Rabu, 10 Juni 2015

jangan jadi Mr. Theory

selamat pagi, selamat rabu baru!

sebelumnya, saya sampaikan dahulu prolog berikut:
sebuah #persoalan sekali dengan rencana menulis saya kali ini. sebelumnya sudah berjanji pada seseorang untuk ditulis dan diterbitkan maksimal di minggu kemarin, tapi nyatanya ada sedikit kendala dalam manajemen waktu saya. tulisan molor sampai di hari ini, huft... sebuah pemakluman seperti yang pernah saya tulis berikut: ketika penyakit pemakluman datang


sempat mencoba berjuang untuk tetap menuliskannya di minggu malam sepulang dari bersilaturahim dengan sahabat nomor satu. apalagi pas mampir sebentar ke gramedia, tak sengaja melihat sebuah judul buku yang pas sekali dengan topik yang akan saya bahas. tekad kembali bulat, nanti sesampainya di rumah akan membuka laptop dan menuliskannya. daaaaannnnnn... tetap saja bendera putih terpaksa saya kibarkan. saya mengantuk! x x

walau akhirnya karena kesibukan kerja di hari senin dan selasa kemarin, tapi alhamdulillah sekarang ada waktu yang cukup untuk menulis.

seperti yang saya tulis pada prolog di atas, hari minggu kemarin saya sempat mampir ke gramedia merdeka bandung dan melihat sebuah judul buku berjudul "nggak usah kebanyakan teori deh". buku tersebut masih disegel sehingga saya tidak tahu apa isinya. tapi kalau hanya dilihat dari judul, sudah sangat intimidatif bukan? bagi sebagian orang yang menyukai teori, bisa panas mendengar judul buku ini. hehehe.

menurut KBBI teori adalah 1. pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; 2. penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi: -- tt kejadian bumi; -- tt pembentukan negara; 3. asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan: -- mengendarai mobil; -- karang-mengarang; -- hitung dagang; 4. pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu: -- nya memang mudah, tetapi praktiknya sukar.

biasanya kata "teori" akan disandingkan dengan "praktik". teori identik dengan sesuatu yang sifatnya pembelajaran di dalam kelas, sedangkan praktik diasosiasikan dengan pembelajaran di lapangan. idealnya, praktik akan menggambarkan apa yang ada dalam teori. namun, kenyataannya tidak melulu seperti itu. ada yang tidak sepakat? kalo ada yang tidak sepakat, nih kata Mr. Eisntein:


hhhmmm, saya termasuk yang sepakat dengan pernyataan di atas. sudah banyak teori-teori yang masuk ke dalam otak saya, dicerna dan diyakini hingga mewujud bulat bahwa nanti ketika dipalikasikan ke dalam praktik setidaknya hasilnya akan sama (ya kalaupun ada error, tidak sampai 5%). namun, kenyataannya teori yang ada seringkali bisa berbeda 180 derajat. biasanya yang bisa berbeda begini adalah teori-teori yang sifatnya keilmuan sosial, sedangkan untuk teori-teori dalam ilmu alam, sudah banyak para ilmuwan yang membuktikan kebenarannya. menurut saya, mungkin untuk ilmu pasti dan ilmu alam memang karena sudah berupa sunatullah, sehingga akan sejalan dengan teori yang ada atau sebaliknya karena teorinya dibuat untuk menyesuaikan dan menjelasakan fenomena yang ada di alam.

unik memang bicara tentang teori ini. ada orang yang begitu jago berteori sekaligus praktik, ada yang jago teori tetapi praktiknya lemah, ada yang sebaliknya, dan ada juga yang berimbang alias baik teori maupun praktiknya menguasai dengan level sedang-sedang saja. paling ideal adalah kita bisa jago di teori dan juga jago di praktik. jika hanya salah satu yang menonjol maka akibatnya adalah yang jago teori akan terlalu pintar dalam berbicara dan menyuarakan ilmunya, sedangkan yang terlalu jago praktik apa-apa yang diperbuatnya kadang tidak berdasarkan teori sehingga memungkinkan untuk menghasilkan action yang tidak efektif dan efisien.

yang menarik lagi adalah jika teori yang diketahui dari sebuah persoalan akan menghadirkan risiko. orang yang tahu banyak teori, cenderung takut berpraktik karena tahu betul apa-apa saja kesulitannya, misalnya adalah dalam teori berwirausaha. yang terlalu mendalami teorinya cenderung akan berpikir takut rugi, takut ga laku, takut pailit, dan lain-lain, sehingga malah tidak memulai berwirausaha, sedangkan orang yang terasah dalam praktik, dia akan langsung terjun tanpa mempertimbangkan teori terlalu dalam. ya kurang lebih tetap ada plus minus lah ya.

intinya, kalau menurut saya teori dan praktik sama-sama penting. ibarat gula dan kopi yang akan saling melengkapi menjadi minuman yang lezat. jika hanya punya gula tapi tidak ada kopi, ketika ditambah air panas hanya menjadi minuman yang manis, pun sebaliknya jika hanya punya kopi maka akan menjadi minuman yang pahit. tapi jika digabung (apalagi dengan takaran yang sesuai), bisa dibayangkan rasanya bukan?


ya begitulah hidup. kuasai teorinya dan beranilah berpraktik. nah ini pun saya sedang menyampaikan teori lho... bagaimana aplikasinya tergantung dari saya yang akan menyikapinya. semoga saya pribadi senantiasa mau belajar banyak menguasai ragam teori yang berguna untuk menunjang cita-cita dan mimpi saya, tapi juga tak mandeg untuk mau mempraktikkannya. insya ALLAH.

semoga kawan-kawan yang membaca pun senantiasa bisa menyeimbangkan kemampuan teori dan praktik, sehingga akan lahir individu yang unggul dalam berbicara dan hebat dalam bertindak. tidak hanya omdo alias omong doang, tapi ada bukti nyata sebagai pengejewantahan teori dan ilmu yang dimiliki. aamiin... ya kalau kata teman saya: jangan jadi Mr. Theory, sepakat?

sekali lagi, selamat rabu baru.
selamat berteori dan selamat berpraktik!
semangat!!! \^^/

terima kasih sudah mau membaca.

ditulis di perjalanan menuju LIPI Jakarta untuk dibaca di mana saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar