ini adalah salah satu tulisan saya yang mungkin bergaya agak aneh. jika biasanya saya menulis sebuah artikel yang bersifat netral, barangkali dalam tulisan ini ada sedikit tendensi untuk sedikit negatif pada suatu golongan dan sedikit positif untuk golongan yang lain. bukan dalam rangka untuk membuat perpecahan ataupun konflik, hanya sebuah sharing yang semoga kita semua sudah dewasa dan bisa mengambil manfaatnya dengan lebih bijak.
halah, langsung jebret we atuh rek nulis naon atuh meuni kudu prolog jiga kitu? hehehe. (halah, langsung aja mau menulis apa, tak perlu sampai membuat prolog seperti itu. red).
ok, sebetulnya tulisan saya kali ini lebih bercerita tentang sebuah fenomena yang sedang beredar luas di masyarakat saat ini, yaitu tentang posting-an di social media. beberapa kali saya melihat posting-an teman-teman saya baik di facebook, twitter, instagram atau social media lainnya. ada beberapa postingan yang menurut saya terkadang cukup "lebay" untuk di-publish kepada followers-nya. saya jadi berpikir sesaat apa sebetulnya niat dari orang tersebut mem-posting itu semua? apakah untuk sekedar pamer, untuk sharing semata, untuk gaya-gaya, atau ya sekedar pengen aja tanpa alasan atau untuk apa.
nah, ini nih pemisalan posting-an "lebay" yang saya maksud:
1. "menunggu suami tercinta, masakan kesukaan sudah tersedia... ah, hubby cepet datang dong!"
2. foto-foto pernikahan
3. foto-foto sehabis kongkow di suatu tempat
4. foto di luar negeri yang terkesan nuansa pamernya.
dan masih banyak lagi. barangkali kawan-kawan bisa menambahkan contoh lainnya.
mungkin sekilas tertangkap kesan bahwa "ah itu mah kamu saja yang iri?" atau "penting banget si elo ngurusin hal kayak begituan". "ya ilah, suka-suka gue kali!" and many more and more. hehehe
ya sekali lagi kan saya bilang bahwa sepertinya tulisan ini memang akan sedikit berbau negatif untuk sekalangan orang, tapi yang ingin saya bawa dalam tulisan ini adalah untuk saling menghargai antara pemilik akun dan para friends atau followers-nya. itu saja tak lebih. saya pun tak mau sok suci merasa paling benar. saya mengakui pernah melakukan hal seperti itu, posting hal-hal yang agak lebay bin galau dan kroni-kroninya itu, hehehe. tapi itu dulu! sekarang alhamdulillah sudah sangat jauh berkurang. seiring bertambahnya usia. tapi anehnya, beberapa yang mem-posting "lebay" ini malah orang-orang yang justru sudah "matang" secara umur. ya entahlah motifnya apa.
well, seperti yang kawan-kawan ketahui bahwa social media memang tools yang digunakan sebagai media untuk berjejaring, membangun relasi dengan teman-teman, saudara, mitra bisnis baik lintas daerah, lintas negara yang pokoknya tak terpisahkan ruang dan waktu deh. kesannya yang jauh jadi terasa dekat, tapi kadang yang dekat jadi terasa jauh. hehehe.
nah, oleh karena social media itu diakses juga oleh banyak orang yang akhirnya menjadi relasi kita (friends, followers, atau sebutan lainnya), maka sudah barang tentu apa yang kita publish akan diketahui dan berpengaruh terhadap relasi kita tersebut. ada aksi dan reaksi. ada rangsangan ada tanggapan.
bagi saya pribadi, posting-an apapun itu (status, gambar, video, artikel tulisan, dll) tidak masalah selama memang masih wajar. yang agak jengkel adalah ketika apapun dan segala hal di-posting di social media. ingat lho bahwa apa yang kita posting berpengaruh kepada relasi kita. jadi, untuk amannya posting-lah yang baik-baik saja, sewajarnya dan seperlunya. ga perlu lebay karena ALLAH tidak suka yang berlebihan. dulu sewaktu belum ada social media juga bisa kan nahan diri untuk nggak eksis sebegitunya? hehehe.
lagi pula, bukannya kita justru senang jika akun yang kita punya ini bisa bermanfaat untuk relasi kita? jadi, usahakan untuk seminimal mungkin menciptakan suasana yang kurang nyaman dan kondusif bagi friends atau followers kita dengan hanya mem-publish hal-hal yang kurang pantas. di-filter lah seenggaknya.
contoh konkret yaitu saya kurang nyaman dengan orang yang mem-publish segala aktivitasnya sehingga memberikan efek bahwa tak ada lagi zona privasi. seolah penting banget untuk kita harus tahu kegiatan dia, baik yang senang maupun sedih. padahal sebaiknya apapun itu, ekspresikan sewajarnya, karena bisa jadi posting-an kita berisiko menciderai orang lain. misalnya ketika kita mem-posting betapa nikmatnya makan makanan all you can eat yang begitu "wow", kemudian ada salah satu follower-nya yang saat itu tengah merasakan betapa sulitnya dia bisa merasakan makan sehari sekali. atau ketika kita mem-posting foto-foto kebahagiaan ketika pesta pernikahan, lantas ada sekumpulan jomblo yang memang turut bahagia, tapi bisa jadi hatinya saat itu menjadi berprasangka tak baik kepada ALLAH karena merasa dirinya tak juga mendapatkan jodohnya. pernah berpikir sampai sekecil itu? gampangannya, posting-an kita bisa jadi sebagai trigger untuk orang lain bertindak, bersikap dan berpikir. mending kalo membuat orang jadi positif, tapi justru jika membuat orang jadi negatif? kira-kira adakah keturutsertaan kita di situ?
hmm, bukan bermaksud menggurui, tetapi nyatanya fenomena ini terjadi di kalangan masyarakat sekarang yang begitu mengagung-agungkan social media. menganggap social media sebagai ajang untuk memperlihatkan dan berbagi apapun tanpa batasan. padahal perlu sedikit kedewasaan untuk menyisipkan kebijaksanaan dalam mem-posting apa-apa yang sebaiknya di-publish. dan semoga siapapun kawan-kawan yang menggunakan social media bisa lebih bijak dan arif untuk memfungsikannya pada suatu hal yang jauh lebih berfaedah.
tapi kan gatel pengen nge-share atau mem-publish pada banyak orang? pengen eksis dan berbagi kebahagiaan. ok, silakan! tapi in my humble opinion, ada cara lain untuk meluapkan apapun yang kita rasakan, baik kebahagiaan ataupun kesedihan, yaitu dengan menggunakan media lain yang saya sebut jejaring 1/3 malam terakhir. silakan publish dan share sepuas-puasnya. sampe nangis kalo perlu! selain dapat pahala, terhindar dari unsur riya', juga meminimalisasi untuk menciderai perasaan para follower atau friends dalam daftar kontak akun social media yang kita miliki. hehehe.
well, sebagai penutup, selamat bersocial media dengan lebih arif dan bijak! juga selamat mencoba untuk berjejaring 1/3 malam terakhir untuk merasakan betapa dahsyatnya media yang satu ini. insya ALLAH.
ditulis di bogor, tanggal enam maret dua ribu empat belas, dengan tanpa tendensi negatif pada siapapun. adapun jika ada yang tersungging, eh tersinggung, saya mohon maaf.
cheers :)
halah, langsung jebret we atuh rek nulis naon atuh meuni kudu prolog jiga kitu? hehehe. (halah, langsung aja mau menulis apa, tak perlu sampai membuat prolog seperti itu. red).
ok, sebetulnya tulisan saya kali ini lebih bercerita tentang sebuah fenomena yang sedang beredar luas di masyarakat saat ini, yaitu tentang posting-an di social media. beberapa kali saya melihat posting-an teman-teman saya baik di facebook, twitter, instagram atau social media lainnya. ada beberapa postingan yang menurut saya terkadang cukup "lebay" untuk di-publish kepada followers-nya. saya jadi berpikir sesaat apa sebetulnya niat dari orang tersebut mem-posting itu semua? apakah untuk sekedar pamer, untuk sharing semata, untuk gaya-gaya, atau ya sekedar pengen aja tanpa alasan atau untuk apa.
nah, ini nih pemisalan posting-an "lebay" yang saya maksud:
1. "menunggu suami tercinta, masakan kesukaan sudah tersedia... ah, hubby cepet datang dong!"
2. foto-foto pernikahan
3. foto-foto sehabis kongkow di suatu tempat
4. foto di luar negeri yang terkesan nuansa pamernya.
dan masih banyak lagi. barangkali kawan-kawan bisa menambahkan contoh lainnya.
mungkin sekilas tertangkap kesan bahwa "ah itu mah kamu saja yang iri?" atau "penting banget si elo ngurusin hal kayak begituan". "ya ilah, suka-suka gue kali!" and many more and more. hehehe
ya sekali lagi kan saya bilang bahwa sepertinya tulisan ini memang akan sedikit berbau negatif untuk sekalangan orang, tapi yang ingin saya bawa dalam tulisan ini adalah untuk saling menghargai antara pemilik akun dan para friends atau followers-nya. itu saja tak lebih. saya pun tak mau sok suci merasa paling benar. saya mengakui pernah melakukan hal seperti itu, posting hal-hal yang agak lebay bin galau dan kroni-kroninya itu, hehehe. tapi itu dulu! sekarang alhamdulillah sudah sangat jauh berkurang. seiring bertambahnya usia. tapi anehnya, beberapa yang mem-posting "lebay" ini malah orang-orang yang justru sudah "matang" secara umur. ya entahlah motifnya apa.
well, seperti yang kawan-kawan ketahui bahwa social media memang tools yang digunakan sebagai media untuk berjejaring, membangun relasi dengan teman-teman, saudara, mitra bisnis baik lintas daerah, lintas negara yang pokoknya tak terpisahkan ruang dan waktu deh. kesannya yang jauh jadi terasa dekat, tapi kadang yang dekat jadi terasa jauh. hehehe.
nah, oleh karena social media itu diakses juga oleh banyak orang yang akhirnya menjadi relasi kita (friends, followers, atau sebutan lainnya), maka sudah barang tentu apa yang kita publish akan diketahui dan berpengaruh terhadap relasi kita tersebut. ada aksi dan reaksi. ada rangsangan ada tanggapan.
bagi saya pribadi, posting-an apapun itu (status, gambar, video, artikel tulisan, dll) tidak masalah selama memang masih wajar. yang agak jengkel adalah ketika apapun dan segala hal di-posting di social media. ingat lho bahwa apa yang kita posting berpengaruh kepada relasi kita. jadi, untuk amannya posting-lah yang baik-baik saja, sewajarnya dan seperlunya. ga perlu lebay karena ALLAH tidak suka yang berlebihan. dulu sewaktu belum ada social media juga bisa kan nahan diri untuk nggak eksis sebegitunya? hehehe.
lagi pula, bukannya kita justru senang jika akun yang kita punya ini bisa bermanfaat untuk relasi kita? jadi, usahakan untuk seminimal mungkin menciptakan suasana yang kurang nyaman dan kondusif bagi friends atau followers kita dengan hanya mem-publish hal-hal yang kurang pantas. di-filter lah seenggaknya.
contoh konkret yaitu saya kurang nyaman dengan orang yang mem-publish segala aktivitasnya sehingga memberikan efek bahwa tak ada lagi zona privasi. seolah penting banget untuk kita harus tahu kegiatan dia, baik yang senang maupun sedih. padahal sebaiknya apapun itu, ekspresikan sewajarnya, karena bisa jadi posting-an kita berisiko menciderai orang lain. misalnya ketika kita mem-posting betapa nikmatnya makan makanan all you can eat yang begitu "wow", kemudian ada salah satu follower-nya yang saat itu tengah merasakan betapa sulitnya dia bisa merasakan makan sehari sekali. atau ketika kita mem-posting foto-foto kebahagiaan ketika pesta pernikahan, lantas ada sekumpulan jomblo yang memang turut bahagia, tapi bisa jadi hatinya saat itu menjadi berprasangka tak baik kepada ALLAH karena merasa dirinya tak juga mendapatkan jodohnya. pernah berpikir sampai sekecil itu? gampangannya, posting-an kita bisa jadi sebagai trigger untuk orang lain bertindak, bersikap dan berpikir. mending kalo membuat orang jadi positif, tapi justru jika membuat orang jadi negatif? kira-kira adakah keturutsertaan kita di situ?
hmm, bukan bermaksud menggurui, tetapi nyatanya fenomena ini terjadi di kalangan masyarakat sekarang yang begitu mengagung-agungkan social media. menganggap social media sebagai ajang untuk memperlihatkan dan berbagi apapun tanpa batasan. padahal perlu sedikit kedewasaan untuk menyisipkan kebijaksanaan dalam mem-posting apa-apa yang sebaiknya di-publish. dan semoga siapapun kawan-kawan yang menggunakan social media bisa lebih bijak dan arif untuk memfungsikannya pada suatu hal yang jauh lebih berfaedah.
tapi kan gatel pengen nge-share atau mem-publish pada banyak orang? pengen eksis dan berbagi kebahagiaan. ok, silakan! tapi in my humble opinion, ada cara lain untuk meluapkan apapun yang kita rasakan, baik kebahagiaan ataupun kesedihan, yaitu dengan menggunakan media lain yang saya sebut jejaring 1/3 malam terakhir. silakan publish dan share sepuas-puasnya. sampe nangis kalo perlu! selain dapat pahala, terhindar dari unsur riya', juga meminimalisasi untuk menciderai perasaan para follower atau friends dalam daftar kontak akun social media yang kita miliki. hehehe.
well, sebagai penutup, selamat bersocial media dengan lebih arif dan bijak! juga selamat mencoba untuk berjejaring 1/3 malam terakhir untuk merasakan betapa dahsyatnya media yang satu ini. insya ALLAH.
ditulis di bogor, tanggal enam maret dua ribu empat belas, dengan tanpa tendensi negatif pada siapapun. adapun jika ada yang tersungging, eh tersinggung, saya mohon maaf.
cheers :)
saya paling sensi sama mereka yang share kemesraan di medsos. Iya sih udah halal, kan tetep aja nggak boleh ngumbar kemesraan yang lebay di FB dll.
BalasHapusBikin geuli juga yang baca.
halo, annisa. assalamu'alaykum...
BalasHapusiya salam kenal ya. begitulah fenomenanya. kita yang cukup mengerti semoga terhindar dari melakukan yang seperti itu ya. aamiin :)
mari bijak gunakan aku social media untuk menebar faedah sebanyak-banyaknya :) aamiin.