Kamis, 30 Juli 2015

jika nasi sudah menjadi bubur

Agenda saya untuk hari ini sebetulnya cukup sederhana. Teramat sederhana bahkan. Sedari pagi sudah jelas apa yang akan dilaksanakan, yaitu team building karyawan baru untuk pabrik baru yang akan beroperasi perdana di 3 agustus 2015 nanti, dan selesai itu meluncur ke bogor guna menghadiri undangan “ramah-tamah” dari rekan-rekan yang tengah berbahagia. Hanya dua itu.


Dan alhamdulillah team building berjalan dengan lantjar walau ada sedikit yang kurang sesuai harapan dikarenakan waktu yang kurang, sehingga simulasi permainan yang semestinya akan memberikan banyak pelajaran berharga hanya dikerjakan sampai di tengah jalan. Waktu sudah menunjukkan pukul 16:00 yang mana sudah saatnya pulang. Tak apa, setidaknya pesan dari simulasi tersebut sudah disampaikan dengan optimal oleh panitia.

Selesai team building, saya kemudian berkemas pulang, sholat dan menunggu rekan-rekan saya yang akan ke bogor. Agak dag dig dug karena agenda saya di bogor jam 17:30 sedangkan jam 16:30 masih di cibitung. Tercatat baru jam 16:40 akhirnya kami berangkat dari kantor cibitung menuju bogor. Huft! Agak pesimis bisa terkejar waktunya, terlebih belum tahu kondisi tol nanti seperti apa.

Saya nebeng ikut mobil yang penumpangnya adalah rekan-rekan lama saya ketika saya masih bekerja di bogor. Selama di perjalanan, tak henti-hentinya kami bicara ngalor ngidul disertai gelak canda tawa. Maklum sudah lama tidak demikian, terlebih salah satunya ada Mr. C*h*o yang memang enak membawa suasana menjadi ceria, sampai-sampai tak terasa kita tiba juga di bogor jam 18:40. Saya diantar langsung menuju lokasi acara “ramah-tamah” dan kontan yang terpikir oleh saya saat itu adalah ke mushola untuk sholat maghrib. Sebelumnya saya menelepon salah satu teman untuk memastikan apakah acara masih akan berjalan lama atau sudah mau selesai. Hingga akhirnya di rumah makan tersebut saya hanya sholat maghrib dan lantas pulang. Tau kan apa artinya?

Baiklah! Sekarang jelas bahwa rencana awal sudah tidak tercapai. Berikutnya, diri sendirilah yang menentukan akan dibawa ke mana senja hari itu. Sejujurnya saya benar-benar tak punya rencana apa-apa lagi. Jika memang tidak jadi hadir acara tersebut, ya paling mudah adalah saya pulang ke rumah di depok. Selesai dan beres. Hehehe.

Namun, melihat waktu yang tanggung 20 menit lagi sudah isya, saya memutuskan untuk berjalan sedikit ke arah ADA swalayan. Saya memutuskan bernostalgia ketika masih kost di bogor, yaitu makan siomay depan swalayan tersebut di lanjut sholat isya di mesjid raya. Persis seperti apa yang dulu kerap saya kerjakan. Lagi-lagi teramat sederhana tapi benar-benar memberikan energi kebahagiaan untuk saya di senja tersebut yang baru saja gagal menjalankan rencana.

Memang benar kata orang. Manusia hanya bisa merencanakan, tapi ALLAH yang menentukan segalanya. Takdir saya ke bogor ternyata tertulis bukan untuk menghadiri acara “ramah-tamah” melainkan untuk bernostalgia. Iyes, bernostalgia dengan rekan-rekan kerja sebelumnya di bogor, terutama dengan Mr. C*h*o, bernostalgia dengan makan siomay favorit di depan ADA swalayan, juga bernostalgia dengan sholat isya di mesjid raya. Kesemuanya itu menghadirkan perasaan tenang dan senang dalam diri. Saya benar-benar tidak merasa kecewa ke bogor walau akhirnya hanya untuk melakukan hal tak terencana.

Kemudian saya berpikir kadang sesuatu yang tidak terencana bisa lebih membahagiakan ketimbang yang sudah direncanakan. Saya tidak bilang bahwa jika saya menghadiri acara “ramah-tamah” tersebut, tidak lebih membahagiakan. Sama sekali tidak! Toh saya pun  justru tidak tahu apa yang akan terjadi jika ALLAH menakdirkan tetap sesuai rencana semula. Bisa jadi lebih bahagia atau sebaliknya. Hanya titik pentingnya adalah: jika kita gagal dengan rencana semula, segeralah berpikir dan libatkan diri untuk membuat rencana baru yang lain yang tidak kalah keren, karena bisa saja ALLAH menyusupkan segelintir kebahagiaan justru pada rencana kedua. Kalau kata Aa Gym: “jika nasi sudah menjadi bubur, jadikanlah bubur itu bubur ayam spesial:) Itu!

Dan saya dengan senang hati ingin berbagi bahwa saya sudah membuktikan hal tersebut walau dalam bentuk yang sangat sederhana. ALLAH selalu punya skenario yang menarik…
Semenarik ketika sholat isya saya bertemu dengan mantan bos saya sebelumnya yang juga sholat di mesjid raya. Dan sepulangnya, saya ditawari untuk diantar ke stasiun bogor karena searah dengan jalan pulang beliau. Alhamdulillah ALLAH masih saja memberikan kejutan, terlebih ketika di dalam mobil beliau begitu bahagia mengetahui kabar saya yang akan segera menjadi ayah, dan beliau pun meminta do’a untuk keberangkatannya ke tanah suci tahun ini. Selamat ya, Pak Hilman :) Salah satu pemimpin yang menginspirasi.

Begitulah! inilah cerita saya mengaplikasikan mantra “jika nasi sudah menjadi bubur, jadikanlah bubur itu bubur ayam spesial” dan memang benar-benar spesial! sespesial hari ini

sumber gambar: resepcaramasak.com


Terima kasih sudah mau membaca. Tetap berpikir positif dan selalu sehat ya, kawan-kawan di manapun berada :) Aamiin.

ini adalah cerita hari rabu, 29 juli 2015 yang telat posting sehari karena semalam ketiduran :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar