Kamis, 20 Juni 2013

Do'a Untuk Bapak di Hari Bersejarah


Senja ini,
Rasanya beberapa benda langit sepakat untuk hadir bersamaan seolah atraksi sirkus yang ingin menghibur.

Jingganya matahari masih terlihat walaupun sudah samar terhalang oleh hitam. Bulan tiga perempat yang mengingatkan aku bahwa sya’ban hampir pada pertengahan, terlihat menawan sedari langit masih biru tadi. Juga selepas aku bersujud dalam 3 rakaat yang syahdu ini, setitik cahaya berpendar dari arah barat. Ilmuwan bilang itu adalah si bintang senja yang cantik. Siapa lagi kalau bukan Venus.

Sungguh beruntung aku mempunyai mata yang masih bisa menyaksikan konspirasi langit senja ini. terlebih lagi, kakiku hari ini seperti sudah sengaja digerakkan oleh ALLAH swt. untuk pulang lebih awal dari biasanya, supaya aku bisa merekamnya dalam neuron-neuron di dalam otakku, juga dalam tulisan ini tentunya.

Menulis di kala senja ini, sungguh berbeda. Selepas ifthar aku segera menyalakan laptop dan memulai merangkai kata-kata indah untuk salah seorang yang istimewa dalam hidupku.

Hari ini, 20 Juni 2013 yang bertepatan dengan hari kamis 11 Sya’ban 1434 H adalah hari bersejarah untuknya. 63 tahun sudah ia menatap langit ini, dan beruntung langit senja ini seolah seperti sebuah bingkisan indah untuknya.

Aku pikir hari ini di rumah sana pasti terhidang singkong goreng kesukaanmu. Aku tahu persis itu! Karena makanan favoritmu hanya diminta dibuatkan ketika engkau menggenapkan kenaikan usiamu. Sungguh sebuah hadiah sederhana yang biasa Ummi hadiahkan untuk suami kesayangannya.

Bapak, mohon maaf jika secara fisik, aku tak bisa berada di sampingmu saat ini. tapi rasanya engkau tahu bahwa jiwa melankolisku saat ini berresonanasi menujumu.

Bapak, di usiamu yang sama dengan Rasulullah saw. wafat ini hanya sebuah do’a tulus untukmu…
Semoga engkau senantiasa berada dalam kebarokahan ALLAH. Diampuni segala kesalahan-kesalahannya. Semoga engkau digolongkan pada orang-orang yang mendapatkan curahan kasih dan sayang-Nya. Yang ditinggikan derajat dan kehormatannya, serta dimudahkan segala urusannya. Sehat selalu untukmu, Bapak… Aamiin.

Sebuah do’a yang tidak berlebihan, tapi rasanya itu adalah do’a tertulus yang aku panjatkan di hari ini untuk orang spesial yang telah membesarkanku hingga seperti sekarang ini.

Engkau pasti tahu bahwa sesama lelaki, ada gengsi yang besar di antara kita. Tembok penghalang kita terlalu tebal sehingga kita sangat jarang berbicara dengan emosional penuh hati dan perasaan. Hanya 1 kali dalam 1 tahun kita bisa begitu rekat sampai air mata berderai, yaitu ketika moment 1 Syawal tiba. Hehehe, tak mengapa memang begitulah kita.

Namun, di balik rasa gengsi kita, sepertinya hati kita berbicara hal yang sama. Aku bangga dan aduhai sayang padamu, begitupun engkau yang merasa bangga dan sayang tak terperi pada anakmu ini. Betul kan? Ah lagi-lagi mungkin kita sama-sama tidak akan mengucapkannya karena gengsi.

Bapak, mungkin ketika lusa aku pulang, aku akan tunjukkan tulisan ini untukmu. Dan aku tak tahu reaksi apa yang akan timbul nanti. Entah kau akan menangis, entah kau akan innocent seolah tak ada apa-apa atau justru mungkin kau akan tetiba memelukku. Yang pasti apapun itu tak akan pernah mengurangi rasa hormatku padamu. Terlebih di usiamu yang mulai senja.


Barangkali inilah tulisan sederhana yang kupersembahakan untuk lelaki jawara nomor satu di dunia. Sungguh tak bisa terkenang semua segala kebaikan yang pernah kau tunjukkan padaku. Karena terlalu banyak sudah. Satu yang aku pinta setelah ini, mohon tetap do’akan anakmu ini dalam mengejar segala cita-cita ukhrowi dan duniawi yang menjadi targetku.

Dari kota Bogor yang tengah gembira melihat kau gembira di hari ini,
Anakmu,

Suhadi

Note: jika kawan-kawan sedikit memperhatikan tulisan saya dalam blog ini, mungkin akan ada pertanyaan “mengapa yang diceritakan selalu sosok seorang ayah?” Jawabannya sederhana: “karena saya nyaris tidak bisa menceritakan banyak hal tentang Ummi. Ummi-ku terlalu istimewa untuk diceritakan dalam lembaran tulisan ini. Biar namanya tertulis dalam raport amal kebaikan di malaikat Raqib saja, untuk kemudian dilaporkannya kepada ALLAH swt. Aamiin ya Robbana :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar