Eloknya biru pantai dengan embusan angin yang merayu, atau
menantangnya jalur pendakian untuk menuju ke puncak gunung, atau jelajah kota
bandung yang mempesona, mungkin di salah satunya kini kawan-kawan berada dalam
rangka menikmati libur panjang kali ini. Kesemuanya adalah pilihan dalam rangka
menghabiskan waktu yang tersedia. Tak peduli harus berkorban uang, selama bisa
memanjakan diri dan memberikan pengalaman baru.
Menarik memang menghabiskan waktu liburan panjang dengan menikmati hal-hal seperti itu, tapi mungkin ada sekumpulan orang yang justru cukup senang hanya dengan bersantai saja di rumah menikmati quality time bersama keluarga tercinta.
Menarik memang menghabiskan waktu liburan panjang dengan menikmati hal-hal seperti itu, tapi mungkin ada sekumpulan orang yang justru cukup senang hanya dengan bersantai saja di rumah menikmati quality time bersama keluarga tercinta.
Semuanya perkara pilihan.
Baru saja saya mendapatkan sebuah sharing artikel karya Fahd Pahdepie (colek sini) tentang balada seorang suami
yang kerap pulang malam dan nyaris tak ada waktu bersama keluarga. Sebuah
tulisan yang cukup bagus dan mengena, dan saya akan beri tambahan bumbu versi saya berikut:
Di dunia dinamis yang mana seorang suami bekerja mencari
nafkah hingga lintas kota (termasuk saya. hehehe *curhat) memang menyisakan
sebuah balada berupa waktu untuk keluarga yang begitu sempit. Bisa dibayangkan
8 jam bekerja di kantor ditambah perjalanan yang bisa mencapai 4 jam pulang
pergi (belum termasuk macet) adalah waktu yang habis tanpa kehadiran keluarga
secara fisik. Berangkat kerja sebakda subuh dan pulang sebakda maghrib atau
isya. Berangkat ketika anak belum terjaga dari tidur dan pulang sudah dalam
kondisi terlelap. Sungguh pemandangan memilukan. Belum lagi istri yang begitu
antusias menanti kepulangan karena ingin berbagi kisah seru apa yang terjadi
selama suami tak ada. memilukan kuadrat.
Sebuah jebakan rutinitas di antara karir dan keluarga. Sungguh
hebat dan bersyukur bila keduanya bisa beriringan dengan syahdan. Faktanya,
acapkali kemanisannya tak demikian yang dirasa. Karir selalu merangsut berebut
meminta porsi lebih untuk diperhatikan, sedangkan cerita seru istri dan
perkembangan anak hanya menjadi condiment
yang membuat hidup tidak terkesan ganas.
Bagi saya yang termasuk ke dalam seorang karyawan yang
bekerja lintas kota dan menghabiskan waktu lebih banyak di luar, terasa sekali
proses kehilangan moment bermain bersama anak atau bertukar pikiran dengan
istri. Kalaupun ada hanya waktu sisa saja yang sudah tak bugar lagi energinya.
Alhasil hanya berupa do’a dan kecupan kasih sayang di tidak sadarnya mereka
yang bisa saya berikan.
Ya, pada akhirnya hidup memang sebuah paket berisi keputusan
yang dilengkapi dengan konsekuensinya. Mereka yang berhasil memaknai dan
menghargai keputusannyalah yang akhirnya menjadi insan yang siap dan selalu
semangat serta bersyukur menjalaninya.
sumber gambar: selvinortiz.com |
Semoga di libur ini, terselip sebuah waktu berharga yang
didedikasikan khusus untuk keluarga. untuk kawan-kawan yang sedang berkesempatan
menemui keluarga kecilnya. Untuk kawan-kawan yang sedang pulang kampung untuk
menjenguk dan memuliakan orang tua dan kerabatnya. Untuk kawan-kawan yang
tengah menghargai waktu-waktu indahnya.
Mari kita berdendang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar