nikmat menikah adalah salah satu yang memang perlu disyukuri. tak sedikit orang yang sudah sangat berharap untuk mendapatkan nikmat ini, tetapi belum ditakdirkan mengalaminya. entah karena belum ketemu jodohnya, entah belum siap uangnya, entah belum siap ilmunya, tapi yang paling tragis adalah jika belum siap menjadi suami atau menjadi istri. #lha
budaya yang berkembang di masyarakat saat ini untuk mereka-mereka yang belum menikah, dan bahkan belum terbayang siapa jodohnya, kemudian disebut sebagai jomblo. parahnya lagi label jomblo ini kemudian dikonotasikan sebagai sesuatu yang memprihatinkan bin ngenes. candaan untuk para jomblo begitu santer hingga kadang membuat para jomblo ini menjadi minder.
namun, untuk mereka yang sudah menikah pun, sebetulnya bukanlah jaminan mendapatkan kenikmatan. dalam pandangan saya, nikmat sesungguhnya adalah hidup mulia atau mati syahid. pernikahan bisa menjadi salah satu saluran untuk mendapatkan hidup mulia tersebut, jika itu memang dijalankan sesuai dengan prosedur yang benar, sesuai dengan syariat. tapi pernikahan pun bisa menjadi saluran kesengsaraan jika dijalankan tidak sesuai dengan tuntunan ALLAH dan rasul-Nya.
karenanya, mengetahui esensi pernikahan adalah sesuatu yang penting jika memang menginginkan label hidup mulia. pernikahan yang bagaimana yang kelak bisa menuju ke arah sana? yaitu pernikahan yang di dalamnya berisikan suami yang tahu akan tanggung jawab kepemimpinannya untuk menghantarkan istri dan anaknya untuk bersama-sama menuju satu ketaatan pada ALLAH. istri yang sadar dan faham akan kewajiban taat pada suaminya yang mengajak pada ALLAH. anak yang senantiasa mau dididik oleh ibunya untuk mengetahui tujuan hidupnya untuk berbakti hanya pada ALLAH. itu saja! namun, kata "saja" di sini praktiknya mungkin akan terasa sulit dan berat jika tak tahu ilmunya. saran saya, untuk bisa melihat kondisi rumah tangga yang jadi panutan bisa mempelajari kisah nabi ibrahim, siti hajar dan nabi ismail.
makna pernikahan seperti ini, jarang sekali terlihat di masyarakat saat ini. yang terlihat terkadang kemasan berupa persiapan makanannya, gedungnya, pakaiannya, maharnya, dan tektek bengek lainnya yang kurang greget. hanya simbol-simbol keduniaan dan kepestaan semata. tersebab itu, jangan heran jika kehidupan pernikahan setelahnya justru malah menjadi hambar. tak bermaksud mengeneralisir, tapi kebanyakan seperti itulah yang akhirnya menjadi tradisi warisan nenek moyang.
sehingga jangan heran jika di zaman sekarang, orang-orang merasa berat menikah karena standard yang digunakannya adalah warisan nenek moyang ini. bukan kembali pada aturan ALLAH tentang munakahat yang sebenarnya. seberapa banyakkah saat ini seorang calon suami menggeber ibadahnya sebelum menikah ketimbang menggeber kerjanya supaya dapat uang yang banyak? rasanya hanya segelintir saja. lalu seberapa banyakkah saat ini seorang calon sitri yang menjadikan pendidikan tingginya untuk diaplikasikan di tataran rumah tangganya ketimbang yang sibuk digunakan untuk bekerja dan mendapatkan uang? rasanya juga hanya segelintir.
ya, kembali lagi setiap orang punya definisi sendiri mengenai konsep pernikahan. mau membawa keluarganya kelak menjadi seperti apa, itu adalah hak masing-masing. semoga setiap orang siap dengan petanggung jawabannya masing-masing kelak jika akhirnya ALLAH menanyakan di akhirat kelak.
demikian tulisan singkat saya yang tetiba melayang di pikiran. pesan pribadi untuk para jomblo, jangan hiraukan orang-orang yang seolah "pamer" akan dirinya yang sudah mendapatkan nikmat penikahan tersebut, dan jangan layani juga orang-orang yang mungkin "nyinyir" akan kehidupan kalian, karena apa yang dipamerkannya pun bukanlah jaminan bahwa kenikmatan berada di genggaman. gunakan waktu semasa jomblo sebagai masa mencari ilmu dan mempersiapkan. sayang sekali jika energi positif yang dimiliki habis hanya karena dirundung kegalauan dan baper karena keusilan teman-teman yang membecandai untuk segera memiliki pasangan halal.
benar sih pasangan halal, tapi tak berarti jaminan bahwa pasangan halal tersebut akan menjadi kehalalan menuju surga-Nya. surga ALLAH hanya akan diberikan kepada pasangan halal yang kemudian membentuk generasai rabbani untuk memberikan loyalitas dan kecintaannya hanya pada ALLAH semata. insya ALLAH.
terima kasih sudah mau membaca...
budaya yang berkembang di masyarakat saat ini untuk mereka-mereka yang belum menikah, dan bahkan belum terbayang siapa jodohnya, kemudian disebut sebagai jomblo. parahnya lagi label jomblo ini kemudian dikonotasikan sebagai sesuatu yang memprihatinkan bin ngenes. candaan untuk para jomblo begitu santer hingga kadang membuat para jomblo ini menjadi minder.
namun, untuk mereka yang sudah menikah pun, sebetulnya bukanlah jaminan mendapatkan kenikmatan. dalam pandangan saya, nikmat sesungguhnya adalah hidup mulia atau mati syahid. pernikahan bisa menjadi salah satu saluran untuk mendapatkan hidup mulia tersebut, jika itu memang dijalankan sesuai dengan prosedur yang benar, sesuai dengan syariat. tapi pernikahan pun bisa menjadi saluran kesengsaraan jika dijalankan tidak sesuai dengan tuntunan ALLAH dan rasul-Nya.
karenanya, mengetahui esensi pernikahan adalah sesuatu yang penting jika memang menginginkan label hidup mulia. pernikahan yang bagaimana yang kelak bisa menuju ke arah sana? yaitu pernikahan yang di dalamnya berisikan suami yang tahu akan tanggung jawab kepemimpinannya untuk menghantarkan istri dan anaknya untuk bersama-sama menuju satu ketaatan pada ALLAH. istri yang sadar dan faham akan kewajiban taat pada suaminya yang mengajak pada ALLAH. anak yang senantiasa mau dididik oleh ibunya untuk mengetahui tujuan hidupnya untuk berbakti hanya pada ALLAH. itu saja! namun, kata "saja" di sini praktiknya mungkin akan terasa sulit dan berat jika tak tahu ilmunya. saran saya, untuk bisa melihat kondisi rumah tangga yang jadi panutan bisa mempelajari kisah nabi ibrahim, siti hajar dan nabi ismail.
makna pernikahan seperti ini, jarang sekali terlihat di masyarakat saat ini. yang terlihat terkadang kemasan berupa persiapan makanannya, gedungnya, pakaiannya, maharnya, dan tektek bengek lainnya yang kurang greget. hanya simbol-simbol keduniaan dan kepestaan semata. tersebab itu, jangan heran jika kehidupan pernikahan setelahnya justru malah menjadi hambar. tak bermaksud mengeneralisir, tapi kebanyakan seperti itulah yang akhirnya menjadi tradisi warisan nenek moyang.
sehingga jangan heran jika di zaman sekarang, orang-orang merasa berat menikah karena standard yang digunakannya adalah warisan nenek moyang ini. bukan kembali pada aturan ALLAH tentang munakahat yang sebenarnya. seberapa banyakkah saat ini seorang calon suami menggeber ibadahnya sebelum menikah ketimbang menggeber kerjanya supaya dapat uang yang banyak? rasanya hanya segelintir saja. lalu seberapa banyakkah saat ini seorang calon sitri yang menjadikan pendidikan tingginya untuk diaplikasikan di tataran rumah tangganya ketimbang yang sibuk digunakan untuk bekerja dan mendapatkan uang? rasanya juga hanya segelintir.
ya, kembali lagi setiap orang punya definisi sendiri mengenai konsep pernikahan. mau membawa keluarganya kelak menjadi seperti apa, itu adalah hak masing-masing. semoga setiap orang siap dengan petanggung jawabannya masing-masing kelak jika akhirnya ALLAH menanyakan di akhirat kelak.
sumber gambar: materidakwahpilihan.blogspot.com |
demikian tulisan singkat saya yang tetiba melayang di pikiran. pesan pribadi untuk para jomblo, jangan hiraukan orang-orang yang seolah "pamer" akan dirinya yang sudah mendapatkan nikmat penikahan tersebut, dan jangan layani juga orang-orang yang mungkin "nyinyir" akan kehidupan kalian, karena apa yang dipamerkannya pun bukanlah jaminan bahwa kenikmatan berada di genggaman. gunakan waktu semasa jomblo sebagai masa mencari ilmu dan mempersiapkan. sayang sekali jika energi positif yang dimiliki habis hanya karena dirundung kegalauan dan baper karena keusilan teman-teman yang membecandai untuk segera memiliki pasangan halal.
benar sih pasangan halal, tapi tak berarti jaminan bahwa pasangan halal tersebut akan menjadi kehalalan menuju surga-Nya. surga ALLAH hanya akan diberikan kepada pasangan halal yang kemudian membentuk generasai rabbani untuk memberikan loyalitas dan kecintaannya hanya pada ALLAH semata. insya ALLAH.
terima kasih sudah mau membaca...