10 jam yang lalu, saya baru saja memainkan laga semi final dan final badminton di kantor. turnamen senior (seni dan olah raga) ini sengaja diadakan setiap tahun untuk mengasah kemampuan karyawan dalam bidang seni dan olah raga. alhamdulillah setelah melewati 3 permainan sebelumnya, saya sampai ke babak semi final yang digelar kemarin.
menariknya adalah siapapun team yang menang di semi final, akan dilanjut langsung ke final pada hari yang sama. cukup kerasa bukan lelahnya bagaimana? hehehe.
saya datang ke lapangan bersama mustofa. tiba di lapangan, tak beberapa saat team QC cibitung juara pun mulai datang bermunculan hendak memberikan dukungan. melihat ini, saya jadi teringat turnamen kejuraan badminton dunia (BWF) yang digelar pekan kemarin di jakarta. "mungkin seperti ini ya perasaan para pemain badminton indonesia yang musti bermain di tengah harapan penonton". ada tekanan, ada perasaan ingin memberikan yang terbaik, ada rasa senang karena merasa didukung. tapi bagi saya ada satu lagi tambahan, yaitu ada rasa terharu menyelimuti benak.
ya, saya terharu sekali dengan kehadiran rekan-rekan team QC cibitung juara. mereka seolah berkonspirasi mendukung saya (atau mungkin lebih tepatnya mendukung departemen QC), walau saya tak tahu apa motivasi mereka masing-masing hadir di lapangan. tak penting lagi bagi saya apa itu, yang pasti kehadiran mereka memberikan semangat tersendiri untuk saya.
pertandingan saya maknai bukan lagi sebagai pertarungan menang kalah. lebih jauh dari pada itu, saya menganggap bahwa ini perkara ikatan emosional. apakah saya laik diperlakukan seperti itu oleh mereka? tatkala saya juga melihat, tak ada dari departemen lain yang team-nya menyengajakan diri datang mendukung perwakilan departemennya. itu lebih lagi membuat saya merasa "apakah pantas saya dibeginikan". tak mau pusing, sekarang porsi saya adalah bermain sebaik mungkin.
dan fakta di lapangan kemarin, saya berhasil memenangkan laga semi final, dan jeda satu jam kemudian, saya pun berlaga kembali di partai final. sayang sekali, takdir mencatat bahwa saya memang harus puas berada di juara dua. saya dan partner (dimas dari departemen warehouse raw material) harus tumbang dan bersyukur sampai di tahap itu.
saya bersyukur. bersyukur sekali bahkan, karena seperti yang saya katakan tadi, pertandingan ini bukan hanya sekedar menang dan kalah, tapi bagi saya, sudah berubah menjadi sebuah perasaan haru akan pengertian sebuah "ikatan emosional". seumur hidup saya bermain badminton, inilah badminton yang penuh dengan perasaan emosional. hehehe...
bukan karena emosi marah-marah, tapi sebaliknya. karena ada kesan haru yang dibuat oleh team QC cibitung juara. team anak muda yang kental akan nuansa muda, partisipatif, aktif, energik, gesit, ilmiah dan yang terpenting adalah saling mendukung. saya rasa, mereka menunjukkan itu. setidaknya, menurut saya...
terima kasih, sahabat :) saya bisa sampai di laga final, tak lain dan tak bukan karena izin ALLAH dan dukungan kalian juga. maafkan juga jika hasilnya tidak sesuai harapan. sampai jumpa di pertandingan tahun depan!
menariknya adalah siapapun team yang menang di semi final, akan dilanjut langsung ke final pada hari yang sama. cukup kerasa bukan lelahnya bagaimana? hehehe.
saya datang ke lapangan bersama mustofa. tiba di lapangan, tak beberapa saat team QC cibitung juara pun mulai datang bermunculan hendak memberikan dukungan. melihat ini, saya jadi teringat turnamen kejuraan badminton dunia (BWF) yang digelar pekan kemarin di jakarta. "mungkin seperti ini ya perasaan para pemain badminton indonesia yang musti bermain di tengah harapan penonton". ada tekanan, ada perasaan ingin memberikan yang terbaik, ada rasa senang karena merasa didukung. tapi bagi saya ada satu lagi tambahan, yaitu ada rasa terharu menyelimuti benak.
ya, saya terharu sekali dengan kehadiran rekan-rekan team QC cibitung juara. mereka seolah berkonspirasi mendukung saya (atau mungkin lebih tepatnya mendukung departemen QC), walau saya tak tahu apa motivasi mereka masing-masing hadir di lapangan. tak penting lagi bagi saya apa itu, yang pasti kehadiran mereka memberikan semangat tersendiri untuk saya.
pertandingan saya maknai bukan lagi sebagai pertarungan menang kalah. lebih jauh dari pada itu, saya menganggap bahwa ini perkara ikatan emosional. apakah saya laik diperlakukan seperti itu oleh mereka? tatkala saya juga melihat, tak ada dari departemen lain yang team-nya menyengajakan diri datang mendukung perwakilan departemennya. itu lebih lagi membuat saya merasa "apakah pantas saya dibeginikan". tak mau pusing, sekarang porsi saya adalah bermain sebaik mungkin.
dan fakta di lapangan kemarin, saya berhasil memenangkan laga semi final, dan jeda satu jam kemudian, saya pun berlaga kembali di partai final. sayang sekali, takdir mencatat bahwa saya memang harus puas berada di juara dua. saya dan partner (dimas dari departemen warehouse raw material) harus tumbang dan bersyukur sampai di tahap itu.
saya bersyukur. bersyukur sekali bahkan, karena seperti yang saya katakan tadi, pertandingan ini bukan hanya sekedar menang dan kalah, tapi bagi saya, sudah berubah menjadi sebuah perasaan haru akan pengertian sebuah "ikatan emosional". seumur hidup saya bermain badminton, inilah badminton yang penuh dengan perasaan emosional. hehehe...
bukan karena emosi marah-marah, tapi sebaliknya. karena ada kesan haru yang dibuat oleh team QC cibitung juara. team anak muda yang kental akan nuansa muda, partisipatif, aktif, energik, gesit, ilmiah dan yang terpenting adalah saling mendukung. saya rasa, mereka menunjukkan itu. setidaknya, menurut saya...
terima kasih, sahabat :) saya bisa sampai di laga final, tak lain dan tak bukan karena izin ALLAH dan dukungan kalian juga. maafkan juga jika hasilnya tidak sesuai harapan. sampai jumpa di pertandingan tahun depan!
team QC cibitung juara (ditambah sherly, catur, wayan, angga, yola, dan mas galih) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar