Kamis, 22 Januari 2015

tentang waktu



05:40 am. Jam di stasiun tanjung barat menunjukkan jarum panjang di angka 8 dan jarum pendek yang hampir menuju angka 6. 

Seperti biasa saya berjalan agak tergesa. Setelah berhasil melewati gate out dengan melakukan tapping kartu commet sebelumnya, kemudian tatapan mata saya langsung dilayangkan kepada angkot kijang merah bernomor “19” yang biasanya ngetem di depan stasiun. Untuk menujunya, sebuah perjuangan kecil melewati jembatan penyeberangan harus dilalui dengan seksama.

*   *   *

05:40. Kali ini dalam pm. Jam di stasiun tanjung barat menunjukkan jarum panjang di angka 8 dan jarum pendek yang hampir menuju angka 6.

Jam itu adalah jam yang persis sama yang saya lihat setengah hari yang lalu. Tepat 12 jam sudah saya meninggalkan stasiun tanjung barat. Dan itu berarti pula bahwa planet bumi yang kita injak ini sudah ber-rotasi separuhnya.  

"Di manakah saya selama 12 jam tersebut?”

Pertanyaan ini mendadak terbersit dalam pikiran saya. Di dalam kereta saya merenungkan dengan benar. “Hhhmmm, di mana saya selama 12 jam ini? Dan apa yang saya perbuat selama 12 jam tersebut?”

Memanggil kembali memori 12 jam ke belakang mungkin masih terbilang mudah. Saya dengan cukup cepat mendeksripsikan ulang apa saja hal yang telah terjadi selama 12 jam dengan rincian 4 jam di perjalanan dan 8 jam di pekerjaan. Saya hanya berdo’a 12 jam yang saya lakukan (di manapun saat itu), semoga menjadi 12 jam yang bermanfaat yang kelak memberatkan timbangan kebajikan di akhirat, semoga menjadi 12 jam yang tidak dimurkai ALLAH hanya karena kelalaian saya baik yang disengaja maupun tidak, semoga menjadi 12 jam yang nyata memberikan faedah untuk mendukung cita, karya dan karsa. Aamiin.

Pertanyaan berikutnya, lantas bagaimana jika otak kita diminta untuk memanggil kembali aktivitas 12 hari yang lalu, atau 12 bulan yang lalu, atau bahkan 12 tahun yang lalu?  

Semuanya ternyata berkata tentang waktu. Dimensi yang satu ini kerap kali menjadi hal yang tanpa disadari telah mengendalikan diri kita setiap saat. Ke manakah waktu yang sudah berjalan lama ini? Akankah ia menjadi saksi yang kelak membantu kita terselamatkan dari pertanyaan dari Sang Pemilik Waktu? Atau justru sebaliknya.

Sayangnya waktu selalu menjadi hal yang dijadikan sebagai kambing hitam dari kelalaian fardiyah. Tidak melakukan a, dibilang “tidak ada waktu”. Tidak sempat b, dibilang “waktunya mepet”. Dan jika mendadak ada c, dibilang “waktunya kok mendadak” Kasihan waktu! Selalu salah.


Padahal waktu hanyala dimensi yang sebetulnya bisa dikelola…. Jika kita mau mengelolanya dengan baik. Ya, dengan baik dan benar. Sesuai dengan arahan dari Sang Pemilik Waktu.

Sekian,
Terima kasih bagi yang sudah mau membaca.
Senang sekali posting-an pertama di tahun 2015 ini temanya adalah tentang waktu.