Sabtu, 07 Mei 2016

ada bahagia di stasiun pondok cina

melihat orang-orang berlibur di tengah libur panjang seperti ini, sejatinya membuat baper tingkat nasional. yah ndak munafik, siapa sih yang nggak mau ada di pantai nan biru dengan debur ombak yang harmoni, pun siapa yang nggak mau ada di puncak gunung sambil membawa kertas bertuliskan sesuatu?

melewati apa yang orang bilang libur panjang memang mengasyikkan. tentu ada pengorbanan yang harus disodorkan untuk mendapatkan nikmatnya liburan tersebut, seperti berkorban waktu, uang, dan tenaga. lantas apa isi liburan saya kali ini? saya hanya akan sedikit bercerita saja di sini. hanya bagian kecil saja yang menarik.

alhamdulillah kesehatan masih diberikan ALLAH pada saya, sehingga tetap bisa berencana untuk mengisi waktu liburan. awalnya saya berencana untuk touring dengan teman-teman QC, tetapi bagai kacang goreng yang nggak laku, tawaran itu hanya berujung rencana karena sepi peminat. sangat sepi bahkan. hahaha :p

kemudian, akhirnya rencana tersebut langsung diganti dengan berencana pergi ke seaworld! yes, 5 mei 2016 akan menjadi saksi pertama kalinya saya berkunjung ke dunia laut ancol tersebut. tetapi lelagi semua hanya rencana setelah saya memutuskan untuk membatalkan kepergian karena khawatir masih hari pertama liburan dan macet. dan akhirnya saya dan istri hanya pergi ke toko buku dan mampir ke sebuah tempat kece yang esoknya kami sambangi lagi. dan tempat kece itu adalah stasiun pondok cina, depok, jawa barat.

apa yang spesial dari stasiun pondok cina ini? hehehe itu mungkin pertanyaan yang tepat dan beralasan. siapa coba yang tertarik dengan sebuah stasiun kecil yang lokasinya berada di antara universitas indonesia dan jalan margonda tersebut? sumpek dan padat, apalagi di jam-jam sibuk keberangkatan dan kepulangan orang kerja. niscaya klakson minta dipencet sebagai tanda meminta jalan saking padatnya.

penyebabnya ada beberapa hal: pertama, adanya usaha parkir yang cukup besar dan lokasinya berjejer di depan stasiun. kedua, penjual aneka makanan yang berbaris rapi mulai dari yang harganya lima ratus sampai puluhan ribu. ketiga, lalu-lalang penumpang commuter line yang turun di stasiun. keempat, beberapa orang yang parkir sebentar untuk menunggu orang terkasih yang akan dijemput. sungguh pemandangan ini menggoda emosi untuk selalu berada pada frekuensi kesal dan marah.

suasana stasiun ketika jam sibuk. sumber gambar: news.okezone.com

tapi dari semuanya itu, bukan suhadi namanya jika tak bisa mengambil hal unik di baliknya. salah satu hal yang menarik di stasiun pondok cina adalah tersedianya beraneka ragam makanan yang bisa memanjakan lidah sekaligus meredam lambung yang berontak. mau pilih cilok, batagor, tahu gejrot, kue ape, rambut nenek, siomay, kebab, baso, sampai buah-buahan pun ada. sungguh sebuah kawasan kecil yang sangat bersahabat dengan para pengelana yang dilanda rasa lapar tetapi dompet cekak.

yang menariknya adalah makanan yang tersedia di sepanjang stasiun pondok cina ini sebetulnya adalah berupa jajanan yang biasanya disantap oleh anak-anak SD, tetapi makanan memang tak pernah rasis dan tak pernah pula membeda-bedakan kasta. walau itu adalah jajanan tipikal anak SD, tetapi nyatanya jajanan ini mampu menembus dimensi ruang dan waktu. yang dulunya disukai anak SD, juga disukai oleh orang dewasa.

dan liburan panjang kali ini, saya dua hari berturut-turut ke tempat tersebut hanya untuk membeli tahu gejrot. rasa pedasnya sungguh bikin melotot walau tak bisa memperbesar otot. hmmm, nampaknya saya mulai ngawur.

ok, itulah stasiun pondok cina dengan dinamika jajanannya yang sangat kaya dan variatif persis seperti plasma nutfah indonesia yang begitu beragam. sesekali jika berkesempatan, datang dan cobalah beberapa jajanan yang ada, dan saksikan sendiri siapa konsumen-konsumen loyalnya. bukan anak kecil bukan anak SD, tetapi orang-orang dewasa yang terperangkap dalam dunia masa kecilnya yang masih menyimpan memori tentang cilok dan tahu gejrot di dalam otaknya. itulah mereka, para pengguna jasa commuter line yang dihadang rasa lapar atau sekedar ingin jajan sebelum pulang kembali ke rumah tercinta.

ah sungguh, liburan yang cukup membuat bahagia. dekat tak perlu berkawan macet, dan murah tak perlu memakai kartu kredit. mari berlibur ke stasiun pondok cina! *pesan terakhir ini tidak sepenuhnya serius, karena pemerintah setempat belum pernah dan mungkin tidak akan pernah menjadikan stasiun pondok cina sebagai tempat wisata. terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar