Sesuatu yang dipilih dari hati nurani terdalam, maka yakinilah itu
pilihan yang insya ALLAH berkah…
Dan sesuatu yang dikerjakan dengan hati, maka sadarilah itu adalah
pekerjaan yang akan membahagiakan…
Well, mengapa saya gunakan prolog tersebut, karena ada hal yang tengah
saya pikirkan…
Setiap orang sudah barang tentu dihadapkan pada berbagai macam pilihan
dalam hidupnya. Pilihan tentang jodoh, tentang karir, tentang masa depan, dan
lain sebagainya. Pilihan apa yang akhirnya diambil, tentu akan melibatkan berbagai
komponen di dalamnya, yaitu panca indera, akal, perasaan dan hati.
Misalnya dalam memilih jodoh. Mata berperan dalam melihat elok rupa, telinga
berkontribusi dalam mendengar isi pembicaraan, akal membimbing proses logis
tidaknya pemilihan, perasaan menyumbangkan getar-getar ketertarikan, dan
terakhir hati yang menyimpulkan kesemuanya hingga menjawab “ya” atau “tidak”.
Ada orang yang langsung berkata “ya” atau “tidak” hanya dengan melibatkan
mata. Ada sebagian orang yang dengan melihat sisi logis dengan takaran akalnya.
Juga ada yang lebih mengedepankan perasaannya. Semuanya tentu memberikan dampak
yang berbeda. Hanya pilih karena mata, bisa jadi tidak tahu sisi lain dalam
perilaku dan sikapnya, dan akhirnya menyesal di kemudian. Tidak bahagia. Pilih karena
akal, nyatanya cinta terkadang tak bisa diukur dengan logika, sehingga tatkala
ada yang tidak sreg, ribut kemudian. Tidak
bahagia. Namun, jika memilih dengan hati, maka hampir bisa dipastikan bahwa
itulah yang akan lebih mendatangkan kebahagiaan.
Mengapa pilihan dari hati akan membawa pada kebahagiaan?
Saya hanya menganalisa dari sudut berikut:
Yang dimaksud dengan hati menurut persepsi saya adalah “ruh” yang
ditiupkan oleh ALLAH saat janin masih dalam kandungan. Hati ini senantiasa
patuh dan tunduk serta miliki frekuensi yang sama dengan penciptanya, sehingga
akan selalu terkait dengan Sang Pemiliknya, yaitu ALLAH yang Maha Agung dan
Luhur. Karena sifatnya inilah, maka hati pun bernilai luhur dan terkoneksi
dengan mulia pada pemiliknya. Berbeda dengan komponen fisik yang terlihat yaitu
jasad. Kita ketahui bersama bahwa ianya diciptakan dari tanah. Tanah letaknya
di bawah dan diinjak. Menuruti kemauan jasad artinya menuruti hawa nafsu saja. Maka
menuruti apa-apa yang selain hati, besar potensinya membuat manusia tersebut
akhirnya tidak bahagia sebagai bahasa halus dari terinjak-injak tadi.
Hidup hanya sekali, maka mantapkanlah pilihan yang ingin dipilih yang
sesuai dengan hati. Yang sesuai dengan ruh, dan kerjakanlah segalanya dengan
hati pula, karena hati tak pernah tak jujur, supaya kebahagiaanlah yang
akhirnya bisa diraih. Bukankah memang kebahagiaanlah yang sejatinya merupakan pangkal
segalanya yang dikejar manusia dalam hidup?
- -
sebuah tulisan yang saya renungi setelah
pertemuan dengan seseorang -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar