berbicara mengenai batik, rasanya ada sehelai cerita yang ingin saya kisahkan dalam kesempatan kali ini.
masih terekam jelas dalam ingatan, kapan saya mulai mencintai batik. belum lama memang. baru sekitar 4-5 tahun belakangan ini. ketertarikan saya pada batik berawal dari saudara saya yang memberikan beberapa pakaiannya yang sudah tidak digunakannya lagi. sekilas saya langsung tertarik pada 1 buah kemeja lengan panjang berwarna ungu dengan salur putih yang bergerigi. sejenak saya coba regangkan dan tempelkan pada badan saya. "not bad I think". ya, itulah pertama saya menyukai batik, dan walaupun saya orang sunda keturunan jawa juga, justru batik pertama yang memikat hati saya adalah batik banjarmasin.
dalam 2 minggu sekali ada saja giliran saya menggunakan batik tersebut untuk berkuliah. agak aneh memang di tengah kerumunan anak muda yang lebih stylish dengan pakaian kemeja slim fit dan atau baju polo. jikapun ada di antara mereka yang menggunakan batik, ya batik khas jogjakarta dengan nada dan motif yang hampir serupa. warna coklat motif parang atau sejenisnya. tapi saya tetap percaya diri menggunakannya. kesannya paling terang sendiri dan bersinar dengan warna ungu menyala-nyala. hahaha sunlight mama lemon pokoknya, eh shiny like a diamond. hehehe :)
saat saya masuk semester ke-7, saya berkesempatan melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah desa di bilangan Jetis, Bantul, D.I. Yogyakarta. tanpa dinyana, saya bersinggungan dengan pengrajin batik di daerah Kembangsongo. beberapa kali saya melihat para pengrajin tersebut bersungut-sungut membuat mahakarya yang akan mereka jual dengan harga yang tidak kecil. segenap senjata mereka seperti malam, canting, kain mori, dan pewarna seolah ingin bersinergi supaya menjadi sehelai kain indah yang siap terpampang di etalase toko batik ternama di Jogjakarta dan daerah lainnya di Indonesia.
selain melihat para pengrajin tersebut, kami sekelompok anak KKN yang berjumlah 31 orang berinisiatif untuk menyelenggarakan lomba cipta motif batik untuk pemuda-pemudi di daerah tersebut. tujuannya apa? yaitu untuk melestarikan batik itu sendiri, menumbuhkan kecintaan anak muda untuk berbatik, memperkaya desain dan motif batik nusantara, dan nilai-nilai positif lainnya. sungguh seru pengalaman saya dengan batik saat itu. dan itu telah membuat saya lebih apresiasi lagi terhadap batik, terlebih kepada pengrajin dan desainernya yang sangat telaten dalam membuat mahakarya yang memukau tersebut. salut!
antusiasme saya saat itu terhadap batik saya sampaikan pada rekan semasa SMA yang saat itu tengah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Fajar Ciptandi namanya. dia sangat mencintai bidang tekstil, terutama kain batik yang juga menjadi desainer sekaligus penjual batik dengan brand manikam indonesia dan second line-nya dwaya manikam. saya sampaikan cerita dan pengalaman saya tersebut padanya. darinya saya lebih terbukakan lagi wawasan mengenai batik dan mulai tertarik dengan penuturannya mengenai sisi lain batik, yaitu batik kontemporer.
saya melihat desain-desain yang dibuatnya. terasa sekali mudanya. lebih trendy dan fresh, membuat batik seolah bukanlah sesuatu yang kolot dan kuno. saya menyukai karya-karyanya dan semenjak itulah saya berlangganan batik kepadanya. selain menjual di butik batik, toko batik, dia juga menjualnya dengan konsep batik online. beberapa kali saya memesan batik kepadanya secara customized, karena saya lebih menyukai model yang slim fit dan lebih meremaja. biasanya batik identik dengan sesuatu yang terkesan orang tua banget, nah makanya saya menepis dengan membuatnya yang lebih trendy dan muda. berikut beberapa model batiknya yang sempat saya foto:
sejak menggunakan yang pertama, saya tambah suka dengan batik. sejak saat itu berselang setiap 6 bulan saya membelinya lagi yang baru. sampai akhirnya saya mempunyai 3 batik dengan desain kemeja dan motif batik yang dibuatnya dengan indah. batik tersebut tidak khusus saya gunakan untuk ke pernikahan atau undangan lainnya. saya buat sesuatu yang spesial dengan batik tersebut, yaitu saya gunakan untuk bekerja.
mayoritas orang menggunakan batik di hari jum'at. namun, lagi-lagi saya tampil percaya diri berbeda dengan orang lain. saya punya hari khusus menggunakan batik, yaitu setiap kamis. mulanya orang banyak yang bertanya, tetapi lambat laun mereka mulai menyadari dan bahkan sudah bisa menebak bahwa setiap hari kamis saya akan menggunakan batik. jadi trade mark tersendiri. justru aneh manakala mereka menjumpai saya di hari kamis dan tidak berbatik. hehehe.
sebetulnya alasan saya menggunakan batik di hari kamis sungguh sangat sederhana. karena hai jum'at saya terkadang menggunakan baju koko, jadi lebih baik saya geser penggunaan batik di hari kamis. toh tidak ada aturan khusus yang mengharuskan menggunakan batik di hari jum'at kan? yang penting adalah komitmen yang kuat untuk mau mencintai batik dan tidak sungkan untuk menggunakannya dalam acara apapun dan dalam waktu kapanpun. ceileh...
setelah saya mulai merasa jenuh dengan 3 batik saya yang digunakan bergantian setiap minggunya, akhirnya saya memutuskan untuk membeli kembali kain batik di toko batik milik rekanan kawan saya tersebut. kali ini lebih ke arah motif batik Garut dengan pemilihan warna yang cerah dan tidak cenderung cokelat. kainnya pun bukan dari kain mori, tetapi kain katun biasa. saya membeli 2 motif dan segera saya jahit. alhasil, saya memiliki 5 batik sekarang yang bisa saya gunakan dengan lebih leluasa.
setelah itu, saya semakin menyukai batik, saya bahkan sangat percaya diri ketika menggunakan batik tersebut walaupun ketika berpapasan orang akan berujar "pak lurah", "pak RT", dan lain sebagainya. tapi bagi saya itu adalah bentuk perhatian mereka dengan apa yang saya kenakan saat itu, bahkan tak jarang orang menyukai desain dan motif batik yang saya kenakan. #bangga :)
saking cintanya, tak lama saya pun membeli 1 kain batik kembali di sebuah situs batik online. masih motif Garut yang saya pilih, tapi kali ini bertemakan anak-anak, karena saya suka warna hijau dan suka jerapah, tak disangka saya mendapatkannya. walau mungkin bagi sebagian orang terkesan norak, tapi bagi saya ini menarik dan menjadi cerita tersendiri.
kurang lebih seperti itulah cerita saya dengan koleksi batik yang saya punyai saat ini. mereka senantiasa setia menemani saya dalam setiap minggunya, tetapi kali ini saya mengubah jadwal penggunaan batik saya menjadi rabu, karena di hari kamis saya disarankan untuk menggunakan pakaian khusus dari kantor saya bekerja. tapi itu tak masalah, toh tetap saja dalam satu minggunya saya akan menggunakan batik sebagai pakaian bekerja yang nyaman, trendy dan tetap percaya diri.
bangga pakai batik...
senang pakai batik...
bahkan sekarang ketika saya menyelesaikan tulisan ini, saya tengah menggunakan batik :)
masih terekam jelas dalam ingatan, kapan saya mulai mencintai batik. belum lama memang. baru sekitar 4-5 tahun belakangan ini. ketertarikan saya pada batik berawal dari saudara saya yang memberikan beberapa pakaiannya yang sudah tidak digunakannya lagi. sekilas saya langsung tertarik pada 1 buah kemeja lengan panjang berwarna ungu dengan salur putih yang bergerigi. sejenak saya coba regangkan dan tempelkan pada badan saya. "not bad I think". ya, itulah pertama saya menyukai batik, dan walaupun saya orang sunda keturunan jawa juga, justru batik pertama yang memikat hati saya adalah batik banjarmasin.
dalam 2 minggu sekali ada saja giliran saya menggunakan batik tersebut untuk berkuliah. agak aneh memang di tengah kerumunan anak muda yang lebih stylish dengan pakaian kemeja slim fit dan atau baju polo. jikapun ada di antara mereka yang menggunakan batik, ya batik khas jogjakarta dengan nada dan motif yang hampir serupa. warna coklat motif parang atau sejenisnya. tapi saya tetap percaya diri menggunakannya. kesannya paling terang sendiri dan bersinar dengan warna ungu menyala-nyala. hahaha sunlight mama lemon pokoknya, eh shiny like a diamond. hehehe :)
saat saya masuk semester ke-7, saya berkesempatan melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah desa di bilangan Jetis, Bantul, D.I. Yogyakarta. tanpa dinyana, saya bersinggungan dengan pengrajin batik di daerah Kembangsongo. beberapa kali saya melihat para pengrajin tersebut bersungut-sungut membuat mahakarya yang akan mereka jual dengan harga yang tidak kecil. segenap senjata mereka seperti malam, canting, kain mori, dan pewarna seolah ingin bersinergi supaya menjadi sehelai kain indah yang siap terpampang di etalase toko batik ternama di Jogjakarta dan daerah lainnya di Indonesia.
selain melihat para pengrajin tersebut, kami sekelompok anak KKN yang berjumlah 31 orang berinisiatif untuk menyelenggarakan lomba cipta motif batik untuk pemuda-pemudi di daerah tersebut. tujuannya apa? yaitu untuk melestarikan batik itu sendiri, menumbuhkan kecintaan anak muda untuk berbatik, memperkaya desain dan motif batik nusantara, dan nilai-nilai positif lainnya. sungguh seru pengalaman saya dengan batik saat itu. dan itu telah membuat saya lebih apresiasi lagi terhadap batik, terlebih kepada pengrajin dan desainernya yang sangat telaten dalam membuat mahakarya yang memukau tersebut. salut!
antusiasme saya saat itu terhadap batik saya sampaikan pada rekan semasa SMA yang saat itu tengah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Fajar Ciptandi namanya. dia sangat mencintai bidang tekstil, terutama kain batik yang juga menjadi desainer sekaligus penjual batik dengan brand manikam indonesia dan second line-nya dwaya manikam. saya sampaikan cerita dan pengalaman saya tersebut padanya. darinya saya lebih terbukakan lagi wawasan mengenai batik dan mulai tertarik dengan penuturannya mengenai sisi lain batik, yaitu batik kontemporer.
saya melihat desain-desain yang dibuatnya. terasa sekali mudanya. lebih trendy dan fresh, membuat batik seolah bukanlah sesuatu yang kolot dan kuno. saya menyukai karya-karyanya dan semenjak itulah saya berlangganan batik kepadanya. selain menjual di butik batik, toko batik, dia juga menjualnya dengan konsep batik online. beberapa kali saya memesan batik kepadanya secara customized, karena saya lebih menyukai model yang slim fit dan lebih meremaja. biasanya batik identik dengan sesuatu yang terkesan orang tua banget, nah makanya saya menepis dengan membuatnya yang lebih trendy dan muda. berikut beberapa model batiknya yang sempat saya foto:
mayoritas orang menggunakan batik di hari jum'at. namun, lagi-lagi saya tampil percaya diri berbeda dengan orang lain. saya punya hari khusus menggunakan batik, yaitu setiap kamis. mulanya orang banyak yang bertanya, tetapi lambat laun mereka mulai menyadari dan bahkan sudah bisa menebak bahwa setiap hari kamis saya akan menggunakan batik. jadi trade mark tersendiri. justru aneh manakala mereka menjumpai saya di hari kamis dan tidak berbatik. hehehe.
sebetulnya alasan saya menggunakan batik di hari kamis sungguh sangat sederhana. karena hai jum'at saya terkadang menggunakan baju koko, jadi lebih baik saya geser penggunaan batik di hari kamis. toh tidak ada aturan khusus yang mengharuskan menggunakan batik di hari jum'at kan? yang penting adalah komitmen yang kuat untuk mau mencintai batik dan tidak sungkan untuk menggunakannya dalam acara apapun dan dalam waktu kapanpun. ceileh...
setelah saya mulai merasa jenuh dengan 3 batik saya yang digunakan bergantian setiap minggunya, akhirnya saya memutuskan untuk membeli kembali kain batik di toko batik milik rekanan kawan saya tersebut. kali ini lebih ke arah motif batik Garut dengan pemilihan warna yang cerah dan tidak cenderung cokelat. kainnya pun bukan dari kain mori, tetapi kain katun biasa. saya membeli 2 motif dan segera saya jahit. alhasil, saya memiliki 5 batik sekarang yang bisa saya gunakan dengan lebih leluasa.
setelah itu, saya semakin menyukai batik, saya bahkan sangat percaya diri ketika menggunakan batik tersebut walaupun ketika berpapasan orang akan berujar "pak lurah", "pak RT", dan lain sebagainya. tapi bagi saya itu adalah bentuk perhatian mereka dengan apa yang saya kenakan saat itu, bahkan tak jarang orang menyukai desain dan motif batik yang saya kenakan. #bangga :)
saking cintanya, tak lama saya pun membeli 1 kain batik kembali di sebuah situs batik online. masih motif Garut yang saya pilih, tapi kali ini bertemakan anak-anak, karena saya suka warna hijau dan suka jerapah, tak disangka saya mendapatkannya. walau mungkin bagi sebagian orang terkesan norak, tapi bagi saya ini menarik dan menjadi cerita tersendiri.
kurang lebih seperti itulah cerita saya dengan koleksi batik yang saya punyai saat ini. mereka senantiasa setia menemani saya dalam setiap minggunya, tetapi kali ini saya mengubah jadwal penggunaan batik saya menjadi rabu, karena di hari kamis saya disarankan untuk menggunakan pakaian khusus dari kantor saya bekerja. tapi itu tak masalah, toh tetap saja dalam satu minggunya saya akan menggunakan batik sebagai pakaian bekerja yang nyaman, trendy dan tetap percaya diri.
bangga pakai batik...
senang pakai batik...
bahkan sekarang ketika saya menyelesaikan tulisan ini, saya tengah menggunakan batik :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar