berawal dari konsultasi luka di kaki akibat kecelakaan, akhirnya membawa saya pada obrolan menarik mengenai dunia kedoketeran dari mulai regulasi kesehatan, sisi kelam kedokteran, sistem kuliah spesialis yang menghabiskan dana hingga milyaran, dan sudut pandang lainnya mengenai dunia medis. saya selalu tertarik berdiskusi dengan dokter satu ini. saya berani bilang bahwa dokter seumuran saya ini terbilang cerdas dan memiliki cara berfikir yang tidak biasa dengan kebanyak dokter pada umumnya. mungkin karena masih muda dan cara komunikasinya yang bravo!
ok, saya tidak perlu menyebutkan nama dokter tersebut, yang pasti orang-orang di kantor nutrifood cibitung pasti cukup setuju dengan penilaian saya tentang dokter tersebut. hahaha. ya kalaupun tidak setuju, setidaknya ini bentuk apresiasi saya padanya yang sudah banyak membantu masalah kesehatan saya selama ini.
ada satu topik yang menarik ketika kemarin kita berdiskusi, yaitu mengenai pembahasaan media massa. seringkali kita melihat bahasa media yang kerap diberikan bumbu terlalu berlebihan. misalnya contoh berita berikut: "puluhan pasien di rumah sakit x terlantar" disertai dengan foto pasien berikut kerabat yang ngemper di koridor-koridor rumah sakit dengan kondisi yang memprihatinkan. seolah foto tersebut berbicara bahwa para pasien dan kerabat memang diterlantarkan.
lantas kita sebagai pembaca surat kabar atau penonton berita televisi kemudian akan bilang bahwa "parah banget tuh rumah sakit", "gila nggak manusiawi bener", "kasian banget pasiennya, pake bpjs kali ya jadi dinomor duakan", dan lain sebagainya. kemungkinan besar dari judul dan foto atau gambar yang ada, akan mengarahkan opini pembaca atau penonton ke arah yang negatif bukan? tapi apakah kondisi sebetulnya pun demikian? belum tentu lho!
nah ini yang menarik! terkadang berita yang masuk ke dalam otak kita kemudian akan langsung diterjemahkan ke dalam memori-memori yang berasosiasi. akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah pernah masuk ke dalam memori dan akal kita. misal kalau lihat anak sekolah penampilannya berantakan, diasosiasikan pasti anak tersebut merokok dan sering bolos. itulah asosiasi. kita tidak memberikan ruang kepada akal untuk menyaring informasi terlebih dahulu, melihatnya secara jernih dan kemudian baru berkomentar.
kadang saya merasa bahwa memang itulah tujuan media massa sekarang. banyak pemberitaan yang bersifat provokatif untuk memancing amarah, untuk membuat mental orang-orang menjadi pribadi yang kurang bersahaja, untuk mengaburkan identitas manusia yang sejatinya sebagai makhluk yang berakal tapi digiring untuk menjadi lebih buruk dari hewan ternak, seperti firman ALLAH dalam surat Al Araf ayat 179. ya begitulah menurut opini saya.
karenanya, dalam menerima sebuah berita alangkah baiknya bila kita pelajari terlebih dahulu. baca berita hingga selesai jangan hanya membaca judulnya saja. cermati apakah judul dan isi memang berhubungan atau tidak. kemudian coba berfikir jernih apa maksud si pembuat berita (sekadar informasi atau berupa kompor), bisa cari referensi pemberitaan yang lain, dan terakhir yang paling memungkinkan adalah dengan melakukan x-cek langsung kepada si penyampai berita. ini semua yang dalam islam disebut tabayyun yang merupakan salah satu ciri orang beriman.
ALLAH menyampaikan dalam Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 6 sebagai berikut:
ok, saya tidak perlu menyebutkan nama dokter tersebut, yang pasti orang-orang di kantor nutrifood cibitung pasti cukup setuju dengan penilaian saya tentang dokter tersebut. hahaha. ya kalaupun tidak setuju, setidaknya ini bentuk apresiasi saya padanya yang sudah banyak membantu masalah kesehatan saya selama ini.
ada satu topik yang menarik ketika kemarin kita berdiskusi, yaitu mengenai pembahasaan media massa. seringkali kita melihat bahasa media yang kerap diberikan bumbu terlalu berlebihan. misalnya contoh berita berikut: "puluhan pasien di rumah sakit x terlantar" disertai dengan foto pasien berikut kerabat yang ngemper di koridor-koridor rumah sakit dengan kondisi yang memprihatinkan. seolah foto tersebut berbicara bahwa para pasien dan kerabat memang diterlantarkan.
lantas kita sebagai pembaca surat kabar atau penonton berita televisi kemudian akan bilang bahwa "parah banget tuh rumah sakit", "gila nggak manusiawi bener", "kasian banget pasiennya, pake bpjs kali ya jadi dinomor duakan", dan lain sebagainya. kemungkinan besar dari judul dan foto atau gambar yang ada, akan mengarahkan opini pembaca atau penonton ke arah yang negatif bukan? tapi apakah kondisi sebetulnya pun demikian? belum tentu lho!
nah ini yang menarik! terkadang berita yang masuk ke dalam otak kita kemudian akan langsung diterjemahkan ke dalam memori-memori yang berasosiasi. akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah pernah masuk ke dalam memori dan akal kita. misal kalau lihat anak sekolah penampilannya berantakan, diasosiasikan pasti anak tersebut merokok dan sering bolos. itulah asosiasi. kita tidak memberikan ruang kepada akal untuk menyaring informasi terlebih dahulu, melihatnya secara jernih dan kemudian baru berkomentar.
kadang saya merasa bahwa memang itulah tujuan media massa sekarang. banyak pemberitaan yang bersifat provokatif untuk memancing amarah, untuk membuat mental orang-orang menjadi pribadi yang kurang bersahaja, untuk mengaburkan identitas manusia yang sejatinya sebagai makhluk yang berakal tapi digiring untuk menjadi lebih buruk dari hewan ternak, seperti firman ALLAH dalam surat Al Araf ayat 179. ya begitulah menurut opini saya.
karenanya, dalam menerima sebuah berita alangkah baiknya bila kita pelajari terlebih dahulu. baca berita hingga selesai jangan hanya membaca judulnya saja. cermati apakah judul dan isi memang berhubungan atau tidak. kemudian coba berfikir jernih apa maksud si pembuat berita (sekadar informasi atau berupa kompor), bisa cari referensi pemberitaan yang lain, dan terakhir yang paling memungkinkan adalah dengan melakukan x-cek langsung kepada si penyampai berita. ini semua yang dalam islam disebut tabayyun yang merupakan salah satu ciri orang beriman.
sumber gambar: muslimposter.files.wordpress.com |
ALLAH menyampaikan dalam Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 6 sebagai berikut:
"wahai orang-orang yang beriman, apabila datang seorang fasiq dengan
membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak
menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga
kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan"
nah, dari ayat di atas jelas bukan bagaimana sebaiknya bersikap dalam menerima informasi? bahkan ada kekhwatiran berupa keburukan lho jika kita langsung tersulut emosi. jangan sampai kita menyesali perbuatan yang telah dilakukan. maka dari itu, memang diperintahkan untuk memeriksa setiap berita yang datang. lihat! betapa islam itu mengagumkan ya? mendorong kita untuk menjadi orang yang kritis dan pintar. untuk senantiasa mau memperlebar pengetahuan dan menekan kebodohan. sungguh saya semakin bangga menjadi orang islam :) alhamdulillah...
sejalan dengan firman di atas, dalam sebuah artikel yang saya baca, ada adab yang harus diutamakan ketika datang sebuah berita, yaitu seperti yang saya kutip berikut:
sikap yang benar yang harus dilakukan agar kita tidak terpancing oleh
berita fitnah ialah sebagaimana ajaran Islam membimbing kita, di
antaranya: tidak semua berita harus kita dengar dan kita baca, khususnya berita yang membahas aib dan membahayakan pikiran. kemudian tidak terburu-buru dalam menanggapi berita, akan tetapi diperlukan tabayyun dan pelan-pelan dalam menelusurinya (http://www.daaruttaqwa.com/wawasan/petuah-kyai/161-sikap)
nah semakin jelas ya? terkadang, kita sebagai penerima informasi masih kurang bijak bersikap dan hanya mengandalkan asosiasi-asosiasi yang sudah tercipta di memori dan akal kita. kedangkalan dalam pengetahuan membuat kita menyimpulkan sebuah informasi dengan segera. pemilihan judul dan potret yang kadang "disengaja" memang sudah menjadi tugas media untuk menggiring opini, tugas pembaca dan penontonlah untuk memeriksa apakah opini tersebut benar atau ada maksud lainnya. itulah orang yang cerdas!
secerdas dokter yang saya sebutkan di atas :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar