Senin, 11 Mei 2015

membedah luka

assalamu'alaykum...
apa kabar, kawan-kawan?
lama tak menyapa dan menoreh kata-kata di rumah cerita ini.

kali ini, saya sedang ingin cerita mengenai "membedah luka".

mendapatkan istilah ini sebagai hasil dari silaturahim, saya tergilitik untuk membahasnya lebih jauh. semoga pembahasannya bisa berguna dan nyaman dibaca. aamiin.

kejadian dalam hidup seseorang, tentu merupakan kombinasi dari hal-hal yang menyenangkan dan juga yang menyedihkan. yang menggembirakan dan juga yang mengharukan. hal yang menyenangkan, kerap membuat kita tertawa, tersenyum, plong di hati dan bersemangat sekaligus memotivasi. berkebalikan dengan hal yang menyedihkan, bisa membuat demotivasi alias down, merenung disertai air mata, sesak di hati dan kadang meninggalkan bekas luka.

kesedihan, kepedihan dan keperihan (terkadang atau bahkan selalu) menyisakan bekas luka. dan tahu sendiri bukan bagaimana rasanya luka? di kulit yang berdarah dan belum juga kering. di dinding lambung yang menipis karena pengasaman. tahu kan rasanya? perih! itu yang bisa dirasakan secara fisik.

lantas bagaimana jika luka tersebut sampai pada relung hati? bisa jadi, perihnya tidak terasa secara fisik, tapi kelenjar hipotalamus seolah langsung memfungsikan senyawa-senyawa yang kemudian membuat dada menjadi sesak, air muka berubah malu dan selalu ingin menunduk, dan otak mempersepsikan perasaan demotivasi yang kadang sampai pada titik "jatuh".

apa itu contoh luka yang seperti itu? adalah ketika diri belum menepati janji yang pernah terucap, upaya belum optimal memberikan hasil yang diharapkan, waktu banyak terbuang karena sia-sia, dan lantas semuanya disadari oleh diri atau dipaksa menyadari. ketika itu semua dibedah, terasa sekali bahwa sejatinya saya sebagai manusia biasa, merasa belum menjadi apa-apa. belum nyata usaha dan kegigihan saya dalam mengejar cita. hati kadang masih tertawan dengan pesona dunia, akal kadang masih terbiaskan dengan fatamorgana dunia, mata kadang masih terusikkan dengan megahnya dunia, dan telinga kadang masih teralihkan dengan suara-suara merdu tentang dunia.

sumber gambar: myryani.wordpress.com

ya, itulah membedah luka: ketika menyadari diri ternyata masih banyak yang tertawan oleh dunia, dan faktanya saya sendiri menyadari hal itu. sehingga satu-satunya cara supaya luka itu bisa tertutup kembali adalah dengan segera menyadari, dan kembali fokus pada upaya mengejar akhirat, tapi tidak melupakan dunia. bismillahirrohamaanirrohiim :)

cukup sampai di sini dulu ya,
penulis mau ke "dokternya manusia" untuk meminta resep kesembuhan luka bedah ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar