dan pada akhirnya kita tak pernah bisa menyenangkan semua pihak. ketika berbuat suatu tindakan atau memutuskan suatu perkara, akan ada saja pihak yang suka dan tidak suka. akan terlihat mana pihak yang mendukung dan satunya lagi enggan. barangkali memang harus seperti ini dalam dunia, selalu berupa pro kontra, selalu berupa antusias dan antipati.
banyak tindakan dan keputusan dibuat dengan harapan win win solution. kedua belah pihak merasa terpuaskan. tapi nyatanya acapkali hanya muncul di lisan. kedalaman hati tak pernah ada yang tahu. ketika yang satu merasa terpuaskan, tetap saja ada segolongan yang sebetulnya menolak, walau dengan halus sekalipun, pada akhirnya diputuskan menerima dengan jalan mengalah.
ah, pada akhirnya sejauh saya menalar, hidup ini selalu ramai dengan berita tentang pensikapan dan penilaian terhadap suatu hal. hanya orang bodoh saja yang mungkin tak bergeming dengan apa yang ada di sekitarnya, yang terpaku termangu diam dengan segala hal yang sedang dan akan terjadi. mungkin akalnya sudah ia berikan pada pegadaian. ups! hehehe.
tak percaya? coba saja periksa kembali. walikota bandung terpilih, ridwan kamil contohnya. apapun tindakannya, bagaimanapun sikapnya, selalu dipertanyakan dan dinilai oleh orang yang mendukung, dan juga yang menghujatnya. silakan saja cek di timeline twitter-nya. pusing barangkali kalau saya jadi walikota. hehehe. tapi namanya hidup, sekali lagi memang berupa permainan dan fenomena orang-orang yang terpuaskan dan orang yang tak tepuaskan, yang kemudian memberikan sebuah PENILAIAN.
ya, berupa penilaian. manusia memang diberikan anugerah berupa mata, telinga, tangan, kaki, dan hati semuanya untuk menilai. untuk berkomentar dan bersikap apapun. dalam arti luas saya menyebutnya sebagai amal. amalan baik atau amalan buruk.
ketika kita hendak menilai atau bersikap apapun ingat bahwa saat itu kita sedang beramal yang nantinya akan dituai kemudian. jika keselamatan yang dicari, amal baik yang perlu diperbanyak, dan amal baik kita tentu haruslah ada standardnya. tak perlu riweuh dengan penialian orang lain selama kita mengerti dan menggunakan standard yang pasti. yang syar'i dan bisa dipertanggungjawabkan. percuma bila melakukan suatu amal, disukai banyak pihak, tapi sejatinya amal tersebut salah dan melanggar aturan yang ada. karenanya, setiap kali beramal, mau itu amal baik atau amal yang buruk sekalipun, harus bisa dipertanggung jawabkan di hadapan ALLAH.
percuma banyak disukai orang, tapi jika ALLAH tidak ridho. dan tentu kita akan lebih memilih ridho ALLAH bukan? mengikuti kemauan orang akan capek sendiri, kawan! yang satu bilang baik, yang satu bilang jelek, yang sini bilang mantap, yang sonoh bilang payah... ah pusing! hidup harus punya standard, kawan! dan bijakilah diri dengan standard tersebut. standard itulah yang saya sebut dengan Al Furqon atau Al Qur'an. jadikanlah Al Qur'an sebagai standard atau pembatas dalam penilaian terhadap sesuatu. orang lain boleh bilang a, b, c, dan d. namun jika Al Qur'an bilang e, maka sudah sepatutnyalah Al Qur'an yang dijadikan pedoman. itupun jika kawan-kawan mengaku sebagai orang yang beriman!
kini, saya sudah tak mau lagi dirisaukan dengan penilaian orang lain. pro dan kontra silakan, dan saya anggap itu sebagai suatu hal yang biasa, karena saya hanya ingin dinilai oleh Sang Pemilik Al Furqon. selama saya beramal, bersikap, bertindak, memutuskan suatu perkara karena memang ada tuntunannya dalam standard, di situlah kesempatan saya mendapat nilai dari ALLAH, dan di situ pulalah pada akhirnya saya tak perlu pusing dengan penilaian orang lain yang sebetulnya lemah, karena hanya bersumber dari dugaan dan prasangka.
walau demikian, sebagai manusia yang memang diwasiatkan untuk berinteraksi sesama (hablum minannass), maka menjaga perasaan sesama pun menjadi tanggung jawab yang tiada boleh untuk dikesampingkan. penilaian orang terhadap kita, sikapi dengan dada terbuka bahwa memang nobody is perfect. ada yang menilai baik terhadap diri kita, bersyukurlah karena ALLAH yang mentakdirkan itu, dan mungkin ALLAH belum membuka kotoran yang ada dalam hati kita di mata orang lain. namun, jika ada yang menilai tidak baik terhadap kita, juga bersyukurlah karena ALLAH yang mentakdirkan itu, dan mungkin ALLAH ingin kita berhenti sejenak untuk menghilangkan kotoran yang ada pada hati kita.
terakhir saya sampaikan, beramal itu ada standard-nya lho! jadi beramallah dengan standard yang juga benar. yaitu standard ilmu yang maha luas, tak lain dan tak bukan: Al Qur'an... juga Al Hadits.
apalagi saya sebagai orang yang bekerja di bidang quality control (QC), ga mau dong amalan saya di-reject, harus bisa release dan confirm to standard. hehehe :)
wallahu'alam bisshawab.
wassalam,
@hadisu_euy
banyak tindakan dan keputusan dibuat dengan harapan win win solution. kedua belah pihak merasa terpuaskan. tapi nyatanya acapkali hanya muncul di lisan. kedalaman hati tak pernah ada yang tahu. ketika yang satu merasa terpuaskan, tetap saja ada segolongan yang sebetulnya menolak, walau dengan halus sekalipun, pada akhirnya diputuskan menerima dengan jalan mengalah.
ah, pada akhirnya sejauh saya menalar, hidup ini selalu ramai dengan berita tentang pensikapan dan penilaian terhadap suatu hal. hanya orang bodoh saja yang mungkin tak bergeming dengan apa yang ada di sekitarnya, yang terpaku termangu diam dengan segala hal yang sedang dan akan terjadi. mungkin akalnya sudah ia berikan pada pegadaian. ups! hehehe.
tak percaya? coba saja periksa kembali. walikota bandung terpilih, ridwan kamil contohnya. apapun tindakannya, bagaimanapun sikapnya, selalu dipertanyakan dan dinilai oleh orang yang mendukung, dan juga yang menghujatnya. silakan saja cek di timeline twitter-nya. pusing barangkali kalau saya jadi walikota. hehehe. tapi namanya hidup, sekali lagi memang berupa permainan dan fenomena orang-orang yang terpuaskan dan orang yang tak tepuaskan, yang kemudian memberikan sebuah PENILAIAN.
ya, berupa penilaian. manusia memang diberikan anugerah berupa mata, telinga, tangan, kaki, dan hati semuanya untuk menilai. untuk berkomentar dan bersikap apapun. dalam arti luas saya menyebutnya sebagai amal. amalan baik atau amalan buruk.
dalam hidup selalu saja melekat fenomena bernama pro kontra |
ketika kita hendak menilai atau bersikap apapun ingat bahwa saat itu kita sedang beramal yang nantinya akan dituai kemudian. jika keselamatan yang dicari, amal baik yang perlu diperbanyak, dan amal baik kita tentu haruslah ada standardnya. tak perlu riweuh dengan penialian orang lain selama kita mengerti dan menggunakan standard yang pasti. yang syar'i dan bisa dipertanggungjawabkan. percuma bila melakukan suatu amal, disukai banyak pihak, tapi sejatinya amal tersebut salah dan melanggar aturan yang ada. karenanya, setiap kali beramal, mau itu amal baik atau amal yang buruk sekalipun, harus bisa dipertanggung jawabkan di hadapan ALLAH.
percuma banyak disukai orang, tapi jika ALLAH tidak ridho. dan tentu kita akan lebih memilih ridho ALLAH bukan? mengikuti kemauan orang akan capek sendiri, kawan! yang satu bilang baik, yang satu bilang jelek, yang sini bilang mantap, yang sonoh bilang payah... ah pusing! hidup harus punya standard, kawan! dan bijakilah diri dengan standard tersebut. standard itulah yang saya sebut dengan Al Furqon atau Al Qur'an. jadikanlah Al Qur'an sebagai standard atau pembatas dalam penilaian terhadap sesuatu. orang lain boleh bilang a, b, c, dan d. namun jika Al Qur'an bilang e, maka sudah sepatutnyalah Al Qur'an yang dijadikan pedoman. itupun jika kawan-kawan mengaku sebagai orang yang beriman!
inilah Al Qur'an sebagai standard hidup yang sejati :) |
kini, saya sudah tak mau lagi dirisaukan dengan penilaian orang lain. pro dan kontra silakan, dan saya anggap itu sebagai suatu hal yang biasa, karena saya hanya ingin dinilai oleh Sang Pemilik Al Furqon. selama saya beramal, bersikap, bertindak, memutuskan suatu perkara karena memang ada tuntunannya dalam standard, di situlah kesempatan saya mendapat nilai dari ALLAH, dan di situ pulalah pada akhirnya saya tak perlu pusing dengan penilaian orang lain yang sebetulnya lemah, karena hanya bersumber dari dugaan dan prasangka.
walau demikian, sebagai manusia yang memang diwasiatkan untuk berinteraksi sesama (hablum minannass), maka menjaga perasaan sesama pun menjadi tanggung jawab yang tiada boleh untuk dikesampingkan. penilaian orang terhadap kita, sikapi dengan dada terbuka bahwa memang nobody is perfect. ada yang menilai baik terhadap diri kita, bersyukurlah karena ALLAH yang mentakdirkan itu, dan mungkin ALLAH belum membuka kotoran yang ada dalam hati kita di mata orang lain. namun, jika ada yang menilai tidak baik terhadap kita, juga bersyukurlah karena ALLAH yang mentakdirkan itu, dan mungkin ALLAH ingin kita berhenti sejenak untuk menghilangkan kotoran yang ada pada hati kita.
terakhir saya sampaikan, beramal itu ada standard-nya lho! jadi beramallah dengan standard yang juga benar. yaitu standard ilmu yang maha luas, tak lain dan tak bukan: Al Qur'an... juga Al Hadits.
apalagi saya sebagai orang yang bekerja di bidang quality control (QC), ga mau dong amalan saya di-reject, harus bisa release dan confirm to standard. hehehe :)
wallahu'alam bisshawab.
wassalam,
@hadisu_euy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar