Selasa, 08 Maret 2016

kepo is care

beberapa orang bilang bahwa saya kepo. serba ingin tahu urusan orang lain, bahkan terkadang sangat niat menyengaja investigasi akun sosial media orang lain, terkhusus teman-teman dekat. serius! bagai detektif yang berusaha menghimpun berita sebanyak-banyaknya, dari yang penting sampai yang sekedar informasi tak berarti, terkadang saya bisa tahu. hahaha. *ga usah takjub gitu, santai aja keleus ^^v

jangan heran kalau tetiba di pagi hari yang cerah, saya bisa tahu ada kabar si X yang baru pulang dari suatu tempat rahasia yang mungkin orang nggak tahu, atau di tengah keramaian tiba-tiba saya nyeletuk bahwa di Y baru saja melakukan aktivitas sesuatu. hmmmm, ngeselin ga sih? (oops, maafkan!)

tolong jangan salahkan saya. keinginan untuk serba tahu ini tak saya miliki sebelumnya. hanya karena tuntutan profesi (atuhlah bawa-bawa atas nama profesi segala) dan juga melimpahnya serta cepatnya arus informasi via sosial media yang nangkring di ponsel saya, itulah godaan terbesar yang akhirnya mau tidak mau saya jadi tahu. dan dari awalnya sekedar tahu jadi buka profilnya, terus teman-temannya, isi komentarnya, dan lain sebagainya. *gubrak.

entah sebuah kelainan atau bukan, yang pasti saya melakukan ini bukan karena iseng semata. bukan tak berdasar. saya sadar-sesadarnya bahwa kekepoan ini adalah karena saya sedang berusaha mendekat dan menjalin ikatan emosi yang lebih dalam lagi dengan orang-orang terdekat yang berada dalam lingkaran persahabatan saya. hmmm, sebetulnya kadang bukan hanya sekedar sahabat sih, ibu ani yudhoyono saja kadang saya kepoin isi instagramnya apa saja. #pengakuan.

sumber gambar: www.apasih-info.ga

saya menilai bahwa kepo itu adalah bentuk kepedulian. kepo adalah bentuk kekritisan. kepo adalah bentuk pembelajaran. hahaha itu mungkin hanya pembenaran saya saja supaya tidak diberi stempel negatif. faktanya, istilah kepo ini kerap merebak dan mengerucut menjadi sesuatu yang dinilai kurang baik. tak salah memang, tergantung dari apa niat dan tujuan kepo tersebut.

contoh kepo yang kurang baik adalah stalking mantan lagi deket sama siapa, terus lihat foto-fotonya, dilanjut buka komen-komennya, terus jadi kebayang memori tentangnya, terus jadi baper dan kemudian nangis di pojokan dengan alunan lagu dramatis yang membuat hidup jadi tidak produktif dan nggak move on. haish segitunya.

terus ada gitu contoh kepo yang baik? banyak! misalnya kita cari tahu hobi "sang target" dari akun sosial medianya dengan tujuan akan memberikan hadiah yang bisa "dia banget" supaya lebih ngena dan berkesan. atau cari tahu juga "sang target" sedang punya masalah apa dengan mengumpulkan sepuluh status terakhir, terus dianalisa dan dicari hubungannya apakah baik-baik saja atau ada trend lineritas atau eksponensial, lalu dari hasil tersebut kemudian sodorkan solusi. hahaha ga yakin ada yang sampe begini sih. yang ada dikira tukang ramal cap panci.

baiklah, mulai serius. intinya, saya lebih setuju memandang kepo ke arah yang positif. itu tadi, bahwa kepo adalah wujud kepedulian. bentuk dan upaya memperhatikan orang lain dengan sekedar bertanya dan ngorek-ngorek informasi (teteup), berharap kita bisa ikut simpati, ikut empati, atau lebih jauh lagi bisa menawarkan bantuan sesuatu untuk bisa disebut pahlawan setelah mendengar cerita dari seseorang. itulah bentuk bahwa kepo is care! seneng kan diperhatikan orang lain? bukan hanya diperhatikan pas masuk ke ind*mar*t saja. hahaha peace!

biasanya orang kepo ini juga memiliki tingkat keingin tahuan yang tinggi. terlepas ingin tahunya ke arah mana, tetap saja perlu diapresiasi lho. bayangkan segenap energi yang dipunyainya setelah makan mie rebus, ia habiskan untuk sekedar mencari tahu hubungan status yang satu dengan yang lain, kemudian menelaahnya hingga diperoleh hipotesa. itu adalah sikap-sikap yang dimiliki oleh peneliti. bisa jadi topik penelitian baru lho berkat kepo yang membuat kita menjadi penuh curiosity. serius!

terakhir, saya memandang kepo adalah sebuah upaya belajar. ingat-ingat lagi bahwa pernah di suatu waktu, kita mengalami masa paling kepo se-jawa bali plus madura (atuhlah serius!). lihat bebek tanya, main layang-layang tanya, pengen bisa main tetris, tanya. semua serba ditanya sampai membuat yang ditanya kesel. see? betapa kepo bukan masa kanak-kanak kita? berkat kekepoan itulah arus informasi banyak didapat yang membuat kita jadi tahu banyak hal. saya pikir, sense of kepo ini jangan sampai hilang sebagai sarana untuk belajar dan berwawasan. cuma balik lagi ya, kepo-nya sama yang menambah wawasan aja, jangan yang akhirnya cuma bisa bikin baper doang.

ya, itulah sekelumit cerita ringan saya tentang kepo. walau tidak ditunjang dengan data-data empiris dari jurnal-jurnal yang saya baca, tapi semoga tetap enak dibaca ya... eh iya, tulisan ini juga ditulis dengan penuh kesadaran bahwa saya cukup senang dibilang kepo. karena kepo is care!

agree? so, keep calm and stay kepo :)

sumber gambar: aliensaraf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar