke terminal leuwi panjang  setiap pulang dari bandung dan keperluan lainnya.

selama lebih dari lima belas kali menggunakan jasanya, saya mungkin termasuk konsumen yang monoton dalam memberikan komentar. nyaris semuanya diberi bintang 5 dan komentar "sangat ramah". bukan asal dan sembarang memberi nilai, tetapi kenyataan memang berkata demikian.

tak pernah saya membayangkan sebelumnya mengapa para driver ojek berseragam hijau hitam ini bisa begitu cair mengobrol dan ramah dalam melayani. apakah ini memang bagian dari Standard Operational Procedure (SOP) saja atau memang keluar dari pribadi masing-masing?

tanpa bermaksud membedakan dengan driver ojek konvensional, memang pembawaan diri dari driver go-jek terlihat lebih baik. mereka lebih terlihat percaya diri, rapi, dan yang jelas merasa respek pada diri sendiri, sehingga menimbulkan respek juga dari orang lain. itulah yang membuat mereka memiliki "value". ini yang saya hargai dan apresiasi, sehingga sejujurnya saya terkesan dengan para driver go-jek dan tak segan memberikan penilaian excellent.

terlepas dari value yang dimiliki oleh para driver tersebut adalah sebuah SOP atau bukan, setidaknya saya jadi menyadari bahwa karakter ramah yang khas indonesia ternyata memang benar adanya. dan saya pun berharap hal tersebut memang merupakan penjelmaan dari hati masing-masing, sehingga akan lebih banyak orang-orang baik di sekitar kita, yang ramah, yang supel, yang memberikan pelayanan prima dan senantiasa mau memperganteng diri dengan akhlak yang baik juga. supaya dunia ini tidak makin kacau dan didominasi oleh orang-orang yang cenderung tidak atau belum baik.

terima kasih, para driver go-jek. kalian keren!

salah satu komentar yang pernah saya berikan :)

Rabu, 16 September 2015

jangan lebay dan penuh drama

"manusia itu terkadang begitu jenaka..." dengan mudahnya berlebihan menstempel diri sendiri sebagai orang yang paling sengsara. ditimpa cobaan bertubi-tubi. penuh dengan kemalangan dan kesialan. dihantui kelelahan yang tak kunjung usai. juga tak jarang yang berpikir seperti sedang disiksa di neraka. nah yang terakhir adalah lebay tingkat dunia. hehehe.

sebentar! yuk coba ambil nafas, berpikir jernih dan coba buka pikiran dengan tenang. lihatlah...

ketika diri ini mengatakan bahwa saya lelah dengan cobaan yang terus-menerus, apakah benar saya adalah orang yang paling lelah? padahal mungkin di luar sana di tempat yang kumuh dengan pergaulan yang tidak sehat dan juga jauh dari standard hidup laik, begitu banyak bibir-bibir yang masih bisa tersenyum menutupi lelahnya deraan hidup yang keras dan tak bersahabat. mereka lebih lelah dari saya. bedanya mereka tidak lebay. mereka tidak mengekspresikannya di facebook kesayangan.

ketika diri ini mengatakan bahwa saya begitu sengsaranya sulit ini sulit itu, apakah benar saya adalah orang yang paling sengsara? padahal mungkin di luar sana di tempat yang penuh dengan gejolak dan konflik dengan tingkat keamanan yang sangat minim dan juga jauh dari perasaan tenteram, begitu banyak bibir-bibir yang meretas do'a meminta rasa nyaman dan aman dan mengangkat belenggu kesengsaraan yang kerap menghantui hidup. mereka lebih sengsara dari saya. bedanya mereka tidak lebay. mereka tidak mengekspresikannya di instagram kebanggan.

ketika diri ini menganggap bahwa ALLAH begitu tega membiarkan saya berada dalam kubangan masalah demi masalah yang datang bak cendawan di musim hujan. subur tiada henti. cobalah untuk lihat orang yang berada di atas! pemimpin yang memiliki tanggung jawab jauh di atas saya. apakah masalah dan beban mereka tidak lebih mengkhawatirkan dibandingkan yang saya tanggung? percayalah! mereka lebih berat menanggung beban dibandingkan saya. bedanya mereka tidak lebay. mereka tidak mengekspresikannya dengan berkicau di twitter tercinta.

mereka justru mencari hening dan senyap untuk mengadu. tiada gurat lelah, sengsara dan beban berat yang ditampakkan. karena mereka tahu bahwa di depan sana tengah menunggu dermaga dengan kapal yang akan menghantarkannya pada air kesejukan, pada pohon berisi buah-buahan yang ranum, juga pada istana berisi dayang-dayang dan pelayan yang mengabdi.

mereka justru lebih memilih berdamai dengan masalah-masalah yang ada. setiap masalah dicumbuinya dengan kebijaksanaan. disentuhnya dengan pengetahuan. lalu sejenak direnungi untuk dicari jalan keluar. mereka fokus untuk mengubah keadaan dan bukan sebaliknya bermanja menstempel diri sebagai orang paling sengsara. ah sudah kayak drama queen saja :p

sumber gambar: forums.phoenixrising.me

itulah mereka! itulah bedanya saya dengan mereka. saya terlalu lebay. terlalu kekanakan, manja dan cengeng dengan cobaan yang ada. tanpa pernah mau mencoba menggunakan sepatu orang lain.

dalam pekerjaan misalnya. jika saya merasa banyak masalah, yakinlah supervisor saya jauh lebih banyak masalahnya. yang dibutuhkan hanya sebuah kaca mata baru untuk mau melihat dengan jernih. mereka (siapapun) yang bertanggung jawab memimpin saya, sejatinya tengah berada pada kondisi yang jauh lebih berat dan memprihantinkan. hanya saja, mereka lebih dewasa untuk mau bertanggung jawab dengan menghadapi masalahnya satu per satu. karena mereka yakin, bermain drama sebagai orang paling sengsara tidak sedikit pun mengeliminasi masalah yang dihadapi. itu bedanya! mereka tidak lebay, tapi kalaupun ada sedikit bumbu lebay sampai bertingkah seperti aktor drama ternama, ya dinikmati saja. mungkin mereka memang benar-benar lelah. [mungkin].

bekasi, 16 september 2015
semoga bermanfaat!

Senin, 14 September 2015

leader: motivasi, inspirasi dan solusi

di dunia ini ada orang-orang yang begitu berenergi dalam hidupnya. semangatnya selalu terlihat dan seolah berresonansi memberikan gelombang semangat yang sama untuk orang-orang sekitarnya. alangkah menyenangkannya bila kita bisa berada di sekitar orang tersebut, atau lebih heroik lagi jika justru kita adalah salah satu orang yang masuk dalam kategori tersebut.

saya menyebutnya orang tersebut sebagai pemimpin. ia memberikan 3 "si" dalam hidupnya yang diyakininya sebagai senjata utamanya supaya disebut sebagai pemimpin. "si" yang pertama adalah motivasi. "si" yang kedua adalah inspirasi. dan "si" yang ketiga adalah solusi.

motivasi, inspirasi, dan solusi.

ketika melihat lingkungan sekitarnya tengah redup, futur dan juga kehilangan semangat, ia tak segan bangkit dan memberikan motivasi untuk menyalakan "berlian diri" dari masing-masing orang.

ketika melihat lingkungan sekitarnya tengah kebingungan bagaimana berbuat dan menjalankan sesuatu, ia dengan cekatan memberikan contoh sekaligus inspirasi melalui pengalamannya yang cemerlang.

ketika melihat lingkungan sekitarnya terkendala sesuatu dan terjebak dalam masalah yang tak bisa diselesaikannya sendiri, ia dengan kepandaiannya memberikan solusi cerdas guna keluar dari permasalahan yang membelenggu.


ah sekiranya banyak orang-orang model begitu, nampaknya dunia ini akan menjadi lebih baik. manusia sebagai subjek utama di dunia ini tentu akan memberikan dampak dan kontribusi yang hebat, karena semuanya bergelar pemimpin yang mampu memberkan 3 "si" di atas.

setiap orang bisa menjadi pemimpin seperti itu. tentunya kita tidak mau menunggu untuk berada di sekitar orang tersebut kan? tapi justru jadilah pemimpin! menjadi pemimpin atau khalifah unggulan sebagaimana ALLAH telah mewariskan dunia ini untuk dikuasai oleh pemimpin-pemimpin yang mengikuti ketentuan dan aturan-Nya.

untuk menjadi pemimpin yang mampu memberikan 3 "si" dengan optimal, sekiranya membutuhkan wawasan yang luas, pengalaman yang tidak sedikit, dan juga kemampuan berbicara dan retorika yang mumpuni. juga yang tak kalah penting adalah kemauan untuk selalu memperbaiki kualitas diri, tidak mudah puas dan mau mendengar saran perbaikan dari orang lain.

ah, rasanya masih banyak sekali PR untuk bisa ke arah sana, tapi setidaknya saya bersyukur sekali saat ini saya berada di tengah orang yang memenuhi kualifikasi itu, at least menurut saya. dan sampai saat ini dia masih menjadi the best motivator buat saya :)

hatur nuhun,
suhadi

Selasa, 08 September 2015

tentang anak yang taat dan sabar

Ini adalah tulisan perdana saya di bulan September. Banyak orang bilang bahwa September identik dengan keceriaan hingga ada lagu berjudul "September Ceria". Semoga memang benar demikian ya :)

Tulisan saya terakhir di bulan Agustus membahas tentang Ayah, dan kini di tulisan perdana saya ini, saya pun sudah resmi menjadi seorang pria dengan gelar baru dan tanggung jawab baru, yaitu Ayah. Alhamdulillah.

Menjadi seorang ayah adalah salah satu nikmat yang tidak semua orang merasakannya. Di balik nikmat tersebut terselip sebuah ujian tentang bagaimana kedudukan ALLAH untuk tetap lebih dicintai daripada anak. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail. Nabi Ibrahim senantiasa menjadikan ALLAH sebagai sumber ketaatan utama dan mencintai anaknya tidak lebih dari cintanya kepada Rabb, Malik dan Illah-nya ini.

Tentu sudah banyak yang mengetahui kisah heroik dan super tentang keteladanan mereka berdua, terlebih sebentar lagi menjelang Iedul Adha, pasti kisah kedua nabi pilihan ini banyak diperbincangkan untuk dijadikan teladan tentang arti sebuah pengorbanan dan tauhid yang sebenarnya. Sebuah kisah fantastis yang saya yakini tidak hanya terjadi beberapa ribu tahun yang silam. Di masa kini pun, tentu ada kisah serupa hanya dengan bentuk yang berbeda.

Saya beriman pada Al Qur’an dan tentunya mengimani pula bahwa kejadian yang diceritakan Al Qur'an bukan sekedar dongengan belaka, di dalamnya terdapat pesan besar yang ingin disampaikan untuk ditelaah oleh orang-orang yang mau dan senantiasa berfikir. Ada harapan untuk bisa memetik pesan dari sebuah kisah atau sejarah perjalanan para Nabi dan Rasul.

Al Qur'an adalah kitab penutup yang berlaku hingga akhir zaman. Itu artinya isi kandungan di dalamnya akan berlaku terus secara universal menembus dimensi ruang dan waktu. Aturan yang ada di dalamnya tetap berlaku dan wajib diberlakukan, bukan hanya untuk orang Arab, orang India atau Afghanistan, tetapi juga untuk orang Spanyol, Prancis maupun Indonesia. Siapapun! Ya, siapapun yang mengaku sebagai muslim. Pun dengan kisah dan sejarah yang ada di dalamnya, tidak hanya berlaku di zaman dahulu saja, tetapi mengandung pesan yang pasti berlaku pula untuk kehidupan masa kini, walau bukan dalam bentuk yang persis sama.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah teladan terbaik tentang arti sebuah pengorbanan. Bagi saya, meneladani keduanya sama saja dengan meneladani kisah perjuangan Rasulullah Muhammad, karena Muhammad pun mengimani Ibrahim sebagai salah satu Rasul yang pernah ALLAH utus sebelum ia. Dan saat ini sebagai makhluk di masa kini, saya mencoba mengambil teladan yang ada pada-Nya sebagaimana tersurat dalam Firman berikut ini:

"Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)."  (Q.S. As Saffat 101-103)

Ya ALLAH semoga kehadiran sang jagoan, bisa meneladani kisah seorang lelaki berbakti yang taat dan sabar pada ketentuan ALLAH, Rasul dan Dien-nya. Semoga kehadirannya tidak membuat diri ini justru menjadi miskin, tapi akan lebih kaya. Kaya pemahaman, kaya ilmu, kaya sikap dan kaya tindakan. Pun terkait materi, semoga Engkau mencukupkan sesuai dengan kadar kebutuhan. 

sumber gambar: gambarwisata.com

Saya faham bahwa tak mudah untuk mendapatkan gelar ini dan lagi terbayang sudah betapa tanggung jawab yang kelak harus diperhitungkan di hadapan-Nya. Keceriaan memang terasa, kebahagiaan apalagi. Si jagoan dengan gonosom XY ini seolah dilahirkan untuk memberi warna pada keseharian saya kelak. Semoga saya bisa selalu membimbingnya dan memberikan pemahaman yang benar untuk ia mau mengenal ALLAH dan senantiasa berlatih taat dan sabar kepada-Nya seperti kisah Ibrahim dan Ismail di atas. Aamiin ya Robbal Alaamiin :)