Saat ini saya ingin iseng bertanya kepada kawan-kawan semua. apa yang tengah dirasakan oleh kalian saat ini? apakah senang tak terkira, cemas yang berkepanjangan, rasa sedih yang membelenggu atau perasaan lainnya? Apapun itu, saya rasa akan sesuai dengan apa yang tengah dialami dan dipikirkan saat ini. dan tentunya kesemua jenis perasaaan itu sengaja dihadirkan oleh ALLAH sebagai warna-warni kehidupan yang menawan.
Sejatinya ALLAH memberikan perasaan yang berbeda-beda untuk
menyeimbangkan kehidupan kita. Untuk membuat kita menjadi dewasa dan bijak
dengan apa yang dipelajarinya dalam memaknai kehidupan. Aneh bila justru
seseorang selalau merasa gembira sepanjang hidupnya semata. Atau kebalikannya,
yang dirasa adalah kepedihan demi
kepedihan. Itu nyaris tidak mungkin. Setiap makhluk berlabel manusia saya yakin
pernah mengalami jatuh bangun. Suka duka. Sedih gembira. Dan lain sebagainya.
Nah, sekarang apakah kawan-kawan masih ingat dalam kehidupan
yang dijalani ini, apakah lebih banyak merasa gembira atau sebaliknya? Jika
kalian menjawab lebih banyak gembira, lantas pertanyaan berikutnya apa yang
membuat kalian merasa gembira ketika memikirkannya atau terlebih melakukannya? Karena
jika kalian bisa menjawab ini, setidaknya satu inti kehidupan telah berhasil
kalian dapatkan, yaitu penyemangat hidup. Cita-cita hidup.
Setiap orang saya yakini memiliki apa yang disebut sebagai
penyemangat hidupnya. Suatu hal yang membuatnya tetap persistence seperti apa adanya sekarang dalam menjalani
kebertumbuhan dalam hidup. Entah itu keluarga, pasangan hidup, cita-cita mulianya,
mimpi besarnya, harta melimpah, jabatan yang tinggi, dan lain sebagainya. Atau
bahkan yang paling ideal adalah Tuhannya. ALLAH.
Tentu penempatan pada peringkat tertinggi adalah ALLAH yang seharusnya menjadi penyemangat hidup yang utama. Namun, tak bisa dipungkiri pula bahwa di zaman yang telah sedikit banyak menebarkan aroma materialistis ini, justru banyak orang yang merasa bahwa penyemangat hidupnya adalah sesuatu yang bisa diukur dengan nilai. Kebendaan alias materi. Salahkah? Silakan direnungkan secara pribadi.
Namun, satu yang ingin saya pesankan dalam tulisan ini bahwa
penyemangat hidup haruslah datang dari hati dan diri sendiri. Intrinsik. Karena
efeknya sangat tak terbatas. Berbeda dengan penyemangat hidup yang berupa
kebergantungan pada orang lain atau materi. Sifatnya sementara dan akan
menimbulkan kekecewaan manakala tak berhasil diperolehnya.
Dengan demikian, apa yang menjadi penyemangat hidup
kawan-kawan? Silakan cari dan jadikan itu sebagai alasan mengapa kalian harus
tetap hidup sampai sekarang, nanti dan selamanya hingga maut menjelang. Tentunya
dengan kualitas hidup yang bermakna dan bermanfaat. Aamiin Yaa Robbana.
Penyemangat hidup saya: cita-cita dan keluarga :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar