tulisan yang saya tulis semalam, tapi saya publish pagi ini karena tidak ada koneksi internet semalam. selamat membaca :)
Assalamu’alaykum wr. wb.
Selamat malam semua,
Akhirnya bertemu lagi setelah blog ini seolah saya
nomorsekiankan. Mohon maaf ya… Tiada maksud seperti itu, tapi kondisi yang
terkadang membuatku harus memilih. Seperti malam ini, saya memilih menghabiskan
waktu malam dengan menghiasimu kembali dengan untaian kalimat yang super. Super
jeprut! Hahaha.
Baiklah, kita mulai saja. Tak usah basa basi lagi.
Segera pecahkan bisulnya. Hehehe. Ya seperti judul tulisan saya kali ini, apa
sih sebetulnya yang dimaksud dengan Perang Bisul I ini? Dan mengapa pula namanya
seperti itu? Cekidot, gan…
Begini, apakah kawan-kawan ada yang pernah mengalami
bisulan? Jika pernah, apa yang dirasa? Panas dingin? Merinding disko? Ga enak
makan dan tak enak tidur juga tidak enak duduk? Eits, lebay banget. tergantung
kali! Kalau bisulnya di muka, plus tambahan ga enak ketemu cemceman juga kali
ya?! #eh.
Nah seperti bisulan dalam arti yang sebenarnya itu,
beberapa bulan terakhir ini (tepatnya 2 bulan 7 hari 5 jam 37 menit dan 8
detik) saya mengalami hal yang mirip kayak bisulan tersebut. By the way, itu
beneran angka seigitu? Hahaha pasti ngasal lah ya… oops, balik ke topik.
Iya, kawan. Sejak enam bulan yang lalu saya mutasi
alias pindah pekerjaan ke bidang yang berbeda dengan sebelumnya. Di departemen
sebelumnya saya asyik meramu membuat hidangan untuk penduduk Nigeria,
Philippine, Kuwait, Arab Saudi dan Thailand dengan jas laboratorium bertuliskan
R&D di bagian punggungnya (penting! Hahaha). Namun, pinangan departemen
yang sangat hobi sampling-menyampling tak kuasa saya tolak. Akhirnya mulailah
saya bergabung dengan komunitas alay yang isinya kebanyakan anak muda yang baru
satu dua tiga tahun lulus SMK. 9!L@ 4L@Y b3uUTt d3Gh p0KoKNy@ m3ReKA tTcUHh. Hahaha
inilah bukti saya sudah tertular. Tapi to be honest, saya sangat menikmati
hari-hari berada di departemen baru ini. Quality Control (QC) namanya. Tampak terdengar
gagah bukan? #tsah
Singkat cerita, 6 bulan saya lewati dengan suka duka.
Beradaptasi dengan pekerjaan baru bukan hal yang mudah bagi saya. Ada rasa
gembira luar biasa, cemas tak beralasan, fun to the max, sindiran jomblo yang
tak berkesudahan, hingga masa-masa melankolis dalam kesendirian pernah saya
alami, Semuanya bercampur menjadi satu hingga suatu saat menuju akhir masa 6
bulan saya di QC saya seperti terjangkit sebuah penyakit. Sebuah penyakit yang
berasal dari dalam pikiran diri sendiri. Sebuah penyakit yang saya sadari
obatnya adalah dengan perlawanan. DILAWAN. TITIK. Penyakit apakah gerangan?
Sepertinya sudah menjadi sebuah pakem perusahaan di
tempat saya bekerja, siapapun yang pindah departemen baik mutasi maupun
promosi, haruslah melewati tahap yang dinamakan PRESENTASI. Nah, 10 huruf
inilah yang didiagnosa menjadi sumber dari penyakit yang saya sebut tadi.
Penyakit yang rasanya seperti bisul. Membuat tidak nyaman dan bawaannya ingin
segera dipecahkan. Bucat mun ceuk urang sunda mah. Bucat bisul!
Penyakit ini terasa semakin ganas dan menggerogoti
pikiran saya di 1 bulan terakhir ini. Pikiran yang digerogoti tersebut acapkali
membisikkan mengenai project yang akan dan harus saya presentasikan. Sungguh
seperti bisul yang membuat kurang rileks dan seolah membelenggu. Namun, bukan
Suhadi jika menyerah di tengah jalan. Ceile lagak gue! Hahaha. Saya tetap
bertahan dan semakin mencoba mematangkan konsep. Apa yang terlintas oleh saya
akhirnya saya jadikan sebagai project yang bisa saya presentasikan. Dan hari
ini, 1 Sya'ban 1434 H (awal dari salah satu bulan yang baik) yang bertepatan
dengan tanggal 10 Juni 2013, tibalah masa saya untuk membuat si bisul pecah
setelah sebelumnya di-PHP-in bakal pecah di 5 Juni 2013 yang bertepatan dengan
Hari Lingkungan Hidup Sedunia (halah, penting banget sampai segitunya. Hehehe).
OK, Perang Bisul I pun segera dimulai. Dan inilah kronologis kejadiannya:
“Senin pagi di hari dan tanggal baik ini akan menjadi
sejarah yang indah untuk saya”. Itulah yang ada dalam pikiran saya setelah
bangun tidur dan sahur tadi pagi. Setelah mandi dan shalat saya lanjutkan membaca
literature pendukung. Setelah berkemas dan menyiapkan persenjataan yang ada, tak
lama berangkatlah saya ke medan perang.
Di perjalanan dengan menaiki angkot, saya menerima
sebuah pesan via WhatsApp dari seseorang yang memberikan semangat kepada saya
untuk menaklukan medan perang. Yes, mood booster sekali ini. Hehehe. Di dalam
angkot, saya juga mengontak teman kantor saya yang saya percaya, yaitu Ranilia
untuk menjadi checker slide saya dalam hal grammar-nya. Maklum si saya ga
terlalu lihay berbahasa bule. :p
Waktu masih cukup pagi ketika saya sampai di kantor.
Jarum jam membentuk siku di angka 6 dan angka 3. Pagi seperti ini terasa damai
sekali. Dibantu oleh Pak Mulyono yang merupakan tim security di shift 1, saya ambil kunci ruangan kerja saya. Entah mengapa saat itu
saya merasa mereka begitu dekat. Yes, mood booster kedua hinggap.
Sampai di rungan kerja, saya membuka laptop, perbaiki
dan baca bahan pendukung. Tak lama nama NF Ranilia muncul di layar handphone
saya. Dia sudah datang dan siap menjalankan tugas mulianya. Hahaha. Akhirnya
masalah grammar beres. Terima kasih sangat ya, Ranilia :) cocok jadi guru bahasa
inggris ni si gadis pecinta lily dan sangat sayang sama pacaranya ini. peace!
Hahaha. Mood booster ketiga disponsori oleh Ranilia.
Tak lama, saya mendapatkan SMS dari manager saya yang
bernama Pak Hilman Shadaq. Isinya adalah memberitahukan bahwa “gladi resik”
presentasi akan diadakan di pukul 09:00 WIB karena beliau terjebak macet. Ini
artinya 1,5 jam sebelum perang dengan misi “pecahkan
bisul atau kau semakin terbelenggu” pun dimulai. Dan yang dinanti tiba.
Saya sampaikan isi presentasi kepada beliau. Beberapa perbaikan dan kemungkinan
pertanyaan yang akan muncul beliau sampaikan dengan baik hingga tepat di pukul
10:30 WIB. Walaupun gladi resik berjalan dengan waktu yang seolah dikejar
hantu, tapi saya usahakan tetap rileks. Sesekali saya komat kamit melafalkan
do’a kelancaran, kemudahan dan keselamatan untuk menghadapi Perang Bisul I yang
sudah dalam hitungan menit lagi ini. Pak Hilman yang mungkin melihat air muka
saya yang mulai tegang berujar: “tenang, Di.” Alhamdulillah mood booster dengan
energi tinggi ditransfer oleh beliau yang sejak dari awal saya menginjakkan
kaki di PT. Nutrifood dan mengenalnya saya sangat terkesan dengan kebaikan dan
kebijaksanaannya. Syukron katsir ya, Pak Bos :)
Dan ketika saya betul-betul memasuki arena perang,
seorang perempuan bahkan sudah siap di medan yang akan saya taklukan itu.
Beliau adalah Ibu Irene Triyanti, seorang manager R&D yang saat tadi
mengenakan baju orange yang indah. Sambil menyiapkan arena laga yang dibantu
oleh tim IT, saya siapkan file tersebut dan standby di slide pertama berjudul
“presentasi QC” yang di baris bawahnya tertulis nama saya sebagai penyajinya.
Tak disangka di saat masih menunggu kehadiran
audience yang lain, sebuah SMS masuk kembali ke handphone saya. Ada 2 pesan
yang masuk agak bersamaan. 1 dari teman kantor saya yang rencananya akan saya
ajak untuk lari (lari dari kenyataan) setelah Perang Bisul I ini berakhir.
Hahaha galau amat. Sedangkan 1 SMS lagi datang dari adik saya bernama Ridwan
Taufik. Sebuah pesan yang membuat saya seolah diberikan energi maha dahsyat
untuk semakin konfiden menaklukan perang ini. Dari SMS-nya saya simpulkan bahwa
semenjak awal try out di Nurul Fikri Bandung sebagai persiapan mengikuti
SBMPTN, baru kali ini ia lolos untuk ketiga pilihan yang dipilihnya. Alhamdulillah.
Bangga! Semoga menjadi pertanda baik untuk bisa menaklukan perang SBMPTN juga
untuknya. Aamiin. Alhamdulillah mood booster yang kelima dipersembahkan oleh
adik kesayangan saya.
Setelah semua audience hadir, akhirnya perang saya
mulai dengan pembukaan. Project pertama saya sampaikan dengan semangat. Saya
mendengar kalimat demi kalimat keluar dengan tempo cukup cepat dari mulut saya.
Ok, rem sedikit. Audience mulai menunjukkan gairahnya walaupun masih di
slide-slide awal. Beberapa pertanyaan disampaikan kepada saya secara intensif
dari hampir semua audience yang hadir. Slide demi slide terus dibanjiri
pertanyaan dan juga masukan. Panas! Greng! Saya mulai terbawa suasana dan
sangat menikmati presentasi ini. Yes, panggung ini milik saya! Penyampaian saya
dalam perang tersebut masih terus ditata dengan baik walaupun beberapa ada yang
diterima dengan kurang baik. Pertanyaan saya jawab dengan sepengetahuan yang
saya miliki, sedangkan masukan saya simpan dan ucapkan terima kasih. Ayo terus,
terus dan terus.
Ketika hampir di slide-slide akhir, saya seperti
seolah ingin tumbang kehabisan senjata di Perang Bisul I ini. Saya ingin waktu
berjalan lebih cepat lagi karena saya rasa sang bisul sudah hampir di ujung
tanduk. Bisul yang mau pecah ini rasanya seperti panas dingin. Ingin segera
diselesaikan dan pecah. Ayolah sedikit lagi, terus, dan akhirnya waktu jualah
yang membuat bisul ini benar-benar pecah. Plong!!! Rasanya saya telah
memenangkan perang dan musuh terangkat sudah ditandu menuju pemakaman.
Alhamdulillah.
Jadwal presentasi yang diplotkan selama 1 jam saja
akhirnya terpaksa harus selesai dengan waktu 2,5 jam. Rekor saya presentasi
selama itu. Coba kalo saya jadi seoarang trainer motivasi, entah sudah dibayar
berapa. Hahaha…
Dan berakhirlah Perang Bisul I yang akhirnya saya
menangkan. Saya telah berhasil menumbangkan penyakit beban dan pikiran kurang
sehat yang selama ini seolah menjajah saya. Rasanya memenangkan pertempuran itu
memang dahsyat. Saya terbayang bagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat
ketika menang dalan aneka perang yang pernah dilaluinya. Alhamdulillah. Sebuah
sujud syukur akhirnya saya tundukkan setelah saya menunaikan sholat dzuhur yang
terpaksa telat karena perang. Hehehe.
Alhamdulillah, saya telah melewatinya. Ikhtiar telah
saya optimalkan, sekarang saya tinggal menunggu kabar baik selanjutnya yang
sudah disiapkan oleh ALLAH untuk kehidupan saya. Apapun hasilnya saya akan
terima dengan ikhlas. Setidaknya satu prestasi telah saya torehkan di 1 Sya’ban
1434 H ini, perang melawan kekhawatiran sendiri. Perang melawan beban pikiran
yang sebetulnya sudah selama hampir 2 bulan bercokol laiknya penjajah. Perang
melawan penjajah yang telah membuat saya merasa kurang nyaman untuk leluasa
melakukan banyak hal. Dan saya namai ini sebagai Perang Bisul I. Lantas, berarti akan ada Perang Bisul II kalau begitu? Saya jawab, ya karena
Perang Bisul II sudah akan menanti yang diprediksi akan terjadi di akhir Juni
2013 ini. Semangat, Suhadi. Siapkan mental dan senjata untuk menaklukan Perang
Bisul II, dan tentunya selalu sertakan ALLAH sebagai penolong abadi :)
Begitulah, kawan sekilas mengenai detik-detik
berjalannya Perang Bisul I yang berakhir di 1 Sya’ban 1434 H pukul 13:10 WIB.
Apa hikmah yang bisa diambil dari sejarah ini?
Saya percaya setiap orang memiliki kekhawatiran
tersendiri dalam dirinya. Bagi seorang pelajar, kekhawatiran itu mungkin
berbentuk kecemasan tidak lulus UAN. Untuk seorang mahasiswa, kekhawatirannya mungkin
ketika menjalankan sidang skripsi dan khawatir tidak perform dengan baik. Dan
segala bentuk kekhawatiran lainnya yang seolah dimunculkan oleh diri sendiri
sebelum kejadian yang sebenarnya terjadi.
Inilah yang disebut dengan unreasonable fear yang kata Felix Siauw dalam bukunya “How To
Master Your Habits” dijelaskan bahwa itu adalah semacam penyakit berupa
ketakutan yang hanya ada di dalam bayangan kita saja, dan tak mewujud dalam
kenyataan. Semoga, setiap diri bisa melawan rasa ketakutan-ketakutan yang
dimunculkan oleh dirinya sendiri. Untuk kemudian bebas melangkah menjadi
pemenang, tanpa beban kekhawatiran yang tertumpu di pundak. Lawan dan
menangkanlah dirimu, karena nikmat kemenangan akan terasa sesudah letih
berjuang.
Terima kasih saya ucapkan kepada ALLAH swt. atas
pertolongannya, juga kepada orang-orang yang telah berjasa bagi saya dalam
memenangkan Perang Bisul I ini: kedua orang tua, kakak dan adik, perempuanku
kelak, rekan sejawat (Pak Hilman, Mujiono, Hesti, Rhea, Mas Yoeska, all QC crew
yang alay, Mbak Titin, Fahmi, Venessa, Laila, Mbak Wiwin, dan semuanya yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu). Terima kasih banyak semua :)
Wassalamu’alaykum wr. wb…
Bisul ke-2 itu apa toh su?
BalasHapusanak-anakku, mi... saya belum plong kalo belum meloloskan probation mereka :)
BalasHapusberharap semoga mereka semua bisa lolos. amiin :)
supaya bisul ke-2 saya segera pecah lagi.
setelah itu ada bisul ke-3, dst :)