Rabu, 26 Februari 2014

menjadi customer service

ketika saya bersinggungan dengan orang-orang yang bekerja di bagian customer service atau layanan konsumen, saya akan selalu memberikan atensi yang besar untuk memperhatikan dan menilai sejauh mana kualitas dari pelayanan mereka. kenapa? karena itulah key performance index atau tingkat keberhasilan dia dinilai. sejauh mana mereka bisa memuaskan pelanggannya, itulah yang menjadi prestasi tertingginya.

beberapa bahkan ada yang menyediakan sebuah tampilan LCD mini layar sentuh yang memperbolehkan konsumen untuk menilai langsung kualitas pelayanan dari petugas. biasanya berupa dua atau tiga gambar emoticon senyum, datar atau melengkung ke bawah alias kecewa/sedih. saya berpikir, barangkali rekap penilaian tersebut akan berimbas terhadap gaji yang diperoleh dari si petugas tersebut mungkin ya? hehehe, atau setidaknya untuk feedback dari atasan.


apa yang kawan-kawan rasakan ketika mengurus sesuatu, kemudian dilayani oleh petugas yang ramah, selalu tersenyum, mengerjakan dengan riang? tentu ikut senang, bukan? bahkan rasa bosan karena misalnya harus menunggu, akan langsung sirna berganti dengan perasaan bahagia. atau sebaliknya apa yang kawan-kawan ingin lakukan kepada petugas customer service yang justru ketika berhadapan tidak sedikitpun memberikan senyum, malah asyik main handphone di sela waktu tunggunya, tampangnya agak jutek dan perilakunya sedikit kasar? nah ini yang repot, bisa jadi kita jadi kepancing pengen marah, ngomong kasar juga, dongkol, mites kepalanya, ngejewer, atau yang paling ekstrim adalah menulis testimoni di kolom keluhan pelanggan di suatu surat kabar terkemuka. hahaha.

saya ingin sedikit bercerita mengenai pengalaman saya kemarin menemui seorang petugas customer service dan seorang lagi bagian layanan pembatalan tiket kereta api. keduanya berkantor di stasiun pasar senen. melihat tipe pekerjaannya, saya berpendapat keduanya bisa dibilang berurusan dengan customer service.

orang pertama yang saya temui adalah si mbak tiket. saya menceritakan bahwa saya hendak membatalkan tiket yang saya beli karena tidak jadi berangkat pada hari yang sudah ditentukan. ia akhirnya memberikan selembar kertas berupa form pengajuan pembatalan tiket kepada saya untuk diisi dan minta saya untuk melampirkan fotokopi KTP. berhubung saya tak punya fotokopian, lantas saya menanyakan dimana saya bisa memfotokopi. akhirnya saya diarahkan untuk ke bagian customer service, dan bertemulah dengan seorang perempuan dengan perawakan yang terbilang "berisi", berjilbab, dan dari air mukanya saja saya bisa menyimpulkan bahwa dia orang yang ramah.

betul saja, proses saya memfotokopi pun sukses dan dia memberi instruksi kepada saya untuk kembali ke bagian tiket untuk memproses lebih lanjut. dari awal hingga akhir pelayanan, saya disuguhi senyum manisnya. tak ayal saya pun menyentuh sebuah layar tepat di bagian emoticon dengan lengkungan senyum! I'm satisfied...

ketika kembali ke bagian si mbak tiket, kemudian saya meminta selembar kertas form pembatalan  lagi karena saya diberitahu oleh si mbak customer service bahwa berhubung tiket yang akan saya batalkan ini bersumber dari 2 kode booking, maka perlu dibuat 2 proses pembatalan. jadilah saya mengisi satu lembar lagi. dan setelah selesai, saya serahkan keduanya kepada si mbak tiket. saya agak tercengang ketika diminta untuk memfotokopi KTP 1 lembar lagi karena masing-masing form memang harus disertakan 1 fotokopi KTP. nyaris emosi saya memuncak karena si mbak ini dari awal saya lihat tidak berusaha memberikan arahan yang ditel, sehingga saya jadi harus bolak-balik fotokopi KTP. huft! mata saya agak melotot sambil sedikit cengo dan malas ketika dia bilang seperti itu. untungnya saya pakai masker sehingga dia tak melihat betap geligi saya sudah gemeretak. hahaha.

mungkin karena takut, si mbak akhirnya bilang akan tetap memproses form pengajuan pembatalan tiket saya tersebut. sambil menunggu, saya merasa bahwa saya telah berbuat salah. mungkin reaksi saya tadi membuat si mbak jadi kurang nyaman dan muncul rasa kesal dalam hatinya. entah perasaan saya ini benar atau tidak. tersebab itu, saya langsung menyadari dan berkata dengan sopan sambil membuka masker dan memberikan senyum: "mbak, minta tolong tetap diproses ya, saya ke sana dulu untuk memfotokopi KTP 1 lagi". si mbak mengiyakan dengan datar karena jarinya tengah sibuk mengetik.

akhirnya saya berjalan kembali ke ruangan customer service dan menemui si mbak yang sama. masih dengan gaya dan senyum yang sama, dia melayani proses fotokopi KTP. awalnya saya mengira bahwa ia akan kesal menemui konsumen macam saya yang merepotkan sampai dua kali. tapi nyatanya anggapan saya salah. si mbak malah dengan senang hati mengerjakan permintaan tolong saya, dan lelagi memberikan pelayanan yang memuaskan. two thumbs up deh untuk si mbak customer service. kalo ada pencalonan atau pemilihan customer service ter-ramah se-jawa bali plus madura, saya pasti pilih dia untuk jadi nominasinya. hahaha lebay.

sambil jalan menuju si mbak tiket, kepala saya terus memikirkan ending yang akan saya berikan kepada si mbak tiket. tampaknya saya punya salah padanya, sehingga muncul rasa dalam hati untuk menyusun kalimat sakti yang menyenangkan nantinya, juga sudah saya siapkan senyuman untuknya supaya dia akhirnya berpikir bahwa saya tidak marah atau kesal ketika saya diminta memfotokopi KTP selembar lagi.

kenapa saya sampai segitunya? ya, karena saya berpikir bahwa kesempatan saya bertemu dengan si mbak tiket seumur hidup mungkin ya hanya saat itu, sehingga akan saya tinggalkan kesan yang baik untuknya supaya hati dan perasaan dia pun ikut senang sempat dipertemukan dengan konsumen yang ramah. hahaha pede banget.

dan akhirnya ketika saya menyerahkan sisa fotokopi KTP tersebut, dia pun membalas dengan memberikan salinan form pembatalan tiket yang sudah diprosesnya tersebut sambil berkata: "mas, sudah saya proses, uang akan ditarnsfer ke rekening yang dituju 45 hari kerja, jika setelah itu belum juga masuk, silakan untuk telepon ke nomor xyz". bersyukur ternyata dia tidak terbawa emosi, malah dia menjelaskan dengan cukup sopan, dan sebagai senjata pamungkas saya berkata: "terima kasih banyak ya, mbak atas bantuannya". saya meninggalkan si mbak dengan seutas senyum dan perasaan plong karena tidak terbersit lagi kesal dalam diri.

demikianlah. akhirnya saya menyadari bahwa ketika kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain, maka kita pun harus memperlakukan orang lain dengan baik pula. dengan sopan dan menyenangkan hatinya. selain supaya terbina komunikasi yang baik, juga karena berbuat baik itu menyenangkan :) sepakat, kawan?

ya intinya untuk seorang petugas customer service atau siapapun yang akan bersinggungan dengan banyak orang, sikap penyambutan dan pelayanan menjadi hal yang sangat kritis dan mempengaruhi kepuasan pelanggan. bagi kawan-kawan yang sudah mempunyai style dan attitude yang baik terhadap konsumen, tinggal mempertahankannya, tapi bagi yang belum, bisa dicoba untuk terus meningkatkan diri melalui latihan terus-menerus.

bersyukur bagi orang yang secara bawaan lahir memang sudah miliki sikap yang nice, supel dan menyenangkan, tapi bagi yang tidak punya bawaan itu tapi dipaksa untuk bekerja melayani konsumen, jangan menyerah! latihlah terus menyungging senyum. selain ibadah juga menyehatkan muka lho, jadi tampak awet muda, walaupun awal-awal terkesan seperti memakai topeng, tapi lama-kelamaan topeng itu akan berganti menjadi suatu kebiasaan baik. serius!

sebagai penutup, selamat berbuat baik pada siapapun, dan berikanlah service paling memuaskan yang bisa kita lakukan pada siapapun, karena sejatinya memuaskan konsumen, bukan hanya tugas seorang petugas customer service, melainkan tugas kita semua. ya kita semua yang merasa memang selalu bersinggungan dengan banyak orang :)

Senin, 24 Februari 2014

nol, nol, nol, dan satu jadi seribu

banyak lelaki terpikat dengan elok dan jelita rupamu. mereka menilai tujuh, delapan bahkan sembilan... tapi maaf, aku menilainya nol.

banyak lelaki terbius dengan megah dan meriah hartamu. mereka menilai tujuh, delapan bahkan sembilan. tapi maaf, aku menilainya nol.

banyak lelaki terkagum dengan luhur budi dan pekerti keluargamu. mereka menilai tujuh, delapan bahkan sembilan. tapi maaf, aku menilainya nol.

karena bagiku, islam dan tauhidmu yang kudamba. aku nilai satu untuk ini, sehingga nol-nol yang lain, akan berubah menjadi 1000 (seribu).

ya, seribu... seperti aku yang mempunyai seribu usaha dan upaya untuk berjuang bersamamu kelak :)


terinspirasi dari sabda Baginda Rasullullah Muhammad saw., sebagai berikut:
”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau”

beramal ada standard-nya lho!

dan pada akhirnya kita tak pernah bisa menyenangkan semua pihak. ketika berbuat suatu tindakan atau memutuskan suatu perkara, akan ada saja pihak yang suka dan tidak suka. akan terlihat mana pihak yang mendukung dan satunya lagi enggan. barangkali memang harus seperti ini dalam dunia, selalu berupa pro kontra, selalu berupa antusias dan antipati.

banyak tindakan dan keputusan dibuat dengan harapan win win solution. kedua belah pihak merasa terpuaskan. tapi nyatanya acapkali hanya muncul di lisan. kedalaman hati tak pernah ada yang tahu. ketika yang satu merasa terpuaskan, tetap saja ada segolongan yang sebetulnya menolak, walau dengan halus sekalipun, pada akhirnya diputuskan menerima dengan jalan mengalah.

ah, pada akhirnya sejauh saya menalar, hidup ini selalu ramai dengan berita tentang pensikapan dan penilaian terhadap suatu hal. hanya orang bodoh saja yang mungkin tak bergeming dengan apa yang ada di sekitarnya, yang terpaku termangu diam dengan segala hal yang sedang dan akan terjadi. mungkin akalnya sudah ia berikan pada pegadaian. ups! hehehe.

tak percaya? coba saja periksa kembali. walikota bandung terpilih, ridwan kamil contohnya. apapun tindakannya, bagaimanapun sikapnya, selalu dipertanyakan dan dinilai oleh orang yang mendukung, dan juga yang menghujatnya. silakan saja cek di timeline twitter-nya. pusing barangkali kalau saya jadi walikota. hehehe. tapi namanya hidup, sekali lagi memang berupa permainan dan fenomena orang-orang yang terpuaskan dan orang yang tak tepuaskan, yang kemudian memberikan sebuah PENILAIAN.

ya, berupa penilaian. manusia memang diberikan anugerah berupa mata, telinga, tangan, kaki, dan hati semuanya untuk menilai. untuk berkomentar dan bersikap apapun. dalam arti luas saya menyebutnya sebagai amal. amalan baik atau amalan buruk.

dalam hidup selalu saja melekat fenomena bernama pro kontra

ketika kita hendak menilai atau bersikap apapun ingat bahwa saat itu kita sedang beramal yang nantinya akan dituai kemudian. jika keselamatan yang dicari, amal baik yang perlu diperbanyak, dan amal baik kita tentu haruslah ada standardnya. tak perlu riweuh dengan penialian orang lain selama kita mengerti dan menggunakan standard yang pasti. yang syar'i dan bisa dipertanggungjawabkan. percuma bila melakukan suatu amal, disukai banyak pihak, tapi sejatinya amal tersebut salah dan melanggar aturan yang ada. karenanya, setiap kali beramal, mau itu amal baik atau amal yang buruk sekalipun, harus bisa dipertanggung jawabkan di hadapan ALLAH.

percuma banyak disukai orang, tapi jika ALLAH tidak ridho. dan tentu kita akan lebih memilih ridho ALLAH bukan? mengikuti kemauan orang akan capek sendiri, kawan! yang satu bilang baik, yang satu bilang jelek, yang sini bilang mantap, yang sonoh bilang payah... ah pusing! hidup harus punya standard, kawan! dan bijakilah diri dengan standard tersebut. standard itulah yang saya sebut dengan Al Furqon atau Al Qur'an. jadikanlah Al Qur'an sebagai standard atau pembatas dalam penilaian terhadap sesuatu. orang lain boleh bilang a, b, c, dan d. namun jika Al Qur'an bilang e, maka sudah sepatutnyalah Al Qur'an yang dijadikan pedoman. itupun jika kawan-kawan mengaku sebagai orang yang beriman!

inilah Al Qur'an sebagai standard hidup yang sejati :)

kini, saya sudah tak mau lagi dirisaukan dengan penilaian orang lain. pro dan kontra silakan, dan saya anggap itu sebagai suatu hal yang biasa, karena saya hanya ingin dinilai oleh Sang Pemilik Al Furqon. selama saya beramal, bersikap, bertindak, memutuskan suatu perkara karena memang ada tuntunannya dalam standard, di situlah kesempatan saya mendapat nilai dari ALLAH, dan di situ pulalah pada akhirnya saya tak perlu pusing dengan penilaian orang lain yang sebetulnya lemah, karena hanya bersumber dari dugaan dan prasangka.

walau demikian, sebagai manusia yang memang diwasiatkan untuk berinteraksi sesama (hablum minannass), maka menjaga perasaan sesama pun menjadi tanggung jawab yang tiada boleh untuk dikesampingkan. penilaian orang terhadap kita, sikapi dengan dada terbuka bahwa memang nobody is perfect. ada yang menilai baik terhadap diri kita, bersyukurlah karena ALLAH yang mentakdirkan itu, dan mungkin ALLAH belum membuka kotoran yang ada dalam hati kita di mata orang lain. namun, jika ada yang menilai tidak baik terhadap kita, juga bersyukurlah karena ALLAH yang mentakdirkan itu, dan mungkin ALLAH ingin kita berhenti sejenak untuk menghilangkan kotoran yang ada pada hati kita.

terakhir saya sampaikan, beramal itu ada standard-nya lho! jadi beramallah dengan standard yang juga benar. yaitu standard ilmu yang maha luas, tak lain dan tak bukan: Al Qur'an... juga Al Hadits.
apalagi saya sebagai orang yang bekerja di bidang quality control (QC), ga mau dong amalan saya di-reject, harus bisa release dan confirm to standard. hehehe :)
wallahu'alam bisshawab.

wassalam,
@hadisu_euy

Minggu, 23 Februari 2014

pilih paketnya

seperti laiknya kita memesan makanan di rumah makan. silakan pilih menu paket semau anda! paket lengkap nasi, ayam goreng, dendeng, sayur asem, buah dan minum, atau paket hemat nasi, ayam goreng dan minum.
ketika membayar, tentu harga yang dibayarkan berbeda. sesimple itu menyadari bahwa hidup adalah sebuah pilihan, dan setiap pilihan selalu sepaket dengan risiko atau konsekwensinya.
semakin besar rasa nikmat yang didapat, semakin besar pula risiko yang diterima. pun sebaliknya. no pain no gain!
jadi, silakan pilih sendiri paketnya mau seperti apa. itu saya bilang customized by request :)

alarm sepertiga malam

saya tahu bahwa status-mu bukanlah wajib. engkau adalah sebuah sunnah, tetapi diutamakan. pengalaman membuktikan bahwa ada segurat kebahagiaan tak terdefinisikan setiap kali bercengkrama denganmu.

namun, 11 rakaat yang belum tentu juga diterima itu, kini sedang jarang saya sambangi. sebulan sudah demikian. dan betapa saya merindukan kembali bisa berkomitmen untuk kembali bersimpuh dalam jejaring sepertiga malam terakhir.

ya ALLAH, mohon ampunilah segala dosa yang melekat pada hamba.
berilah hamba kemantapan hati untuk terus bisa ajeg terbangun dan menghampiri-Mu.
tolong lenyapkan rasa malas yang tengah bercokol mesra dalam hati ini.
dan izinkanlah saya kembali merasakan nikmat qiyamul lail selagi umur belum menguap.
aamiin.

semoga tulisan ini akan menggantikan fungsi handphone sebagai alarm yang akan senantiasa membangunkan saya untuk sadar, mengambil wudhu, menggelar sajadah dan lalu berlafadz ALLAHU AKBAR!

Jumat, 21 Februari 2014

tamu tak disangka

semalam saya kehadiran seorang tamu yang tak disangka. tak direncanakan sebelumnya, melainkan hanya tercetus rencana menginap sekitar 4 jam sebelumnya. ia adalah seorang kawan baru yang saya lihat orangnya pintar. seorang kawan yang ditakdirkan bertemu di kantor tempat saya bekerja di cibitung. seorang lelaki menjelang matang yang haus akan pengalaman bekerja. lulusan sarjana dari sebuah institusi pendidikan termashyur di kota kembang, yang juga paling yahud di negeri ini. hehehe.


sedikit lebay mungkin jika saya harus tuliskan tentang profil dirinya di tulisan ini. yang mau saya tuliskan bukanlah tentang dia, tetapi tentang apa yang kami diskusikan tadi pagi. ditemani dengan hujan kota bogor yang syahdu dan segelas HiLo javacinno latte, yang memberikan semerbak harumnya kopi robusta yang diselimuti sedikit senyawa volatil dari kayu manis. ah paduan mantap :)

sebut saja namanya Sigit Aditya Kinardi (lha itu mah nama sebenernya. hehehe), dia menceritakan bagaimana rekan-rekannya yang sudah lulus kemudian berkarya di sebuah perusahaan yang menjanjikan. bagaimana ia bercerita begitu antusiasnya ia mendambakan menjadi seorang engineer profesional yang mumpuni. dan bagaimana dia bercerita bahwa nyatanya dirinya kini tengah berada di sebuah perusahaan yang bahkan tak pernah terpikirkan sama sekali olehnya.

saya banyak mengangguk dengan cerita-cerita darinya. rasanya diri ini sudah lama begitu angkuh dan tertutup dengan cerita-cerita baru dari seorang yang juga baru. namun, dengannya saya menikmati percakapan dua arah yang dibumbui dengan nilai-nilai filosofi, spiritual dan juga sedikit humor. saya kurang tahu apakah dia menikmati perbincangan pagi tadi atau tidak, tapi setidaknya sinar mata antusiasnya membuat saya terpancing juga untuk banyak bercerita dan sharing dengannya.

apa yang kami bahas sebetulnya sesuatu yang lumrah bin common. tak ada yang spesial. tapi saya ingin bagikan juga dalam tulisan ini, berharap bisa menjadi nilai inspirasi untuk kawan-kawan yang juga membacanya atau yang saya paksa untuk membacanya. hahaha, terutama si "tamu tak disangka"-nya ini, akan langsung saya forward tulisan ini ke whatsapp-nya biar dia tahu betapa perbicangan tadi telah memberikan kesan positif untuk saya.

ya, sebetulnya saya yang lebih banyak bercerita. maklum saya dianggap lebih senior dan lebih tahu mengenai perusahaan tempat kami bekerja. hhmmm, semuanya karena saya masuk dan ditakdirkan berkenalan lebih dulu saja sih dengan si kantor impian para lulusan teknologi pangan di indonesia ini (hahaha promosinya terlalu berle alias berlebihan), yaitu PT. Nutrifood Indonesia.

alkisah dia tengah menjalani masa 3 minggunya di perusahaan ini, sedikit aneh baginya karena kebanyakan rekan-rekannya begitu antusias dengan jenis perusahaan lain yang dianggapnya bisa memberikan karir yang menjanjikan. namun, nyatanya dia "tercemplung" di sebuah industri makanan kesehatan yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya. namun, demikian satu hal penting yang saya tangkap dari dia adalah bahwa ia masih tetap bersyukur berada di lingkungan barunya ini. good point!

saya mengutarakan bahwa menjadi beda terkadang tidaklah salah. tatkala sekumpulan rekan-rekannya memilih apa yang memang dikejarnya, tak salah jika kita mencoba menunjukkan yang terbaik di tempat dimana kita berada sekarang. banyak hal baru yang bisa didapatkan dan dipelajari. semua sebetulnya tergantung dari apa yang ingin kita kejar. ya, tergantung niat dan motivasinya apa.

setiap orang tentu punya motivasi tersendiri dalam bekerja. ada yang motifnya mengejar kesejahteraan semata. ada yang lebih karena ingin belajar dan berkarya. ada yang ingin menerapkan ilmu yang pernah didapatnya, dan lain sebagainya yang saya yakin agak klise. hahaha. namun apapun, itu semua pilihan!

dan ketika kita memilih sebuah wadah atau media tempat kita bekerja, pastikan bahwa media tersebut bisa fit dengan motivasi kita tersebut. karena bekerja akan terasa nikmat manakala media tempat kita berada tersebut bisa mendorong kita untuk tumbuh, untuk terus berkembang memberikan nilai positif untuk kehidupan. namun, ketika media tersebut justru membuat kita tak bisa leluasa bergerak, sulit untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, pilihannya hanya dua: tetap bertahan atau cari media lain. dan tentunya sebagai manusia yang diberikan anugerah kesadaran yang tinggi, jawabannya bisa ditebak yang mana. yang kedua!

dan dia membenarkan apa yang saya katakan. dia tengah 3 minggu berkecambah di nutrifood. begitu kental semangatnya untuk berkarya membangun media yang sedang dia tumbuhi sekarang. ide-idenya bergelontangan dalam otak cerdasnya, khas intelektual ganesha. tak pernah tahu ke depannya akan seperti apa, tapi selama ia memegang komitmennya untuk ingin terus belajar, saya pikir kecambah itu bisa tumbuh di media yang bernutrisi untuk belajar banyak ini.


tanpa bermaksud untuk mempromosikan kantor tempat saya bekerja sekarang, nyatanya saya memang sudah tertawan di kantor ini. orang bilang hati-hati dengan zona nyaman, tapi bagi saya ini bukanlah persoalan zona nyaman. tapi ini adalah sebuah bentuk syukur saya atas banyaknya berkah yang saya peroleh karena berada di kantor nutrifood. sebuah media yang telah memberikan kesempatan untuk saya bergerminasi dari kecambah menjadi tanaman muda yang siap berbuah. haish segitunyakah? hahaha.

ya, saya sudah berada di media yang tepat karena sejalan dengan value yang saya miliki. motivasi bekerja dalam kehidupan saya sudah saya dapatkan di media ini. karenanya yang ada sekarang adalah sebuah upaya untuk terus bersyukur dengan cara melakukan yang terbaik yang saya miliki, walau mungkin saat ini saya baru bisa merangkak. tapi saya yakin, ilmu yang ada di dalamnya masih begitu banyak untuk bisa saya selami.

kira-kira refleksi itulah yang akhirnya saya sampaikan kepada "tamu tak disangka" tersebut. tiada sedikit pun saya bermaksud mempengaruhi cara pandang dan value yang diusungnya, karena saya menghargai apa yang menjadi motivasinya. namun, berbagi cerita tidaklah pernah salah, dan jika pun dia mengambil sisi baik dari cerita saya, sifatnya begitu general, bukan sebatas dalam kehidupan dunia pekerjaan saja, tetapi berlaku untuk universal bahwa dalam hal apapun, tentukan dulu tujuan dari apa yang akan kita lakukan. karena semuanya bersumber dari niat awal.


apa niat awal kawan-kawan bekerja? apapun itu, niatkan dengan baik dan jalankan dengan hanif, karena ALLAH akan memberikan apa yang kita usahakan. ibarat sebuah pepatah yang begitu populer: "man jadda wa jada". siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan mendapatkan. dan pada akhirnya kita akan mendapatkan apa yang memang kita niatkan. insya ALLAH.

pada akhirnya juga waktu yang terus bergulir harus memisahkan percakapan kami berdua. sebuah cerita pagi yang begitu menarik dan menyadarkan kembali diri saya untuk tetap meluruskan niat dalam bekerja. kami berdua lantas mandi dan berangkat bekerja dengan niat yang sama-sama tidak saling kami ketahui. ya, cukup ALLAH dan malaikat Raqib dan Atid saja yang tahu isi hati kami masing-masing saat itu, semoga percakapan kami terberkahi dengan sinar barokah di hari yang juga berkah ini. Thank God It's Friday tepat sekali untuk menggambarkan saya saat itu. bukan karena besok akhir pekan, tapi karena Engkau telah mengirimkan lagi sumber inspirasi untuk saya di hari ini. ya, dia si "tamu tak disangka".

Selasa, 18 Februari 2014

syafakallahu untuk saya :)

saat tulisan ini saya buat, kondisi kesehatan saya sebetulnya sedang sedikit terganggu. hidung mengeluarkan mukus dengan jumlah yang masih cukup banyak, belakangan tenggorokan pun berasa agak geli. betapa benar nikmat sehat itu sangat nyaman dan patut disyukuri :)

di tengah kondisi seperti ini, saya masih saja bisa bersyukur karena nyatanya saya masih dikelilingi oleh orang-orang yang begitu memberikan intensi dan perhatian yang begitu besar. paling simple adalah teman yang menanyakan kenapa dan memberikan do'a kesembuhan, yang intermediate adalah teman dekat yang pas sekali menelepon setelah lama tak berkabar dan meminta saya untuk memperhatikan badan serta meminta untuk jaga kondisi, dan paling kompleks adalah seseorang yang memberikan perhatian yang sangat ekstra dengan menanyakan kabar secara konsisten. alhamdulillah dan terima kasih untuk ketiga kategori tersebut. hehehe.

sebagai seorang yang sangat melankolis dan mudah terenyuh, diberikan perhatian macam itu sangatlah membuat hati ini terharu bahagia. dan yang paling memberikan kesan, saya sampaikan kepada teman baik ketika kuliah dulu, yang dengan izin dan skenario ALLAH tetiba tadi siang menelepon saya untuk mengabarkan suatu hal, di ujung perbincangan dia memberikan do'a kesembuhan dan meminta saya untuk menjaga kondisi tubuh. sungguh ini adalah bentuk perhatian yang dahsyat. apalagi saya memang tahu semenjak berteman dari kuliah dulu, dia adalah salah satu teman lelaki saya yang sangat perhatian, baik dan sincere. tak bisa lagi saya hitung berapa kali dia membantu saya mengantar jemput ke stasiun ketika saya pulang ke atau balik dari bandung.

juga ingat ketika suatu saat dia menelpon saya lama untuk mengabari bahwa dirinya akan menikah. terharu dia menempatkan diri saya sebagai seorang teman yang laik dikabari dengan cara seperti itu. juga ikatan lainnya yang masih ia tunjukkan dengan memberikan kepercayaan pada saya sebagai konektor untuk "shodaqoh bulanan" yang ia berikan kepada yayasan. mengingat lelaki satu ini, saya melihat dan belajar ketulusan yang dalam. mungkin saya belum menjadi temannya yang baik, tapi saya mendo'akan semoga kamu senantiasa diberikan kemudahan jalan dalam setiap urusan. aamiin.

teruntuk Hartanto, S.T.P.

dan teruntuk seorang yang selalu memberikan perhatian dengan ekstra, mohon maaf kiranya jika tidak saya jadikan cerita itu di sini, biarkan sebentuk perhatian itu menjadi do'a yang akan diaamiin-kan oleh para malaikat yang mempercepat kesembuhan saya. sejuta ucapan terima kasih atas perhatian dan ucapan syafakallahu-nya :)

atuh da aku mah apa

“atuh da aku mah apa” adalah salah satu pameo yang belakangan ini sedang heitz di kantor saya. kalimat ini kerapkali muncul ketika seseorang merasa merendah, tak sengaja direndahkan atau memang sengaja direndahkan, tak dianggap, dan lain sebagainya yang menjurus ke situ.

Beberapa kali saya pun menggunakan kalimat itu karena terdengar lucu, apalagi jika yang ngomong adalah orang sunda, makin asyik aja tuh kalimat dengan dibumbui kalimat lanjutan seperti: “cuma serpihan rengginang yang udah melempem”, “sebatas serpihan debu di padang pasir”, “cuma seonggok remeh yang hampir basi”, de el el dan de el el. Pokoknya bahasanya yang mengkhawatirkan, pikarunyaeun bin tragis. Tentunya semua ucapan itu hanyalah sebatas becandaan semata.

Namun demikian, fenomena ini membuat saya jadi berpikir bahwa nampaknya memang ada juga segolongan orang yang dalam kehidupan real mengalami hal tersebut. Tak dianggap, direndahkan, diabaikan. Hmmm, kasian memang. Kalo kata teman saya—sebut saja namanya Fahmi Nasrullah—“kamu itu kayak martabak, manis-manis dikacangin”. Mending kalo manis, tapi kalo ndak? Hehehe kasian amat.

Apakah kawan-kawan pernah merasa tak dianggap atau direndahkan? Bagaimana rasanya? Kondisi seperti ini biarangkali terjadi ketika kita berada dalam situasi-situasi berupa lingkungan baru yang mana kita belum banyak mengenal dinamika dalam lingkungan tersebut. Atau mungkin karena kita berada dalam posisi dimana berada pada suatu komunitas yang berbeda secara minat, hierarki/jenjang, umur, dan lain sebagainya. Atau bisa juga karena kita memang tidak memiliki suatu hal yang menjadi “value” dalam diri kita. Ini yang gawat.

Untuk kasus pertama, itu wajar dan seiring berjalannya waktu, maka kita akan masuk dalam dinamika lingkungan tersebut dan turut menjadi subjek (bukan lagi objek), sehingga akhirnya kita akan dianggap sebagai bagian. Untuk kasus kedua, saya melihatnya lebih ke pilihan kita mau mencoba menyamakan diri atau justru mundur teratur mencari segolongan orang yang lebih banyak miliki kesamaan dengan kita supaya keberadaan kita bisa lebih “nyata dan ada”.

Namun, untuk kasus ketiga, ini yang cukup kritis. Saya percaya bahwa seseorang memiliki “value” atau nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya. Dengan nilai inilah dia akan dipandang dan diperlakukan seperti apa oleh lingkungan pergaulannya. Misalnya seorang yang menganut nilai kejujuran, maka ia akan dipercaya oleh teman-temannya. Seorang yang “value” dirinya adalah tong kosong alias omdo, akan sulit dipercaya oleh teman-temannya. Dan lain sebagainya. Sepertinya kawan-kawan bisa mencari contoh lainnya yaaa…

Yang krusial adalah “value” apa yang ingin diciptakan oleh diri kita masing-masing? Apa yang ingin orang lain katakan sebagai top of mind ketika mendengar nama kawan-kawan? Ingin dikenang sebagai apakah kawan-kawan ketika sudah berada di alam kubur sana? Jejak apa yang ingin kawan-kawan wariskan kepada penerus?

Jika sudah bisa menjawab ini, maka langkah selanjutnya adalah berkomitmen dan konsisten mempertahankan “value” tersebut dalam niat, ucapan, sikap dan perilaku. “Value” kawan-kawan akan tercermin dari itu semua, sehingga tanpa diminta pun, lingkungan akan dengan sendirinya menyematkan julukan “x”, “y”,” z” kepada kawan-kawan sesuai dengan ucapan dan sikap yang kerapkali dilahirkan di depan publik. Nah, julukan itulah yang pada akhirnya saya yakini bahwa itulah “value” kita yang sebenarnya.

Jadi, ketika kita becanda dengan berkata: “atuh da aku mah apa, cuma serpihan rengginang di kaleng kh*ng g*an”, jika diucapakan sekali dua kali it still ok, tapi kalo sudah terus-terusan dan menjadi stigma di lingkungan pergaulan, jangan salahkan orang lain jika lantas kita mendapat julukan “si serpihan rengginang”. Hahaha. Karena diri kita sendiri pun membenarkan seperti itu dengan pengulangan ucapan yang terus-menerus. So, berhati-hatilah dengan apa yang kita lakukan dan ucapkan, karena sesedikit, sekecil atau setakpenting apapun, akan memberikan kesan pada lingkungan yang kemudian menelurkan “julukan”.


Nah, yuk barengan meng-create “value” dan biarkan lingkungan yang menyematkan “value” tersebut kepada kawan-kawan. Tentunya value yang baik yang diinginkan bukan? Semangat!!! :)

selasa, 18 februari 2014
di tengah malam sambil refleksi :)

bebas!

dua hari yang lalu, saya mengisi ahad yang cerah dengan berkunjung ke kawasan olahraga paralayang di daerah puncak, jawa barat. bersama seorang teman dekat saya meluncur dari kota bogor dan tiba di lokasi yang dimaksud sekitar pukul 11 siang.

udara dingin puncak selalu menjadi ciri khas. matahari kala itu nampak tak bersungguh-sungguh menampakkan cahaya emasnya. angin berhembus pelan membuat kepala saya yang baru dicukur pendek terasa dingin (alah penting banget ini info. hehehe).

kami lantas melanjutkan sedikit pijakan kaki menaiki anak tangga hingga tepat berada di area take-off untuk paralayang ini. area tersebut dipenuhi oleh muda-mudi yang tengah berkencan, orang tua yang sengaja berlibur dengan anak-anaknya, dan yang paling dominan adalah warga arab yang memang populasinya cukup banyak di daerah puncak (entah saya kurang tahu sejarahnya seperti apa hingga banyak sekali orang arab di kawasan cisarua, puncak tersebut).

beruntung saat itu. tak lama setelah kehadiran saya, angin bertiup lebih kencang seolah berkonspirasi menyambut kedatangan saya yang memang sedang ingin menyaksikan paralayang. ini pertanda baik bagi para guide paralayang. mereka kontan mendapatkan orderan dari para wisatawan yang hendak bermain paralayang. lucunya selama saya berada di situ, 100% wisatawan yang bermain paralayang adalah warga arab, sedangkan wisatawan lokal (termasuk saya), hanya cukup puas memasang mata dengan perasaan "ingin", atau sekadar memainkan salah satu fitur handphone yang mendadak jadi primadona, yaitu kamera/video. miris!!! hahaha. wajar juga sih mungkin paralayang masih termasuk olahraga yang mahal. #pembelaan. hahaha.



selang setiap 5 menit satu per satu paralayang diluncurkan. indah sekali! orang-orang yang menyaksikan ini lantas ribut dan asyik dengan kamera handphone-nya. lagi-lagi saya termasuk dalam komunitas orang yang ribut dan asyik tersebut. huft! sebagai penonton, saya fokus memasang mata, telinga, pikiran dan hati. menangkap semua hal yang sekiranya bisa bermanfaat untuk saya. wih lebay amat. hehehe. dan, yang saya tangkap dari setiap mereka yang take-off ketika bermain paralayang adalah sebuah teriakan disertai dengan wajah gembira, seolah rasa takut sudah tak lagi melekat, melainkan berganti dengan perasaan riang dan bebas. ya BEBAS! itu yang saya tangkap...

saya menarik kesimpulan sendiri bahwa sepertinya mereka semua merasa bebas. bebas dari penat aktivitas selama 1 minggu. bebas dari rasa hati yang mengganjal. bebas dari urusan keruwetan yang sedang dipikirkannya. dan mungkin bebas segala-galanya. mungkin.

saya jadi berpikir, senang sekali bisa bebas seperti itu. tapi apakah kebebasan itu memang benar ada? apakah ada orang bebas di dunia ini? saya menyangsikannya. oops, ada kok. orang gila. ya, orang gila adalah orang yang benar-benar merdeka. mereka bebas melakukan sekehendaknya, walaupun wallahu'alam bagaimana mereka dihisab nanti dengan kebebasannya itu. ah itu tak penting. kita tidak gila kan?

yang saya tahu, selama manusia memiliki akal yang waras, tiada satu pun manusia bebas di dunia ini. mereka terikat dengan segala unsur yang mengikatnya. mereka sudah pernah berjanji bahwa akan mengikatkan dirinya kepada penciptanya. sadarkah pernah melakukan ini? jika belum sadar, silakan untuk simak ayat berikut:


dari ayat tersebut, setiap orang yang lahir di dunia (tak terkecuali), sudah pernah mengikrarkan dirinya bahwa akan menganggap sebagai makhluk ALLAH. dan tentunya ALLAH miliki maksud dan tujuan menciptakan manusia. semuanya sudah diatur, dan tentu ada aturannya. aturan ALLAH ini sifatnya mengikat, sehingga sudah barang tentu tidak ada istilah manusia bebas di dunia ini. semuanya ada aturannya. bagi mereka yang memilih untuk bebas dengan tidak taat pada aturan tersebut, jangan salah bahwa mereka tetap tidak terbebas dari hisab yang akan dijelang. eng ing eing...

hmmm, berarti mau tidak mau untuk manusia berakal (termasuk saya), tidak pernah bisa merasakan kebebasan dong? bukannya hidup itu pilihan? ya, hidup itu pilihan. memilih untuk turut aturan ALLAH atau untuk ingkar dengan aturan ALLAH. keduanya pun punya pertanggungjawabannya. dan pertanggungjawaban ini akan dipertaruhkan nanti di akhirat. nah lho, jadi tidak ada yang bebas bukan? pipis saja bayar lho. hehehe.

weits, berat juga bahasan dari paralayang jadi masalah kebebasan, aturan ALLAH, dan lain sebagainya. hehehe, tanpa bermaksud membuat berat, hanya sebuah pemikiran yang bercokol di otak saya saja, tapi saya mengimani apa yang saya pikirkan tersebut, sebagai pengingat untuk saya pribadi bahwa selama hidup, tak ada yang namanya kehendak bebas. semuanya akan dipertanggungjawabkan, walau sebesar biji atom sekalipun.

aaahhh, akhirnya saya perlu kembali pulang ke kota bogor. cukup sudah saya membebaskan diri bertafakur ke kawasan paralayang tersebut, dan saya yakin aktivitas saya saat itu akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. dan semoga saat itu saya bisa menjawabnya bahwa saya melihat paralayang sambil terus berdzikir mengingat-Mu. aamiin :)

Minggu, 16 Februari 2014

#ayobelajar

sebuah repost dari note yang ada di akun facebook saya tanggal 8 november 2011.
saya refresh lagi, semoga tetap bermakna dan menginspirasi. enjoy :)

sejatinya ada banyak hal yang bisa dipelajari dalam hidup ini. semut yang barusan jalan di depan anda sambil membawa sebongkah gula, bisa mengajarkan pentingnya bergotong royong untuk mencapai tujuan. pengamen yang baru saja mengisi ruang dengar dalam kuping anda, juga bisa mengajarkan betapa perjuangan itu sungguh sangat berat dan butuh kreativitas. fenomena banyaknya orang yang sedang dilanda kegalauan, juga memberikan pelajaran penting bahwa hati manusia begitu rapuh tanpa petunjuk dari sang pemilik hati.

semua memberikan pelajaran yang berarti yang dapat memperbesar cakrawala dalam belajar dan berpikir. belajar tidaklah sulit dan tidak pula perlu biaya mahal. semua berawal dari tekad dan kemauan yang kuat untuk maju dan mengoptimalkan potensi. jiwa-jiwa muda selaiknya digunakan secara optimal untuk belajar sebaik mungkin selagi ada kesempatan. tak jarang banyak orang menyesal di hari tua hanya karena banyak waktu terbuang percuma di waktu muda. sungguh, tak mau saya menjadi bagian dari itu. yang saya mau adalah belajar, belajar dan belajar. sekecil apapun, tentang apapun, dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, walaupun harus meneteskan peluh yang terkadang tak terperi.

kawan, saya tahu bahwa saya belum bisa menjadi pembelajar yang sempurna, juga belum bisa menjadi contoh bagi kebanyakan orang. tapi satu yang saya yakin, pembelajar akan menjadi sempurna manakala apa yang dipelajarinya menjadikan dirinya lebih bijak dan rendah hati. ilmu yang dimilikinya menuntunnya untuk lebih mengetahui hal sekecil apapun. saya sadar saya belum bisa seperti itu. tapi, ketahuilah saya sedang belajar. kawan-kawan juga sedang belajar. kita semua sejatinya dalam hidup ini sedang belajar. merugilah mereka yang tidak bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah dialaminya...

tetap semangat belajar, menjadikan hari anda senantiasa berwarna. mengubah ketidaktahuan menjadi arif. mengubah kefasikan menjadi faedah. menurunkan tingkat kegalauan ke tingkat yang paling rendah, hingga tak ada ruang lagi tersisa untuk bergalau ria dan bermalas hati. senang belajar. kuat belajar. semangat belajar. ingin belajar. belajar. belajar. dan belajar.


#ayobelajar. belajar dalam arti luas tentunya. selamat belajar...

Jumat, 14 Februari 2014

sebuah cerita (tak berjudul)

percakapan saya via whatsapp dengan salah satu teman SD, melambungkan ingatan saya akan salah satu sepenggalan episode paling heroik dalam kehidupan saya. sekitar tahun 1996 kalau tidak salah.

*   *   *

teman saya tersebut bernama Dwi. ia adalah teman yang sangat menyenangkan, baik dan pintar. terbukti dengan statusnya sebagai ranking 1 ketika di kelas IV caturwulan 1 di SD yang baru saja saya datangi setelah saya pindah dari sebuah SD di pelosok Karawang.

sebagai murid baru bisa dikatakan saya tak tahu sopan santun. masuk di caturwulan 2 kelas IV SD cijerah 6 bandung, tanpa izin saya berhasil mengalahkan Dwi menjadi ranking pertama. tanpa bermaksud sombong di sini, karena point yang akan saya ceritakan selanjutnya bukanlah itu. hahaha.

saya, Dwi dan beberapa teman lainnya seringkali bermain bersama. jika ada tugas kelompok, saya masih ingat rumah Dwi-lah yang dijadikan tempat untuk belajar bersama mengerjakan tugas kelompok. walau sangat jauh dari sekolah, tapi namanya bocah, berpetualang jauh sekalipun akan dianggap hal hebat yang bisa dibanggakan. hehehe.

orang tua Dwi adalah sosok orang tua yang menggembirakan. mereka ramah sekali dan perhatian. alkisah takdir menuliskan saya harus banyak berinteraksi dengan mereka. sosok saya yang di mata mereka sangat potensial, mungkin menjelma menjadi sebentuk perhatian lebih bagi mereka. saya mulai dilirik oleh orang tuanya Dwi. dengan sangat santun mereka mendatangi kedua orang tua saya dan mengatakan suatu hal yang bagi saya saat itu laksana lolos dalam seleksi siswa berbakat. hehehe lebay.

mereka menawari saya sebuah bantuan pendidikan. uniknya niat untuk membantu tersebut, justru dikhawatirkan menjadi bentuk yang disalahtangkapkan oleh keluarga saya. karenanya mereka sangat hati-hati dalam berbicara. begitu ramah dan mengucapkan permohonan maaf bilamana justru menyinggung. sebuah sikap yang hanya dimiliki oleh orang yang berjiwa besar dan mulia. tak pernah bisa saya melupakan kebaikan mereka yang tak terkalimatkan. rasanya seperti bertemu dengan seorang malaikat yang sengaja ALLAH turunkan untuk memperlancar program pendidikan saya.

kondisi ekonomi keluarga saya saat itu memang sedang sangat terpuruk, tetapi ALLAH memperlihatkan bukti kekuasaan-Nya bagi siapa yang bersungguh-sungguh. karenanya saya selalu percaya itu. kesungguhan dan kejujuran selalu menjadi sebab dari datangnya pertolongan ALLAH.

tak etis tampaknya bila saya menyebutkan bantuan macam apa yang beliau berikan kepada saya, karena saya percaya orang baik tak mau kebaikannya dinyatakan. namun yang pasti, hingga saat ini saya masih menaruh hormat kepada mereka. saya belajar kesederhanaan dan kedermawanan dari mereka. saya jadi tahu bahwa kebaikan mereka telah menjadi jembatan saya bisa menjadi seperti sekarang, karenanya tak berlebihan kiranya jika saya jadikan mereka sebagai salah satu pahlawan dalam kehidupan saya. dan saya bersungguh-sungguh untuk bisa membanggakan perjuangan yang pernah mereka lakukan untuk kemuliaan saya.

teruntuk Pak Laswijiyanto dan istri,

tak ada hubungan darah yang mengalir di antara pembuluh kita berdua
namun, ada segumpal senyawa bernama ketulusan yang kalian susupi dalam pembuluh saya
hingga senyawa tersebut kini telah bereaksi membentuk endapan bening nan bercahaya
cahaya tersebut terus saja berpendar berusaha menyinari sekeliling, hingga membahana...

seperti itulah apa yang pernah kalian berikan pada saya, dan saya berdo'a semoga cahaya kebaikan yang sekarang saya miliki bisa saya sebarkan pada orang lain, yang mana cahaya tersebut saya sangsikan bisa bersinar seperti saat ini bila tak pernah ada kalian yang pernah menyalakannya.

saya berdo'a semoga Bapak dan Ibu terus diberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala aktivitasnya. senantiasa berguna bagi banyak orang dan selalu sehat menginspirasi, bertambah bijak dan mengagumkan. aamiin.


terima kasih, dan tak bisa saya membalas budi baik kalian selain dengan rencana silaturahim yang insya ALLAH akan kita jelang sebentar lagi.

*   *   *

kini, 18 tahun sudah kejadian itu berlalu, dan cahaya itu masih saja bersinar dan berupaya terus menyinari sekitar. insya ALLAH.

hari yang cerah untuk raga yang sehat

sudah seminggu ini, bogor tak lagi diguyur hujan. padahal biasanya hujan datang dengan frekuensi yang tak pernah bisa diprediksi, walau dengan ramalan cuaca sekalipun. hanya ALLAH saja yang berhak mengendalikan remote control percuacaan. hehehe.

akhirnya kini matahari kembali bersinar di kota bogor. saya bisa merasakan kehadirannya dengan rasa yang jauh lebih bersyukur. betapa tidak. absennya matahari selama hampir sebulan memberi beberapa dampak dalam kehidupan saya.

semenjak hujan yang tak berkesudahan (dan yang paling berasa adalah ketika pagi sebelum berangkat dan malam ketika pulang kantor), aktivitas rutin saya yang biasanya dilakukan di 2 waktu tersebut menjadi terganggu.

pagi yang biasanya setelah sholat subuh saya menerjang jalan kota bogor dengan bersepeda atau melakukan aneka pemanasan, kini sudah nyaris tak dilakukan. malam yang biasanya pulang dan menghabiskan waktu membaca atau menulis di masjid raya bogor sebelum pulang ke kost, juga sudah jarang saya lakukan, alih-alih saya malah jadi sering makan berat di saat malam dan meninggalkan kebiasaan makan malam yang sudah 2 tahun lebih ini terencana. tiada banyak bergerak berolahraga ditambah kebanyakan makan berat malam hari. akibatnya sudah bisa ditebak bukan?

ok, tak perlu serentak gitu menuding saya gendut. belum terlalu kok. hanya berat badan saja yang mulai masuk ke angka 6. hehehe. gelambir perut pun tambah besar dan yang paling terasa adalah cepat lelah dan kurang fresh. gawat dan saatnya perlu rejuvinasi. tak boleh cuaca dijadikan alasan untuk terus beraktivitas positif. saya percaya ALLAH mendesain cuaca untuk kebaikan semua umat manusia. hujan tak selamanya terus dihujat, panas terik juga tak perlu dicaci. ALLAH Maha Adil dan Maha Tahu.


nah, semoga dengan cuaca yang belakangan ini sudah mulai cerah, saya bisa kembali menjaga kebiasaan yang sudah lama saya jaga. dan besok, saya akan coba raih kembali pagi hari nan indah yang biasa saya lewati... bismillahirrohmannirrohiim :)

jika masih saya diberi waktu, selamat bertemu di jalanan kota bogor besok dimana saya tengah bersemangat mengayuh pedal sepeda kuning yang lama tak saya pergauli...

Senin, 03 Februari 2014

episode bernama "karir"

di sinilah salah satu episode perjalanan saya bernama "karir" benar-benar terasa.
ya, di sini di sebuah perusahaan makanan kesehatan bernama nutrifood.

saya jadi teringat akan sebuah keinginan dalam hati yang tak diutarakan, tetapi ternyata ALLAH mendengar dan mengabulkannya. tepatnya ketika saya berada di semester akhir kuliah. tahun 2009 kala itu, dimana sudah ada sebagian teman-teman seangkatan saya yang lulus dan bahkan bekerja. tak ayal, saya pun mulai memikirkan bagaimana kehidupan karir saya kelak. saya hanya berujar dalam hati, kurang lebih isinya begini:
"ya ALLAH, jika saya ke depan mendapatkan kesempatan bekerja, saya ingin bekerja di perusahaan makanan, terutama yang bergerak di bidang gizi. kalau bisa di jawa barat. kalau bisa lagi di bogor".

tak lama setelah itu di pertengahan semester akhir tersebut, saya sudah mulai melamar ke perusahaan. saat itu kesempatan yang ada adalah program UFLP (Unilever Future Leader Program) tahun 2009 yang merupakah program dari PT. Unilever Indonesia Tbk. saya coba mendaftar dan alkisah saya lulus program ini sampai tes akhir. namun, ternyata jalan karir saya tidak untuk perusahaan tersebut. beberapa kelemahan saya tertangkap oleh mereka, sehingga hanya bibit unggul saja yang disaring. it's ok. saya pun hanya sekedar mencoba, dan alhamdulillah dapat ilmu baru.

akhirnya saya wisuda di bulan agustus 2009. saya tidak langsung melamar bekerja, karena masih mau fokus mengikuti kepanitiaan iedul adha di rumah. baru sekitaran oktober 2009 saya memasukkan  lamaran-lamaran ke banyak tempat. singkatnya dari test yang saya ikuti, saya sudah dipastikan diterima di sebuah perusahaan terigu di cilegon yang bernama PT. Pundi Kencana, dan bisa mulai masuk per 1 desember 2009. itulah awal saya memasuki dunia "karir".

saya menikmati pengalaman baru di perusahaan tersebut. teman-teman yang menyenangkan, tipikal pekerjaan analisa yang baru dan sarat ilmu, dan juga lokasi kerja yang unik di dekat pelabuhan membuat saya nyaman bekerja di sana. namun, lama-kelamaan saya merasa jobdesc untuk pekerjaan saya sebagai Management Trainee tidak pernah jelas. ini menyebabkan saya mencoba melamar-lamar lagi ke tempat lain. pernah mengikuti test di Kerry Ingredients sampai tahap presentasi, tetapi lelagi jalan saya bukan di situ.

sampai suatu ketika, di bulan april 2010 yang mana saya baru mau menginjak bulan ke-5 bekerja di PT. Pundi Kencana, saya dikontak oleh pihak PT. Nutrifood Indonesia yang menawari saya untuk mengikuti test-nya. saya teringat memang pernah memasukkan lamaran setelah lulus. hahaha lama juga dipending-nya.

tanpa pikir panjang saya menjawab untuk mau mengikutinya. akhirnya setelah melalui perjuangan yang berat (ini serius, berat banget. kebayang bolak-balik terus cilegon - pulogadung dan cilegon - ciawi selama 4 kali), saya pun diterima bergabung di perusahaan yang baru ini.

masih teringat, 14 juni 2010 adalah awal kali saya bergabung sebagai seorang R&D executive, dan resmi menjadi bagian dari keluarga besar nutrifood 3 bulan setelahnya. setelah saya renungkan kembali, ini adalah jawaban atas apa yang pernah saya ujarkan dalam hati tempo lalu. saya benar-benar mendapatkannya. sebuah perusahaan makanan yang bergerak di bidang gizi (nutrisi) dengan lokasi di bogor, jawa barat. dan tahukah, kawan? saat saya berujar itu, saya tidak pernah tahu bahwa nutrifood berada di bogor. dan saya benar-benar mendapatkannya. merasa bersyukur sekali ALLAH mengabulkan do'a dalam hati saya walau harus menjalani fase berkelok-kelok terlebih dahulu.

dan kini hampir 4 tahun saya menjadi bagian dari keluarga besar nutrifood. sudah begitu banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan di sini. pekerjaan yang gonta-ganti, mengalami ganti manager sampai 3 kali walau bekerja belum genap 3 tahun, teman-teman yang menyenangkan, kepanitiaan beberapa event yang mengajarkan saya arti sebuah empati, menghargai pentingnya hidup sehat, arti kerja keras dan kesungguhan ketika harus melalui tahap promosi, dan lain sebagainya. itu semua terrekam jelas dalam benak dan ingatan. biar saya bungkus apik dan saya jadikan kado terindah di hari ulang tahun ke-35 untuk perusahaan yang telah membesarkan saya menjadi pribadi yang jauh lebih baik. yang telah menjadi rumah kedua bagi saya, dalam bertumbuh dan berkembang. terima kasih, nutrifood :) saya akan terus ambil pelajaran berharga darimu, dan dari komponen-komponen yang ada padamu...

selamat ulang tahun ke-35 PT. Nutrifood Indonesia. 2 Februari 1979 - 2 Februari 2014.
keep inspiring a nutritious life.


di sebuah kemacetan perjalanan menuju nutrifood cibitung,
cikunir, 3 februari 2014