Kamis, 12 September 2013

hati tak pernah tak jujur


Sesuatu yang dipilih dari hati nurani terdalam, maka yakinilah itu pilihan yang insya ALLAH berkah…
Dan sesuatu yang dikerjakan dengan hati, maka sadarilah itu adalah pekerjaan yang akan membahagiakan…

Well, mengapa saya gunakan prolog tersebut, karena ada hal yang tengah saya pikirkan…

Setiap orang sudah barang tentu dihadapkan pada berbagai macam pilihan dalam hidupnya. Pilihan tentang jodoh, tentang karir, tentang masa depan, dan lain sebagainya. Pilihan apa yang akhirnya diambil, tentu akan melibatkan berbagai komponen di dalamnya, yaitu panca indera, akal, perasaan dan hati.

Misalnya dalam memilih jodoh. Mata berperan dalam melihat elok rupa, telinga berkontribusi dalam mendengar isi pembicaraan, akal membimbing proses logis tidaknya pemilihan, perasaan menyumbangkan getar-getar ketertarikan, dan terakhir hati yang menyimpulkan kesemuanya hingga menjawab “ya” atau “tidak”.

Ada orang yang langsung berkata “ya” atau “tidak” hanya dengan melibatkan mata. Ada sebagian orang yang dengan melihat sisi logis dengan takaran akalnya. Juga ada yang lebih mengedepankan perasaannya. Semuanya tentu memberikan dampak yang berbeda. Hanya pilih karena mata, bisa jadi tidak tahu sisi lain dalam perilaku dan sikapnya, dan akhirnya menyesal di kemudian. Tidak bahagia. Pilih karena akal, nyatanya cinta terkadang tak bisa diukur dengan logika, sehingga tatkala ada yang tidak sreg, ribut kemudian. Tidak bahagia. Namun, jika memilih dengan hati, maka hampir bisa dipastikan bahwa itulah yang akan lebih mendatangkan kebahagiaan.

Mengapa pilihan dari hati akan membawa pada kebahagiaan?

Saya hanya menganalisa dari sudut berikut:
Yang dimaksud dengan hati menurut persepsi saya adalah “ruh” yang ditiupkan oleh ALLAH saat janin masih dalam kandungan. Hati ini senantiasa patuh dan tunduk serta miliki frekuensi yang sama dengan penciptanya, sehingga akan selalu terkait dengan Sang Pemiliknya, yaitu ALLAH yang Maha Agung dan Luhur. Karena sifatnya inilah, maka hati pun bernilai luhur dan terkoneksi dengan mulia pada pemiliknya. Berbeda dengan komponen fisik yang terlihat yaitu jasad. Kita ketahui bersama bahwa ianya diciptakan dari tanah. Tanah letaknya di bawah dan diinjak. Menuruti kemauan jasad artinya menuruti hawa nafsu saja. Maka menuruti apa-apa yang selain hati, besar potensinya membuat manusia tersebut akhirnya tidak bahagia sebagai bahasa halus dari terinjak-injak tadi.

Hidup hanya sekali, maka mantapkanlah pilihan yang ingin dipilih yang sesuai dengan hati. Yang sesuai dengan ruh, dan kerjakanlah segalanya dengan hati pula, karena hati tak pernah tak jujur, supaya kebahagiaanlah yang akhirnya bisa diraih. Bukankah memang kebahagiaanlah yang sejatinya merupakan pangkal segalanya yang dikejar manusia dalam hidup?

-        -  sebuah tulisan yang saya renungi setelah pertemuan dengan seseorang -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar