Setelah sekian lama rasanya tidak mengakses website kampus, pagi ini saya menyempatkan diri dan baru saja iseng buka website UGM
lagi dan ditemukanlah video berikut ini:
Baiklah, saya akan sedikit bercerita pengalaman saya terkait dengan kampus UGM ini, dan mengapa saya mengatakan bangga dan bersyukur pernah berada di sana…
Bukan karena saya alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), tanpa sadar, merinding terasa di badan, air mata terurai menyaksikan video keren tersebut. Dengan jujur dan sadar, saya mengaku bangga serta bersyukur menjadi salah satu
orang yang pernah dibina di sana :)
Haish, sudahlah. Daripada bersedih dan mellow mengingat hal tersebut.
berhubung ini masih bulan juli, mari bergembira. Lha apa hubungannya? Hahaha nggak ada ya? Ok fine lupakan!
Baiklah, saya akan sedikit bercerita pengalaman saya terkait dengan kampus UGM ini, dan mengapa saya mengatakan bangga dan bersyukur pernah berada di sana…
"ALLAH selalu punya skenario terbaik" itulah judul tulisan ini. Benarkah terbukti judul tersebut? Mari kita telusuri!
Sejak kelas 1 SMA saya bercita-cita untuk menjadi peneliti di bidang biologi. Saya begitu tertarik dan antusias mempelajari ilmu tersebut. Tak kurang dari 4 kali, nilai 9 mampir di raport saya selama 3 tahun berada di SMA. Beberapa lomba di bidang biologi pun saya ikuti sebagai ajang untuk menguji kemampuan yang saya miliki, yaitu Lomba Cepat Tepat Biologi. Namun, kekalahan demi kekalahan yang dialami. Di Universitas Pendidikan Indonesia, di Universitas Padjajaran, saya dan team selalu pulang tanpa membawa piala dan kebanggan. Justru sebaliknya, selalu menyisakan rasa gemas dan geregetan. Apa pasal? Saya dan team selalu kalah di babak-babak yang memang kritis (semi final). Sampai akhirnya dua bulan sebelum saya meninggalkan sekolah, saya dan team berhasil menjadi juara 1 lomba cepat tepat biologi se-Jawa Barat yang diadakan oleh Universitas Pasundan. Terbayar sudah arti perjuangan selama ini. Alhamdulillah…
Sejak kelas 1 SMA saya bercita-cita untuk menjadi peneliti di bidang biologi. Saya begitu tertarik dan antusias mempelajari ilmu tersebut. Tak kurang dari 4 kali, nilai 9 mampir di raport saya selama 3 tahun berada di SMA. Beberapa lomba di bidang biologi pun saya ikuti sebagai ajang untuk menguji kemampuan yang saya miliki, yaitu Lomba Cepat Tepat Biologi. Namun, kekalahan demi kekalahan yang dialami. Di Universitas Pendidikan Indonesia, di Universitas Padjajaran, saya dan team selalu pulang tanpa membawa piala dan kebanggan. Justru sebaliknya, selalu menyisakan rasa gemas dan geregetan. Apa pasal? Saya dan team selalu kalah di babak-babak yang memang kritis (semi final). Sampai akhirnya dua bulan sebelum saya meninggalkan sekolah, saya dan team berhasil menjadi juara 1 lomba cepat tepat biologi se-Jawa Barat yang diadakan oleh Universitas Pasundan. Terbayar sudah arti perjuangan selama ini. Alhamdulillah…
Prestasi individu pun berhasil diraih. Bahkan menurut berita
terpercaya yang saya dapat (hahaha), prestasi ini belum tergeser hingga saat
ini di SMA saya. Bukan sebuah kesombongan yang ingin disampaikan, tapi ini
hanyalah sebuah pemaknaan dari arti sebuah perjuangan. Sampai saat ini, saya tercatat sebagai satu-satunya siswa SMA Negeri 10 Bandung yang berhasil menjadi juara 3 pada seleksi International
Biology Olympiad (IBO) tingkat kota Bandung, dan berhasil tembus sampai seleksi tingkat
provinsi Jawa Barat. Walaupun langkah saya terhenti di titik tersebut dan tidak
berhasil sampai ke tingkat nasional, tetapi pengalaman yang didapat sungguh berkesan dan
menjadikan saya senantiasa bersyukur diberikan kemampuan di bidang ini. Sejak
saat itu, saya selalu berharap bisa memenangkan kompetisi di tingkat nasional.
Lomba apapun itu. Hehehe betapa kompetitifnya saat itu.
Karena ketertarikan di bidang biologi inilah, saya berkeinginan
untuk masuk jurusan Biologi ITB. Saya sudah mengincar target ini sejak pertama menyukai biologi di kelas 1 SMA. Bahkan sampai kelas 3-pun, target tersebut tak tergoyahkan. Namun, tiba-tiba target yang dituju
terpaksa harus mendapatkan saingan. Saya mulai berpikir untuk berubah haluan setelah di kelas 3 semester 2 saya mendapatkan “suntikan
tenaga baru” dari guru bimbingan dan konseling ketika menyampaikan profil sebuah
universitas di kota Yogyakarta sana. Universitas Gadjah mada (UGM). Sebuah
universitas yang saya hanya ketahui namanya, tapi tidak pernah terpikir untuk
melanjutkan pendidikan ke sana. Tapi sekali lagi bahwa ALLAH memang punya
skenario terbaik. Hati saya tergerak untuk menyelami universitas ini lebih jauh.
Hampir setiap hari saya berkunjung ke ruang bimbingan dan konseling hanya untuk
membaca dan mempelajari katalog UGM, karena tidak boleh dibawa pulang dan
difotokopi. Semakin hari semakin tumbuh keinginan saya untuk mencoba. Ya untuk
mencoba mengikuti ujian masuknya. Sampai akhirnya kesempatan itu pun datang. Saya
mendaftar ujian tulis di sana dengan pilihan pertama jurusan Teknologi Pangan
dan Hasil Pertanian, dan pilihan kedua jurusan Budidaya Hutan. Saya pilih kedua
jurusan tersebut pastinya karena saya tetap tak ingin jauh dari bidang biologi
yang saya sukai.
Singkat cerita, pengumuman dari UGM pun datang. Dan saya
diterima di pilihan pertama. Alhamdulillah... Itu artinya saya harus sedikit banting setir dari cita-cita menjadi
peneliti biologi.
Setahun berada di UGM. Saya kerasan dan suka, terutama pada orang-orangnya. Juga gedung kuliah dan fasilitas yang keren, tapi tidak untuk mata
kuliah tingkat satu yang bagi saya agak sulit. IPK hanya bertengger di angka
3,21 di semester 1 dan 3,08 di semester 2. Agak jauh dari ekspektasi saya.
Sampai akhirnya di akhir tahun pertama kuliah, keinginan awal saya untuk menjadi
peneliti biologi seolah bergeliat lagi seiring dengan “perintah” kakak saya untuk mencoba peruntungan kuliah di
lokasi yang dekat saja. di kota Bandung.
Kemudian saya memutuskan untuk mengikuti ujian masuk lagi. Dulu namanya Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Di kesempatan ujian tersebut, saya memilih Sekolah Farmasi (nama baru dari jurusan farmasi) sebagai pilihan pertama, dan Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (nama baru dari jurusan biologi) sebagai pilihan kedua. Keduanya di ITB. Tentu saja, karena fokusnya adalah untuk mencari lokasi yang dekat dari rumah.
Kemudian saya memutuskan untuk mengikuti ujian masuk lagi. Dulu namanya Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Di kesempatan ujian tersebut, saya memilih Sekolah Farmasi (nama baru dari jurusan farmasi) sebagai pilihan pertama, dan Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (nama baru dari jurusan biologi) sebagai pilihan kedua. Keduanya di ITB. Tentu saja, karena fokusnya adalah untuk mencari lokasi yang dekat dari rumah.
Tapi sekali lagi ALLAH punya skenario terbaik. Saya tidak
lolos di keduanya. Dan akhirnya mau tidak mau saya harus merantau kembali untuk melanjutkan
mencari ilmu di UGM. Ada cerita menarik setelah saya kembali untuk melanjutkan perjuangan di sana. Dan menurut saya pribadi, inilah yang akhirnya menggiring saya untuk mengatakan
bahwa sungguh skenario terbaik memang tengah terjadi pada salah satu episode
kehidupan saya.
Begini ceritanya…
Semangat kompetisi yang saya miliki ketika SMA, tak urung
hilang, yang ada semakin menjadi. Beberapa lomba saya ikuti dengan diam-diam
tanpa sepengetahuan teman-teman. Dan di semester 3 ketika saya mulai masuk lagi
(setelah dirundung kegalauan gagal mengikuti SPMB), ada poster yang ditempel di
fakultas berupa pengumuman Lomba Inovasi dan Teknologi Yogyakarta yang
sebetulnya berupa olimpiade bidang matematika, fisika, kimia dan biologi yang
diadakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi D. I. Yogyakarta. Melihat pengumuman
ini, sense of biology saya tumbuh kembali meledak-ledak. Langsung saja saya pergi ke
dinas pendidikan provinsi untuk mendaftarkan diri. Sendiri, naik bis, terhitung
sebagai manusia yang belum tahu banyak seluk-beluk jalanan kota jogja, harus
tanya sana-sini untuk tahu alamatnya karena zaman dulu belum booming "google map" atau smart phone. Bisa dibayangkan bukan? Hahaha.
Dan singkat cerita, lomba pun tiba. Saya agak lupa tempat
lombanya di mana, tapi yang pasti tak kurang dari 150 orang peserta lomba
bidang biologi bersaing. Entah seperti apa kondisi di lomba bidang yang lain.
Saya tak mau tahu juga. Yang saya tahu, di hadapan sudah tersedia berlembar-lembar soal. Lomba hanya berupa ujian tulis dengan tipe soal yang
mirip-mirip olimpiade, juga sebagian soal menggunakan bahasa Inggris. Berhubung
tak ada satu pun peserta lomba yang saya kenal, saya fokus dan mengerjakan
tanpa beban. Tak ada satu pun teman sejurusan yang mengikuti lomba ini, mungkin
karena jurusan saya bukan sains murni. Tak mengapalah.
Singkat cerita, pengumuman dari Dinas Pendidikan Provinsi
Yogyakarta pun datang. Dan ajaibnya, atas izin ALLAH tentunya, saya terpilih
menjadi juara pertama. Alhamdulillah. Saya bahkan berhasil mengalahkan 2
mahasiswa jurusan biologi dari almamater yang sama, yang mana mereka menguntit
saya di posisi 2 dan 3. Sungguh sebuah skenario ALLAH yang terbaik. Ini menjadi
motivasi paling berharga dalam saya menjalankan hari-hari di UGM berikutnya.
Di sisi lain, mata kuliah untuk semester 3 ke atas sudah menjurus sesuai program studi. Banyak sekali mata kuliah yang menggunakan dasar ilmu biologi dan kimia. Senang rasanya karena saya menyukai mata kuliah-mata kuliah tersebut, misalnya biokimia, kimia pangan, mikrobiologi umum, ilmu gizi, dan lain sebagainya. Hingga singkat cerita, akhirnya saya dinyatakan lulus dari kampus
tersebut setelah mempertahankan skripsi saya tepat 6 tahun yang lalu (09.07.09) dengan topik
produksi enzim xilanase dari jamur benang (Trichoderma
harzianum) pada media limbah tongkol jagung. See? Bisa dilihat seksama
bahwa topik penelitian skripsi saya ini adalah bidang biologi, lebih spesifik lagi mengenai mikrobiologi. sesuai dengan apa yang pernah saya cita-citakan. Dan penelitian
ini pulalah yang menghantarkan saya meraih mimpi menjuarai lomba di tingkat
nasional. Penelitian ini terpilih sebagai juara 3 bidang teknik dalam ajang
Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia VIII yang diadakan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) tepat seminggu sebelum saya wisuda. Subhanallahu...
Sungguh pikiran saya terkagum-kagum dengan skenario-Nya. Kadang
saya harus menganga tak percaya. Ini nyata terjadi dalam hidup saya. Bukan
mimpi. Betapa keinginan saya untuk menjadi peneliti di bidang biologi, ALLAH
kabulkan justru di sebuah kampus yang saya tidak pernah terpikir berada di
dalamnya. Bahkan apresiasi di bidang biologi pun saya dapati justru bukan
karena saya berada di jurusan biologi ITB seperti kemauan saya, tapi di jurusan
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM. Semua yang saya harapkan justru diperoleh
bukan di tempat yang semula saya duga akan memberikan itu semua. Tapi justru di
tempat yang bahkan tidak pernah terpikir sama sekali. Ya, begitulah cara kerja
ALLAH. Terkadang otak kita tidak akan sampai untuk memahaminya. Betapa mudah
bagi ALLAH mengabulkan keinginan hamba-hamba-Nya. Hanya perlu percaya dan
berjuang. Itu kuncinya…
Demikianlah, semoga ada manfaatnya. Sekali lagi saya sampaikan bahwa ALLAH selalu punya skenario terbaik, dan salah satu skenario terbaik-Nya dalam episode kehidupan saya adalah: saya menjadi mahasiswa UGM. Kalau kawan-kawan, apa skenario terbaik dari ALLAH yang pernah dialami?
sumber gambar: https://blog.ugm.ac.id/ |
Tulisan ini saya buat sebagai motivasi bagi mereka yang baru
saja mendapatkan pengumuman SBMPTN. Percayalah, tidak diterimanya di kampus
keinginan kita, bukan akhir dari segalanya. Selama masih punya kreativitas, selama
masih punya kemauan, selama tekad dan semangat berjuang tidak padam, ALLAH akan
siapkan hadiah berupa skenario terbaik yang akan membuat kita ternganga belakangan.
Percayalah! Saya sudah membuktikannya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar