pukul 5 pagi adalah waktu paling maksimal mata saya tertutup dan terbuai mimpi. bangun dalam kondisi seolah dikejar kereta membuat aktivitas pagi seperti lari maraton. bukan tanpa alasan. semenjak saya tinggal di depok, perjalanan ke kantor tempat saya bekerja di kawasan MM 2100 cibitung sana memang terasa sekali perjuangannya.
beberapa kali saya trial dengan teknik dan rute yang berbeda-beda:
pernah naik motor langsung dari rumah ke kantor. 80 menit di perjalanan, yang mana semangat ketika pagi berangkat, tetapi mengantuk di sore ketika pulang. hooaaammm...
pernah naik motor sampai pasar rebo, titip motor di sana dan lanjut naik bus menuju rest area km 19 yang kemudian naik minibus antar jemput karyawan sampai ke kantor.
dan yang terakhir--yang belakangan tengah dicoba sudah hampir 2 minggu ini--adalah naik motor sampai stasiun universitas indonesia, lanjut naik kereta sampai stasiun tanjung barat, lanjut lagi naik angkot nomor 19 ke pasar rebo, lanjut lagi naik bus sampai rest area km 19, dan terakhir naik minibus antar jemput karyawan sampai ke kantor. untuk yang teknik dan rute terakhir ini benar-benar "asyik". bayangkan untuk sampai ke kantor, saya harus naik 5 jenis kendaraan yang berbeda. hehehe. antara bangga dan capek. huft :)
sudah ah ndak usah dibayangkan. tapi dijalani dengan penuh semangat demi dapur bisa tetap ngebul. hohoho... nah, salah satu bagian dari perjalanan saya tersebut menarik untuk dikupas lebih jauh, yaitu salah satu potongan perjalanan menggunakan kereta.
kereta commuter line pagi arah jakarta selalu menjadi primadona sebagai transportasi sejuta umat. wajar saja karena selain cepat, harganya relatif bersahabat dengan dompet. begitu banyak kepala yang harus segera berada di ibukota di pagi hari, demi terdaftar sebagai karyawan yang tidak masuk dalam list "terlambat". hahaha. itulah warta berita setiap pagi sebagai menu pembuka setiap harinya...
nah, pernahkah kawan-kawan melihat pemandangan commuter line pagi menuju jakarta? jika belum, sebaiknya jangan pernah diniatkan untuk melihat, karena yang ada hanya sebuah celaan dan rutukan yang bercampur dengan emosi. gerbong kereta penuh dengan manusia yang siap bekerja. mereka rela berdesakan dan bahkan muka menempel di kaca pun jadi. sudah seperti ikan di dalam akuarium sempit. kurang manusiawi.
fenomena ini terpaksa akhirnya harus saya alami. saya nyebur dalam fenomena tersebut demi sampai ke tanjung barat. saya berkesempatan untuk merasakan berada di dalam dunia yang saya gambarkan tersebut. untungnya hanya sekitar 10 menit saja karena hanya dari stasiun universitas indonesia sampai ke tanjung barat. namun, itupun sudah luar biasa membuat saya terkadang tidak nyaman. merasa tidak merdeka. serius! terbayang mereka yang naik dari bogor atau bekasi dan merasakannya selama 1 jam lebih :(
untuk bisa masuk ke dalam gerbong adalah sebuah perjuangan yang mungkin perlu ada training khususnya. kelincahan, kekuatan tangan dalam berpegangan, kemampuan mengempis dan melangsingkan diri menjadi modal utama bagi sesiapa yang naik di stasiun pemberhentian, bukan di stasiun awal semacam bogor, depok atau bekasi.
setelah berhasil naik, selaiknya patut mendapatkan ucapan "selamat!" karena tahap awal sudah dilalui, berikutnya tinggal bagaimana bertahan berada di dalam gerbong yang penuh sesak. untung pagi-pagi. gunakan asumsi bahwa semua orang sudah mandi dan berbadan harum. bisa dibayangkan jika sebaliknya, yaitu ketika sore atau malam berada di commuter line menuju bogor atau bekasi yang juga tidak ada bedanya dengan pemandangan pagi arah jakarta. bedanya ketika pagi masih nampak muka-muka segar dan wangi, tapi ketika malam? (tidak perlu dijawab). hahaha.
namun, uniknya pemandangan ketika masuk ke dalam gerbong adalah... nyaris separuh lebih penumpang tengah asyik bermain dengan gadget-nya. saya berpikir dalam hati: "kok bisa ya ini orang-orang sambil berdiri sesak tapi tetap nyaman bermain twitter, facebook, path, pasang lagu, baca berita, scroll atas scroll bawah, pencet sana pencet sini..." ckckckck, sungguh keahlian yang mungkin hanya dimiliki oleh para roker alias rombongan kereta. mungkin bermain gadget adalah satu-satunya bentuk hiburan yang bisa mereka rasakan. pengap, sempit tak lagi dirasakan oleh mereka karena toh itu memang akan setiap hari dialami, karenanya gadget bisa menjadi penawar dan lumayan untuk mengisi waktu luang. mungkin!
selain tipe penumpang di atas, separuh sisanya adalah tipikal penumpang yang aktivitasnya hanya berdiri termangu dan melamun (termasuk saya), tidur sambil berdiri, dan sebagian kecil yang masih sempat diskusi asyik alias mengobrol. hhhmmmm...
ya itulah dunia yang mereka miliki selama berada di atas gerbong commuter line (dan tidak mendapatkan tempat duduk tentunya). siapapun yang masuk ke dalam gerbong, saya merasa bahwa mereka seperti masuk ke dalam dunianya masing-masing. sebuah dunia dengan luasan 1 ubin ukuran 30 cm x 30 cm. betapa sempit dan terbatasnya apa yang bisa dilakukan. saya jadi teringat mengenai salah satu wasiat tentang waktu. lapang sebelum sempit. dan itu benar adanya. betapa ketika lapang itu adalah nikmat. diri merasa bebas dan merdeka untuk melakukan banyak hal apapun, tapi jika tiba saatnya berada dalam kesempitan, terbataslah sudah apa yang bisa diupayakan. kita laksana masuk ke dalam dimensi tempat yang tidak nyaman dan tidak merdeka.
karenanya, bagi kawan-kawan yang setiap hari bisa beraktivitas ke sekolah, ke kantor atau ke manapun dengan perjuangan yang tidak seberapa, jangan mengeluh dan semangatlah beraktivitas. karena di luar sana (di dunia yang mungkin tidak pernah kawan-kawan bayangkan sebelumnya), banyak kepala manusia yang setiap paginya rela masuk ke dalam dunia sebesar 1 ubin selama rentang waktu 10 - 90 menit.
ya, kawan-kawan tidak salah baca. serius itu dunia 1 ubin. dimana semua arah (utara, timur, selatan, dan barat) berbatasan langsung dengan badan-badan penumpang lainnya. bergesekan!
yap sekali lagi, kawan-kawan tidak salah baca. inilah fenomena yang saya sebut dunia 1 ubin.
p.s: didedikasikan khusus untuk para roker pagi arah jakarta dan roker malam arah bogor/bekasi :p
beberapa kali saya trial dengan teknik dan rute yang berbeda-beda:
pernah naik motor langsung dari rumah ke kantor. 80 menit di perjalanan, yang mana semangat ketika pagi berangkat, tetapi mengantuk di sore ketika pulang. hooaaammm...
pernah naik motor sampai pasar rebo, titip motor di sana dan lanjut naik bus menuju rest area km 19 yang kemudian naik minibus antar jemput karyawan sampai ke kantor.
dan yang terakhir--yang belakangan tengah dicoba sudah hampir 2 minggu ini--adalah naik motor sampai stasiun universitas indonesia, lanjut naik kereta sampai stasiun tanjung barat, lanjut lagi naik angkot nomor 19 ke pasar rebo, lanjut lagi naik bus sampai rest area km 19, dan terakhir naik minibus antar jemput karyawan sampai ke kantor. untuk yang teknik dan rute terakhir ini benar-benar "asyik". bayangkan untuk sampai ke kantor, saya harus naik 5 jenis kendaraan yang berbeda. hehehe. antara bangga dan capek. huft :)
sudah ah ndak usah dibayangkan. tapi dijalani dengan penuh semangat demi dapur bisa tetap ngebul. hohoho... nah, salah satu bagian dari perjalanan saya tersebut menarik untuk dikupas lebih jauh, yaitu salah satu potongan perjalanan menggunakan kereta.
kereta commuter line pagi arah jakarta selalu menjadi primadona sebagai transportasi sejuta umat. wajar saja karena selain cepat, harganya relatif bersahabat dengan dompet. begitu banyak kepala yang harus segera berada di ibukota di pagi hari, demi terdaftar sebagai karyawan yang tidak masuk dalam list "terlambat". hahaha. itulah warta berita setiap pagi sebagai menu pembuka setiap harinya...
nah, pernahkah kawan-kawan melihat pemandangan commuter line pagi menuju jakarta? jika belum, sebaiknya jangan pernah diniatkan untuk melihat, karena yang ada hanya sebuah celaan dan rutukan yang bercampur dengan emosi. gerbong kereta penuh dengan manusia yang siap bekerja. mereka rela berdesakan dan bahkan muka menempel di kaca pun jadi. sudah seperti ikan di dalam akuarium sempit. kurang manusiawi.
fenomena ini terpaksa akhirnya harus saya alami. saya nyebur dalam fenomena tersebut demi sampai ke tanjung barat. saya berkesempatan untuk merasakan berada di dalam dunia yang saya gambarkan tersebut. untungnya hanya sekitar 10 menit saja karena hanya dari stasiun universitas indonesia sampai ke tanjung barat. namun, itupun sudah luar biasa membuat saya terkadang tidak nyaman. merasa tidak merdeka. serius! terbayang mereka yang naik dari bogor atau bekasi dan merasakannya selama 1 jam lebih :(
untuk bisa masuk ke dalam gerbong adalah sebuah perjuangan yang mungkin perlu ada training khususnya. kelincahan, kekuatan tangan dalam berpegangan, kemampuan mengempis dan melangsingkan diri menjadi modal utama bagi sesiapa yang naik di stasiun pemberhentian, bukan di stasiun awal semacam bogor, depok atau bekasi.
setelah berhasil naik, selaiknya patut mendapatkan ucapan "selamat!" karena tahap awal sudah dilalui, berikutnya tinggal bagaimana bertahan berada di dalam gerbong yang penuh sesak. untung pagi-pagi. gunakan asumsi bahwa semua orang sudah mandi dan berbadan harum. bisa dibayangkan jika sebaliknya, yaitu ketika sore atau malam berada di commuter line menuju bogor atau bekasi yang juga tidak ada bedanya dengan pemandangan pagi arah jakarta. bedanya ketika pagi masih nampak muka-muka segar dan wangi, tapi ketika malam? (tidak perlu dijawab). hahaha.
namun, uniknya pemandangan ketika masuk ke dalam gerbong adalah... nyaris separuh lebih penumpang tengah asyik bermain dengan gadget-nya. saya berpikir dalam hati: "kok bisa ya ini orang-orang sambil berdiri sesak tapi tetap nyaman bermain twitter, facebook, path, pasang lagu, baca berita, scroll atas scroll bawah, pencet sana pencet sini..." ckckckck, sungguh keahlian yang mungkin hanya dimiliki oleh para roker alias rombongan kereta. mungkin bermain gadget adalah satu-satunya bentuk hiburan yang bisa mereka rasakan. pengap, sempit tak lagi dirasakan oleh mereka karena toh itu memang akan setiap hari dialami, karenanya gadget bisa menjadi penawar dan lumayan untuk mengisi waktu luang. mungkin!
selain tipe penumpang di atas, separuh sisanya adalah tipikal penumpang yang aktivitasnya hanya berdiri termangu dan melamun (termasuk saya), tidur sambil berdiri, dan sebagian kecil yang masih sempat diskusi asyik alias mengobrol. hhhmmmm...
ya itulah dunia yang mereka miliki selama berada di atas gerbong commuter line (dan tidak mendapatkan tempat duduk tentunya). siapapun yang masuk ke dalam gerbong, saya merasa bahwa mereka seperti masuk ke dalam dunianya masing-masing. sebuah dunia dengan luasan 1 ubin ukuran 30 cm x 30 cm. betapa sempit dan terbatasnya apa yang bisa dilakukan. saya jadi teringat mengenai salah satu wasiat tentang waktu. lapang sebelum sempit. dan itu benar adanya. betapa ketika lapang itu adalah nikmat. diri merasa bebas dan merdeka untuk melakukan banyak hal apapun, tapi jika tiba saatnya berada dalam kesempitan, terbataslah sudah apa yang bisa diupayakan. kita laksana masuk ke dalam dimensi tempat yang tidak nyaman dan tidak merdeka.
karenanya, bagi kawan-kawan yang setiap hari bisa beraktivitas ke sekolah, ke kantor atau ke manapun dengan perjuangan yang tidak seberapa, jangan mengeluh dan semangatlah beraktivitas. karena di luar sana (di dunia yang mungkin tidak pernah kawan-kawan bayangkan sebelumnya), banyak kepala manusia yang setiap paginya rela masuk ke dalam dunia sebesar 1 ubin selama rentang waktu 10 - 90 menit.
ya, kawan-kawan tidak salah baca. serius itu dunia 1 ubin. dimana semua arah (utara, timur, selatan, dan barat) berbatasan langsung dengan badan-badan penumpang lainnya. bergesekan!
yap sekali lagi, kawan-kawan tidak salah baca. inilah fenomena yang saya sebut dunia 1 ubin.
p.s: didedikasikan khusus untuk para roker pagi arah jakarta dan roker malam arah bogor/bekasi :p
Nuhun bacaan na
BalasHapus