Minggu, 15 Februari 2015

terlalu merekat

Tulisan saya kali ini diberi judul “terlalu merekat”. Hehehe bukan mau bicara mengenai hubungan antara perangko dengan amplop ataupun persahabatan dua sahabat karib. Hanya sebuah catatan kecil sebagai pengingat untuk diri sendiri yang sering galau menapaki dunia ini.

Sesuatu disebut merekat jika ada dua komponen. Kombinasinya adalah “siapa merekat pada siapa”; “apa merekat pada apa”, “siapa merekat pada apa”; atau yang terakhir “apa merekat pada siapa”. Salah satu dari dua komponen tersebut mustilah memiliki suatu daya tarik yang menyebabkan salah satunya tertarik, menempel dan akhirnya merekat. Sebagai contoh amplop menarik perekat yang terdapat pada perangko dibantu dengan gaya dari manusia yang menempelkannya. Seorang suami tertarik pada istrinya karena ada daya tarik yang mempesona hingga membuatnya selalu menempel dan merekat dengan sang istri.

Melihat fenomena itu, saya jadi menoleh ke dalam diri. Menyebutkan satu per satu diri ini telah merekat pada siapa saja dan apa saja. Yang berhasil saya sebut, yaitu: ALLAH, orang tua, kakak dan adik kandung, saudara seiman, istri, sepeda motor, pekerjaan dengan jabatannya, uang yang dimiliki, teman-teman yang baik dan perhatian, beberapa prestasi yang dimiliki, beberapa pujian yang masih menempel dalam benak, dan foto-foto kenangan perjalanan hidup. Sementara itu yang berhasil saya ingat. 

Ok, berhenti sejenak. Mari perhatikan sejenak apa yang saya tulis di paragraf atas. Mostly apa dan siapa saja yang saya sebut adalah unsur-unsur yang ada di dalam dunia ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa dunia bersifat sementara. Orang tua, kakak, adik, istri, teman akan ada waktunya meninggal. Pekerjaan dan jabatan akan ada masanya copot, uang dan harta lainnya ada waktunya akan lenyap dan tak lagi bernilai, pujian ada kalanya menjerusmuskan pada lembah kenistaan jika tak pandai beristighfar, kenangan hidup meski nyata dan pernah terjadi, tetap saja sebuah hal yang pernah dilewati. Semuanya sementara dan sesuatu yang hanya dititipkan atau dihadirkan di depan muka saya saja untuk sekedar menghiasi perjalanan menuju kampung akhirat sebagai tempat yang kekal.

Yang tersisa adalah ALLAH dan prestasi. ALLAH yang pasti bersifat “kekal”, sedangkan prestasi? Saya meyakini ada prestasi yang sifatnya akan tetap bernilai di sisi ALLAH walaupun jasad sudah tak lagi di dunia, dan ada juga prestasi yang akan luntur, memudar dan hanya diingat manusia setelah meninggal. Prestasi yang akan terus bernilai adalah yang dikerjakan dalam rangka men-dzahir-kan perwujudan islam di muka bumi, misalnya seseorang yang berdakwah untuk mengingatkan manusia pada ketauhidan ALLAH.

Dari hasil perhentian sejenak tersebut, sungguh,,, saya beristigfar. Betapa banyak yang merekat dengan jasad dan jiwa ini adalah hal-hal keduniawian. Yang mana kita semua yang mengaku beriman, yakin akan rukun iman ke-5 akan adanya hari akhir. Dunia hanya sebongkah unsur atau komponen materi yang setiap hari bersinggungan, menempel, merekat dengan kehidupan dan ditujukan sebagai tempat dan media untuk mencari rahmat di dalamnya, untuk beribadah pada penciptanya, untuk menjadi pemakmurnya.

Namun, sayang sekali tak sedikit dari sesiapa yang akhirnya bersinggungan, menempel dan merekat pada dunia ini, jadinya malah terperdaya akan elok dan jelitanya. Keindahannya membius diri untuk mau terus mengejarnya hingga akhirnya muncul istilah “terlalu merekat”. Segala sesuatunya hanya ditujukan untuk duniawi saja. Bekerja untuk mencari kesenangan dunia saja. Naudzubillah.

menara eiffel sebagai salah satu simbol keindahan di dunia. adakah yang lebih baik dari ini di surga kelak? dengan perancang yang tanpa cacat, dan juga yang menciptakan seorang Gustaf Eiffel... (foto dari www.inavyn.org)
 
Wajar saja jika sampai ada yang terlampau merekat, karena memang ALLAH telah membuat dunia ini indah. Sangat indah jika hanya dilihat oleh kedua mata kita, tapi tidak selamanya indah jika mau menyertakan akal dalam melihatnya.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS: Ali Imran Ayat: 14)

Astaghfirullahal’adzim. Sungguh merugi bagi saya atau sesiapa saja yang terlalu merekat pada unsur-unsur dunia. Keindahannya adalah tipuan belaka. Karenanya, janganlah jadikan kecintaan kita pada unsur-unsur tersebut melebihi kecintaan kita pada ALLAH dan Rasul-Nya. Cinta boleh, merekat boleh, tapi sewajarnya saja. Justru bagaimana caranya unsur-unsur ini menunjang seorang hamba untuk bisa merekat sepenuhnya dan utuh pada ALLAH.

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(QS: At-Taubah Ayat: 24)

Ya,,, ALLAH adalah sesuatu yang seharusnya merekat setiap saat. Perwujudan merekat pada ALLAH adalah senantiasa bertakwa pada-Nya. Berada dalam sesuatu yang diridhoi-Nya, yakni dienul islam dan bagaimana memainkan peran, fungsi, dan tugas selaiknya apa yang ditetapkan oleh ALLAH. Itu yang diperbolehkan untuk “terlalu merekat”.

Dari sini, akhirnya saya yang galau ini menjadi tersadarkan bahwa merekat pada apapun selain ALLAH adalah fitrah manusia, tapi yang benar dengan fitrah tersebut adalah bagaimana menjadikannya sebagai media perekat pada yang semestinya direkatkan, yakni ALLAH. Dan saya pun berdo’a, semoga apapun yang saat ini merekat pada diri adalah sebuah proses perekatan yang sewajarnya saja. Bukan yang “terlalu”, tapi tolong semoga saya masih tetap diizinkan dan dibiarkan untuk merekat hanya pada satu hal yang saya yakini, yaitu ALLAH, sampai akhirnya perjalanan hidup saya usai dan tunai. Aamiin :)

terima kasih banyak sudah mau membaca. semoga bermanfaat...

ditulis di depok, 15 februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar