selamat petang,
2 minggu sudah saya tidak menulis blog.
kali ini saya kembali menggerakkan jari-jemari untuk menekan tuts keypad dari sebuah laptop baru yang merupakan inventaris kantor. alhamdulillah. :)
minggu lalu saya sempat nge-twit mengenai silaturahim saya ke depok menemui kawan lama. di dalam closing twit tersebut yang ber-hashtag #silaturahimdepok saya berjanji akan menulis cerita lengkapnya di hari kamis, yaitu kemarin. namun, sayang sekali saya harus telat satu hari menuangkannya dalam blog ceritaku_inspirasimu ini. tak apa ya?! yang penting saya tetap menuliskannya.
mari kita mulai saja runutan kisahnya.
berawal dari rasa rindu pada salah satu teman saya ketika KKN 2008 lalu, tak sengaja saya menyapanya via twitter untuk mengunjunginya. saat ini ia tengah menuntuk hak pendidikannya yang lebih tinggi di universitas indonesia, depok. "cukup dekat", pikir saya. masak sih hanya bogor - depok saja tidak bisa. akhirnya saya merencanakan untuk menemuinya di hari kamis, 14 februari 2013 sepulang saya bekerja.
mulanya saya berpikir untuk naik commuter ke stasiun pondok cina sebagai tempat pertemuan awal, tetapi hujan sore itu di bogor membuat saya sedikit malas jika harus berangkat ke stasiun bogor dari kantor saya. huft, dasar manusia dikasih cobaan sedikit sudah langsung down.
ting! tetiba saya punya ide di menit-menit terakhir pulang kantor. saya tekan nomor extension salah satu teman saya yang saya tahu berasal dari depok. bahkan dia setiap hari pulang pergi depok - bogor untuk bekerja. dalam perbincangan via aiphone tersebut, akhirnya saya putuskan untuk ikut dengannya.
singkat cerita akhirnya saya naik angkot ke arah ciawi untuk naik bis dari perempatan ciawi ke arah depok. cukup lama menunggu, tapi akhirnya kami dapati juga bis yang dinanti-nanti. sebuah bis yang sudah cukup usang dan padat. tak mengapa, yang terpenting saat itu adalah penantian selama setengah jam terbayar dengan kehadiran bis tersebut. alhamdulillah.
cukup menyenangkan kami berdua berbincang-bincang mengenai banyak hal, hingga tak terasa teman saya sudah harus turun duluan di daerah cilodong. baiklah, perjuangan harus saya teruskan sendiri menuju ITC depok tempat saya berjanji dengan teman KKN saya tersebut, Yoga namanya. sedangkan teman kantor saya yang membantu saya mengantar ke depok tersebut adalah Christ. :)
masih ingat. pukul 19:40 saat itu. saya tiba di ITC Depok dan menunggu dijemput oleh Yoga. dan.... alhamdulillah setelah 2 tahun tidak bersua, kami akhirnya bertemu kembali. terakhir bertemu adalah Januari 2011 lalu di atrium senen, Jakarta.
"assalamu'alaykum, akh", sapanya. "wa'alaykumussalam", saya menjawab dan kami kemudian berpelukan a'la aktivis kampus zaman masih muda dulu. (hehehe emangnya sekarang sudah setua apa?).
tidak mau membuang waktu yang begitu sempit. motor yang kami naiki digas dengan kecepatan sedang menuju kampus UI depok. agenda pertama adalah sholat isya di masjid kampus Ukhuwah Islamiyah. di masjid tersebut tak sengaja kami bertemu dengan teman satu organisasinya Yoga. kami berbincang-bincang sebentar yang kemudian dilanjut dengan mengambil air wudhu.
satu yang saya cukup iri saat itu adalah, masih ada beberapa kumpulan mahasiswa yang sedang mengaji bersama berkumpul sambil berdiskusi. kurang lebih tak berbeda jauh dengan perkumpulan pengajian yang pernah saya alami zaman kuliah dulu. jujur, sangat ingin bernostalgia dengan ikatan persahabatan macam itu, karena di dunia kerja saya sekarang, cukup sulit menemukan itu. atau mungkin sayanya yang memang tidak berusaha mencari peluang? (ini perlu saya telusur dan cari tahu lebih lanjut).
setelah menunaikan sholat, kami kemudian memutuskan agenda berikutnya yaitu makan malam. niatnya saat itu, Yoga hendak mengajak saya makan di rumah makan "spesial sambal" supaya terasa nostalgia masa kuliah dulu. hehehe, tapi memang belum rejeki, tempat yang dimaksud terlewat dan susah jika harus putar balik. dan,,, "lele lela"-lah yang akhirnya menjadi tempat yang beruntung dikunjungi oleh 2 pemuda yang bersemangat macam kami. hahaha pede. :)
kami memesan makanan berupa 2 porsi lele cabe hijau, 1 porsi tahu,1 porsi tempe dan 3 gelas es teh manis. ya tidak ada yang aneh. kami hanya ber-2 tetapi memesan es teh manis sebanyak 3 gelas. "wah, yoga... ente masih kayak zaman dulu", ujar saya. begitulah Yoga, dia memang sering memesan teh sebanyak 2 gelas dari awal saya berkenalan dengannya ketika KKN 2008 silam.
sambil makan, kami berbicara banyak hal. masih seputaran pembicaraan yang dari zaman KKN dulu, yaitu ma'isyah dan aisyah. maklum di antara teman-teman KKN sub unit Karangsemut, Bantul - Jogjakarta, kami termasuk yang belum menikah. hehehe.
namun, pembicaraan mengenai ini saya rasa tidak perlu dibahas lebih lanjut. kurang inspiratif soalnya. hahaha. kita menuju cerita yang inspiratif saja yah, yaitu ketika dia memulai diskusi bahwa hidup ini rasanya terlalu sederhana jika hanya kuliah, kerja, menikah, dan sukses.
inilah dasar yang akhirnya akan saya bahas dalam blog saya kali ini.
tidakkah teman-teman tertohok dengan pernyataan bahwa hidup ini terlalu sederhana jika hanya untuk kuliah, bekerja, menikah, punya anak, sukses dan akhirnya meninggal?
jika kita renungi lagi lebih dalam, saya rasa kalimat itu benar. apakah mutlak? jawabannya tergantung. pola pikir macam ini mungkin tidak semua orang setuju. ada kelompok yang lebih adem ayem dengan urusannya sendiri. baginya kesuksesan adalah ketika meraih master, atau bahkan doktor mungkin, memiliki pekerjaan dengan kedudukan yang terpandang, istri yang cantik dan kaya, anak yang pintar, rumah besar dan segala tetek bengek yang intinya semua diukur dengan materi. tapi jangan salah, ada sebagian kelompok yang justru mengukur kesuksesan dirinya dari seberapa bermanfaatnya dia bagi orang lain, bagi kehidupan di dunia ini, dan bagi cita-citanya yang mulia.
apakah salah orang yang mengukur kesuksesan dirinya dengan seberapa banyak kebendaan yang dimilikinya? saya lebih cenderung menilai ya, salah. karena kesuksesan yang hakiki adalah ketika mendapatkan surga sebagai hadiah dari amal baik selama di dunia. bagaimana surga ini bisa diraih? ya tadi, dengan menjadi sebaik-baik insan dengan kebermanfaatan yang tiada habisnya bagi orang lain. semudah itukah? harusnya sih jika balasannya seindah surga, paraktiknya tidak akan semudah yang dikira.
sejatinya, hanya ALLAH sajalah yang berhak memberikan surganya kepada yang berhak. yang bisa dilakukan oleh kita para manusia adalah berlomba-lomba memperebutkan pintu surga dengan amal kebajikan. caranya dengan apa? saya rasa tidak perlu didikte di sini, karena bagi teman-teman yang merasa sudah cukup dewasa bisa dengan mudah menjawabnya. dengan apa? baiklah, jika memaksa saya bantu jawab ya! yaitu dengan mencontoh pribadi Rasulullah saw. dan menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidupnya.
mencontoh Rasulullah saw. merupakan jalan yang memang diwajibkan karena pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, yang jika kita ikuti dengan sebaik-baiknya, semoga kita bisa menjadi orang yang beruntung yang akan mendapatkan janji surga-Nya. Mencontoh Rasulullah bukan berarti disempitkan dengan mencontoh amal riyadohnya saja, seperti sholatnya, shaumnya, dan sunnah-sunnah lainnya, tetapi lebih luas dari itu. yang lebih prinsip adalah mencontoh jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah dalam menyeru kepada kalimat Tauhid. melihat dan mencontoh bagaimana beliau yang mulia begitu komitmen memperjuangkan Islam, sungguh itulah yang lebih utama yang perlu diteladani. polanya, caranya, dan sistemnya. semoga kita termasuk ke dalam pribadi yang sudah mencontoh baginda Rasulullah dalam hal yang prinsip tadi. aamiin.
kemudian bagaimana dengan kelompok orang yang menilai kesuksesan dan kebahagiaan dari kadar materi tadi? silakan saja, bila itu memang sudah menjadi pilihannya. toh hidup ini adalah sebuah pilihan. ada kanan ada kiri. surga atau neraka. betul salah. lurus bengkok. syukur kufur. dan lain sebagainya.
namun, seperti yang disampaikan oleh Yoga tadi, rasanya terlalu sederhana dan naif jika hanya berpikir seperti itu, padahal di luar sana banyak umat yang perlu mendapat perhatian. butuh sisi kebermanfaatan kita yang memiliki potensi dan value yang lebih. pertanyaannya, maukah kita berbuat? itu saja.
saya pribadi, tidak dalam rangka mendikte teman-teman untuk menjadi manusia yang paling banyak manfaatnya, silakan bisa dipikirkan baik-baik dan dipertimbangkan sendiri, karena pilihannya ada di dalam diri sendiri.
bagi yang ingin melejitkan potensi yang dimilikinya supaya bisa lebih terasa kebermanfaatannya bagi orang lain, pilihannya pun banyak, bisa dengan mengikuti komunitas, membuat program pengabdian masyarakat, dan lain sebagainya selama dikerangkai dengan ibadah supaya jerih payahnya tetap bisa bernilai di sisi ALLAH.
jadi, bagiamana? lebih memilih hidup yang sederhana tadi atau yang lebih kompleks dan berdinamika? mangga, pilihan ada pada diri sendiri. :)
ah, akhirnya pertemuan singkat dengan Yoga harus dipisahkan oleh jarum jam yang kian meninggi. saya memutuskan untuk singgah ke rumahnya sebentar dan tak lama diantar ke stasiun depok. bersyukur masih ada commuter pukul 22:45 dari stasiun tersebut dan akhirnya pukul 23:30 saya tumbang di kamar kost saya dengan lelap sambil tersenyum penuh kebahagiaan. kebahagiaan yang semoga nyata, bukan semu dan bukan bahagia akan materi, tetapi karena ingin bermanfaat bagi banyak orang. aamiin ya robbana.
syukron ya, Yoga. semoga diskusi dan pertemuan singkat kita barokah dan bermanfaat.
akhirnya, saya menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup. terus memantaskan diri menjadi pribadi dengan value yang tinggi, yaitu yang bisa terus bermanfaat lagi banyak orang. menginspirasi dengan kata, sikap dan tindakan. di sini, di tempat saya berpijak.
Super sekali...
BalasHapus