"saya merasa bahwa ritme hidup saya terlalu cepat. ingin rasanya segera berjumpa kembali dengan akhir pekan untuk bisa bertafakur, dan saya merasa hanya di sabtu dan minggu saja bisa merasakan ritme hidup saya menjadi melambat."
itu adalah pernyataan dari salah satu sahabat saya. ia merasa bahwa jebakan rutinitas begitu kuat mencengkramnya.
hmmm, jebakan rutinitas. memang jebakan ini seolah membuat waktu menjadi begitu cepat sekali. sering bukan mendengar orang-orang bilang model seperti ini? "wah, nggak kerasa ya kamu udah nikah aja"; "perasaan baru kemaren senin, kok sekarang udah senin lagi"; "time flies euy"; dan sebagainya.
kadang merasa waktu berputar tidak wajar. lebih cepat dari biasanya. entah ini adalah sebuah pertanda akan datangnya hari kiamat atau bukan, tapi yang pasti kecepatan waktu merangkak membuat saya terkadang tidak sadar sudah berada di penghujung muda. tahu-tahu sudah 28 tahun. semoga rutinitas yang dilakukan selama ini bisa bernilai ibadah dan tidak menjebak saya pada jeratan siksa neraka kelak. aamiin.
ok, kita kembali kepada fenomena ritme hidup. jujur saya tertarik dengan istilah ini. mungkin penjelasan yang paling logis dengan apa yang disebut dengan ritme hidup ini adalah seberapa cepat merasakan bahwa waktu dalam kehidupan ini terpakai untuk sesuatu kegiatan. misalnya untuk seorang karyawan yang bekerja senin sampai jum'at, dimana aktivitas utamanya datang, bekerja, dan pulang, keesokannya begitu lagi, dan lagi tanpa ada variasi, kemudian ia merasa waktu berjalan cepat dan sudah bertemu dengan sabtu. maka bisa dikatakan ia memiliki ritme hidup yang terlalu cepat tanpa sempat melakukan banyak variasi aktivitas dalam hidupnya. bahkan ia tak sempat mengevaluasi hari per hari aktivitas karena seolah berjalan begitu saja tanpa henti dan tanpa rehat.
lain halnya dengan seorang siswa misalnya. ia memiliki kegiatan yang banyak. belajar di sekolah, latihan futsal dengan teman-temannya, kumpul komunitas fotografi, teater dan lain sebagainya. aktivitas yang banyak dalam setiap harinya membuat ia merasa waktu begitu banyak bernilai. mungkin yang dirasakannya waktu berjalan normal atau bahkan lambat karena ada pergantian setiap aktivitas yang berbeda, dan mestinya sempat mengevaluasi setiap aktivitas yang dilakukannya.
saya akui memang kehidupan setelah bekerja berbeda dengan ketika menempuh studi dahulu ketika sekolah atau kuliah. kehidupan ketika bekerja berjalan agak monoton karena aktivitasnya selalu dan serba melulu seperti itu. tidak banyak variasi, khususnya bagi karyawan pabrik macam saya. lain halnya dengan ketika saya sekolah dulu, ragam aktivitas yang bisa dilakukan banyak dan bisa dinikmati, sehingga tidak monoton dan jebakan rutinitasnya tidak terlalu nampak.
jadi saya mengambil sebuah hipotesa bahwa jika ingin merasakan ritme kerja yang melambat, ada baiknya melakukan ragam aktivitas yang berbeda. dan jangan lupa untuk sempatkan evaluasi setiap habis menjalankan satu aktivitas. tafakuri dan resapi apa yang sudah diperbuat dan apa gunanya untuk hidup yang sedang dijalani.
yang dibutuhkan sebetulnya hanya sebuah waktu senggang untuk mau rehat sebentar dan memutar balik segala yang sudah terjadi. ritme hidup yang terlalu cepat dikarenakan jebakan rutinitas berhasil membelenggu diri sehingga tak ada waktu untuk sejenak rehat dan mengaca. semua dibiarkan berjalan wajar dan terus begitu sampai akhirnya muncul istilah "tahu tahu sudah sekian bulan", "tahu-tahu sudah sekian tahun".
yaaaa... itulah dinamika yang dimainkan oleh waktu. tak salah memang ALLAH sampai berjanji atas nama waktu. seperti yang kawan-kawan ketahui dalam surat al asr berikut:
waktu akan mencelakakan diri jika tak bisa dikelola untuk keperluan berlomba dalam amal saleh, juga saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. jangan salahkan waktu jika saatnya detak jantung berhenti dan kita belum menyiapkan apa-apa. maka dari itu, sekaranglah waktunya setiap diri untuk menengok lagi bagaimana ritme hidup yang tengah dimainkan. diri kita mempunyai kontrol sepenuhnya untuk memainkan dengan tempo yang lambat atau cepat. terasa lambat jika banyak aktivitas bermanfaat dan akan terasa cepat jika jebakan rutinitas berhasil membuat lalai.
semoga ALLAH senantiasa menjadikan segala aktivitas yang kita lakukan selama ini bernilai ibadah dan tidak sia-sia. namun, karena tidak ada jaminan keberterimaan sebuah amal, maka tugas kita hanya terus dan terus berproses supaya mendapatkan nilai dan pahala. perbanyak aktivitas dan amalan saleh, jangan terjebak dengan kegiatan rutinitas yang selalu itu melulu. dan tentunya sempatkan untuk selalu bertafakur mengevaluasi kembali apa-apa saja yang sudah dilakukan selama ini.
yuk sama-sama atur ritme hidup kita! karena hidup di dunia hanya sekali. dan kalau bukan sekarang, kapan lagi?
itu adalah pernyataan dari salah satu sahabat saya. ia merasa bahwa jebakan rutinitas begitu kuat mencengkramnya.
hmmm, jebakan rutinitas. memang jebakan ini seolah membuat waktu menjadi begitu cepat sekali. sering bukan mendengar orang-orang bilang model seperti ini? "wah, nggak kerasa ya kamu udah nikah aja"; "perasaan baru kemaren senin, kok sekarang udah senin lagi"; "time flies euy"; dan sebagainya.
kadang merasa waktu berputar tidak wajar. lebih cepat dari biasanya. entah ini adalah sebuah pertanda akan datangnya hari kiamat atau bukan, tapi yang pasti kecepatan waktu merangkak membuat saya terkadang tidak sadar sudah berada di penghujung muda. tahu-tahu sudah 28 tahun. semoga rutinitas yang dilakukan selama ini bisa bernilai ibadah dan tidak menjebak saya pada jeratan siksa neraka kelak. aamiin.
ok, kita kembali kepada fenomena ritme hidup. jujur saya tertarik dengan istilah ini. mungkin penjelasan yang paling logis dengan apa yang disebut dengan ritme hidup ini adalah seberapa cepat merasakan bahwa waktu dalam kehidupan ini terpakai untuk sesuatu kegiatan. misalnya untuk seorang karyawan yang bekerja senin sampai jum'at, dimana aktivitas utamanya datang, bekerja, dan pulang, keesokannya begitu lagi, dan lagi tanpa ada variasi, kemudian ia merasa waktu berjalan cepat dan sudah bertemu dengan sabtu. maka bisa dikatakan ia memiliki ritme hidup yang terlalu cepat tanpa sempat melakukan banyak variasi aktivitas dalam hidupnya. bahkan ia tak sempat mengevaluasi hari per hari aktivitas karena seolah berjalan begitu saja tanpa henti dan tanpa rehat.
lain halnya dengan seorang siswa misalnya. ia memiliki kegiatan yang banyak. belajar di sekolah, latihan futsal dengan teman-temannya, kumpul komunitas fotografi, teater dan lain sebagainya. aktivitas yang banyak dalam setiap harinya membuat ia merasa waktu begitu banyak bernilai. mungkin yang dirasakannya waktu berjalan normal atau bahkan lambat karena ada pergantian setiap aktivitas yang berbeda, dan mestinya sempat mengevaluasi setiap aktivitas yang dilakukannya.
saya akui memang kehidupan setelah bekerja berbeda dengan ketika menempuh studi dahulu ketika sekolah atau kuliah. kehidupan ketika bekerja berjalan agak monoton karena aktivitasnya selalu dan serba melulu seperti itu. tidak banyak variasi, khususnya bagi karyawan pabrik macam saya. lain halnya dengan ketika saya sekolah dulu, ragam aktivitas yang bisa dilakukan banyak dan bisa dinikmati, sehingga tidak monoton dan jebakan rutinitasnya tidak terlalu nampak.
jadi saya mengambil sebuah hipotesa bahwa jika ingin merasakan ritme kerja yang melambat, ada baiknya melakukan ragam aktivitas yang berbeda. dan jangan lupa untuk sempatkan evaluasi setiap habis menjalankan satu aktivitas. tafakuri dan resapi apa yang sudah diperbuat dan apa gunanya untuk hidup yang sedang dijalani.
yang dibutuhkan sebetulnya hanya sebuah waktu senggang untuk mau rehat sebentar dan memutar balik segala yang sudah terjadi. ritme hidup yang terlalu cepat dikarenakan jebakan rutinitas berhasil membelenggu diri sehingga tak ada waktu untuk sejenak rehat dan mengaca. semua dibiarkan berjalan wajar dan terus begitu sampai akhirnya muncul istilah "tahu tahu sudah sekian bulan", "tahu-tahu sudah sekian tahun".
yaaaa... itulah dinamika yang dimainkan oleh waktu. tak salah memang ALLAH sampai berjanji atas nama waktu. seperti yang kawan-kawan ketahui dalam surat al asr berikut:
وَالْعَصْرِ
(1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (3
“demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi
(celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling
menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al
‘Ashr: 1-3)
waktu akan mencelakakan diri jika tak bisa dikelola untuk keperluan berlomba dalam amal saleh, juga saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. jangan salahkan waktu jika saatnya detak jantung berhenti dan kita belum menyiapkan apa-apa. maka dari itu, sekaranglah waktunya setiap diri untuk menengok lagi bagaimana ritme hidup yang tengah dimainkan. diri kita mempunyai kontrol sepenuhnya untuk memainkan dengan tempo yang lambat atau cepat. terasa lambat jika banyak aktivitas bermanfaat dan akan terasa cepat jika jebakan rutinitas berhasil membuat lalai.
semoga ALLAH senantiasa menjadikan segala aktivitas yang kita lakukan selama ini bernilai ibadah dan tidak sia-sia. namun, karena tidak ada jaminan keberterimaan sebuah amal, maka tugas kita hanya terus dan terus berproses supaya mendapatkan nilai dan pahala. perbanyak aktivitas dan amalan saleh, jangan terjebak dengan kegiatan rutinitas yang selalu itu melulu. dan tentunya sempatkan untuk selalu bertafakur mengevaluasi kembali apa-apa saja yang sudah dilakukan selama ini.
yuk sama-sama atur ritme hidup kita! karena hidup di dunia hanya sekali. dan kalau bukan sekarang, kapan lagi?