Sabtu, 06 Februari 2016

karir vs keluarga

Eloknya biru pantai dengan embusan angin yang merayu, atau menantangnya jalur pendakian untuk menuju ke puncak gunung, atau jelajah kota bandung yang mempesona, mungkin di salah satunya kini kawan-kawan berada dalam rangka menikmati libur panjang kali ini. Kesemuanya adalah pilihan dalam rangka menghabiskan waktu yang tersedia. Tak peduli harus berkorban uang, selama bisa memanjakan diri dan memberikan pengalaman baru.

Menarik memang menghabiskan waktu liburan panjang dengan menikmati hal-hal seperti itu, tapi mungkin ada sekumpulan orang yang justru cukup senang hanya dengan bersantai saja di rumah menikmati quality time bersama keluarga tercinta.

Semuanya perkara pilihan.

Baru saja saya mendapatkan sebuah sharing artikel karya Fahd Pahdepie (colek sini) tentang balada seorang suami yang kerap pulang malam dan nyaris tak ada waktu bersama keluarga. Sebuah tulisan yang cukup bagus dan mengena, dan saya akan beri tambahan bumbu versi saya berikut:

Di dunia dinamis yang mana seorang suami bekerja mencari nafkah hingga lintas kota (termasuk saya. hehehe *curhat) memang menyisakan sebuah balada berupa waktu untuk keluarga yang begitu sempit. Bisa dibayangkan 8 jam bekerja di kantor ditambah perjalanan yang bisa mencapai 4 jam pulang pergi (belum termasuk macet) adalah waktu yang habis tanpa kehadiran keluarga secara fisik. Berangkat kerja sebakda subuh dan pulang sebakda maghrib atau isya. Berangkat ketika anak belum terjaga dari tidur dan pulang sudah dalam kondisi terlelap. Sungguh pemandangan memilukan. Belum lagi istri yang begitu antusias menanti kepulangan karena ingin berbagi kisah seru apa yang terjadi selama suami tak ada. memilukan kuadrat.

Sebuah jebakan rutinitas di antara karir dan keluarga. Sungguh hebat dan bersyukur bila keduanya bisa beriringan dengan syahdan. Faktanya, acapkali kemanisannya tak demikian yang dirasa. Karir selalu merangsut berebut meminta porsi lebih untuk diperhatikan, sedangkan cerita seru istri dan perkembangan anak hanya menjadi condiment yang membuat hidup tidak terkesan ganas.

Bagi saya yang termasuk ke dalam seorang karyawan yang bekerja lintas kota dan menghabiskan waktu lebih banyak di luar, terasa sekali proses kehilangan moment bermain bersama anak atau bertukar pikiran dengan istri. Kalaupun ada hanya waktu sisa saja yang sudah tak bugar lagi energinya. Alhasil hanya berupa do’a dan kecupan kasih sayang di tidak sadarnya mereka yang bisa saya berikan. 

Ya, pada akhirnya hidup memang sebuah paket berisi keputusan yang dilengkapi dengan konsekuensinya. Mereka yang berhasil memaknai dan menghargai keputusannyalah yang akhirnya menjadi insan yang siap dan selalu semangat serta bersyukur menjalaninya.  

sumber gambar: selvinortiz.com

Semoga di libur ini, terselip sebuah waktu berharga yang didedikasikan khusus untuk keluarga. untuk kawan-kawan yang sedang berkesempatan menemui keluarga kecilnya. Untuk kawan-kawan yang sedang pulang kampung untuk menjenguk dan memuliakan orang tua dan kerabatnya. Untuk kawan-kawan yang tengah menghargai waktu-waktu indahnya. 

Mari kita berdendang…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar