Tujuh belas maret dua
ribu lima belas…
Cukup ingat setahun yang lalu, di sekitar tanggal segini adalah saat-saat saya agak disibukkan dengan urusan pernikahan. Sebuah kegiatan yang mungkin bagi kebanyakan orang adalah kegiatan yang sangat dinanti-nanti. Apalagi bagi para jomblo. Oops!
Cukup ingat setahun yang lalu, di sekitar tanggal segini adalah saat-saat saya agak disibukkan dengan urusan pernikahan. Sebuah kegiatan yang mungkin bagi kebanyakan orang adalah kegiatan yang sangat dinanti-nanti. Apalagi bagi para jomblo. Oops!
Namun, bagi saya
pribadi pernikahan bukanlah perkara rasa bahagia yang terluapkan. Ada hal yang
lebih sakral di balik itu, adalah belajar menjadi pemimpin dengan anggota yang
nyata, yaitu seorang perempuan yang menjadi istri. Jika sebelumnya hanya
menjadi pemimpin bagi diri sendiri, kali ini ada sejasad manusia berakal yang
ditakdirkan menjadi tanggungan. Akan diarahkan kemanakah perempuan ini, apakah
menuju ridho ALLAH atau menuju laknat ALLAH.
Karenanya, hari-hari
menjelang pernikahan sebetulnya adalah masa yang kritis untuk menanyakan kembali kesiapan akan diri kita, khususnya bagi kaum
laki-laki. Sudah sekaliber siapakah kualitas ibadah kita? Sudah sejauh manakah
ilmu yang dimiliki? Dan sudah sebanyak apakah nafkah yang dipunyai?
Mengapa ini penting?
Karena perempuan yang akan dinikahi, sudah tertulis dalam suratan takdir bahwa
ianya akan taat dan patuh kepada pemimpinnya. Kepada suami. Nah, jika sang
suami saja masih merasa belum siap, apa mau dikata? #penting
Jujur saja, hal itulah
yang cukup menyita pikiran saya ketika menjelang pernikahan. Memastikan kembali
kapasitas diri sudah sampai berada di level mana. Memastikan
kembali bahwa ilmu yang dimiliki bisa menjadi cahaya kebaikan dalam keluarga,
dan memastikan bahwa perempuan yang sudah dipinang tersebut nantinya akan
menjadi partner hidup yang akan menghantarkan pada keridhoan ALLAH.
Dan alhamdulillah, terasa maupun tidak terasa, nyatanya sudah hampir 12 bulan saya hidup bersama istri saya. Dinamika keluarga yang terjadi, semoga merupakan jalan untuk menjadi pribadi sekaligus pasangan yang dihebatkan ALLAH. Semoga dengan kehadiran “junior” yang tengah dikandung di dalam rahim istri saya sekarang, bisa membuat saya tersadarkan kembali bahwa sudah menunggu calon anggota baru yang akan saya pimpin kelak. Dan adalah bodoh jika saya tidak bersiap dan mau mengembangkan diri mengahadapi ini.
Dan alhamdulillah, terasa maupun tidak terasa, nyatanya sudah hampir 12 bulan saya hidup bersama istri saya. Dinamika keluarga yang terjadi, semoga merupakan jalan untuk menjadi pribadi sekaligus pasangan yang dihebatkan ALLAH. Semoga dengan kehadiran “junior” yang tengah dikandung di dalam rahim istri saya sekarang, bisa membuat saya tersadarkan kembali bahwa sudah menunggu calon anggota baru yang akan saya pimpin kelak. Dan adalah bodoh jika saya tidak bersiap dan mau mengembangkan diri mengahadapi ini.
sumber gambar: id.aliexpress.com |
Ya ALLAH, semoga
kapasitas diri masih bisa terisi dengan ilmu yang benar, supaya terus bisa menjadi lentera dan cahaya dalam keluarga, dan semoga kelak saya
bisa mempertanggung jawabkan atas orang-orang yang telah dan akan saya pimpin.
Aamiin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar