Rabu, 07 Agustus 2013

surat perpisahan ramadhan 1434 H


Alhamdulillahirobbil’alamiin…
Satu kata yang benar-benar saya panjatkan di malam ini.
Syukur tersampaikan atas waktu yang masih diberikan oleh ALLAH sehingga saya masih bisa mencecap malam 1 Syawal tahun ini. Sebuah malam yang begitu megah dengan segala pernak-pernik yang ada di tengah masyarakat Indonesia seperti letupan kembang api, mudik, belanja, dan membuat ketupat serta kue kering.

Di balik rasa syukur tersebut, terselip sebuah salam perpisahan yang sendu. Sebuah perpisahan yang seringkali saya tangisi. Sebuah perpisahan yang mana derai air mata tertumpah dan ucapan takbir terucap di bibir dan hati. Ya, Ramadhan telah melangkah pasti ke gerbang penutupan. Memberikan tongkat estafetnya pada Syawal untuk membuka lembaran baru yang siap untuk ditulisi dengan aneka rupa amalan, sikap dan tindakan.


Entah mengapa Ramadhan kali ini terasa begitu cepat berlalu. Seperti lintasan kilat yang hanya mampir seketika. Apakah ini salah satu tanda bahwa saya telah mengisi Ramadhan dengan kegiatan yang super positif sehingga menjadi tak berasa? Sebentar, saya evaluasi dahulu. Rasa-rasanya tidak mutlak demikian. Saya berkaca diri dan menemukan kesimpulan bahwa Ramadhan terasa begitu cepat karena saya tersibukkan dengan kegiatan yang padat, tapi lebih ke arah pekerjaan rutin saya sebagai karyawan dan bukan sebagai hamba ALLAH yang seharusnya memanfaatkan Ramadhan sebagai arena untuk meng-upgrade diri dalam kehidupan spiritual dan emosional. "Hhmmm, celaka!" pikir saya.

Kemudian saya memberikan aneka alasan pembenaran bahwa pekerjaan yang saya geluti juga diniatkan untuk ibadah kok. Jadi harusnya tetap bernilai di mata ALLAH. Benar demikian? Saya berharap sekali begitu adanya. Namun, urusan pahala sepenuhnya ALLAH yang menentukan. Saya hanya khawatir saja bilamana segala aktivitas saya di Ramadhan kemarin tidak membekas pahala yang melimpah. Rugi yang didapat. Na’udzubillah…

Namun, saya tak mau menghiraukan hal itu, karena sudah terjadi. Zona saya untuk berikhtiar mencari ladang pahala selama Ramadhan telah saya tunaikan semampu saya. Sepengetahuan yang saya tahu dan yang saya bisa. Sekarang, hanya sebuah do’a pengaharapan dalam penerimaan amal ibadah saya yang melayang ke langit. Berharap do’a saya mendapat prioritas dari ALLAH sebagai do'a yang layak didengar dan diijabah serta turut di-aamiin-kan oleh para malaikat. Aamiin.

Kini, Ramadhan nyata lenyap tahun ini. apa yang didapat dari perjalanan 1 bulan kemarin? Perubahan apa yang jelas dirasakan dalam qalbu? Jika jawabannya biasa-biasa saja, maka sebuah ungkapan yang tepat adalah: “hello, kemana saja kemarin? “ Ah, terasa tertampar. Saya belum memberikan yang terbaik yang saya punya. Janji saya untuk memberikan total berupa tenaga, waktu, harta dan jiwa tak terbukti. Saya malah hanya memberikan sisa waktu dengan KW tujuh mungkin. Yaa ALLAH, mohon ampunan atas keteledoran saya ini. Saya malah lebih sibuk mengurusi pekerjaan saya. Saya malah memberikan energi lebih untuk pertemuan dengan rekan-rekan dengan label ifthar jama'i. Saya malah terlalu malas dan membiarkan mata banyak terpejam. Sungguh yaa ALLAH, malu rasanya saya dengan semua ini.

Predikat taqwa yang Engkau janjikan sepertinya belum berhak saya terima. Saya tak mau congkak bahwa saya berhak menerimanya. Bahkan ketika 1 Syawal sebagai hari kemenangan ini dirayakan, saya pun bertanya-tanya apakah saya tergolong pada orang yang berhak mendapatkan kemenangan tersebut? Jika ya, apa buktinya? Dan lagi-lagi saya tak sampai hati menunjukkan kinerja pada-Mu yaa ALLAH. Saya tak punya cukup hasil untuk kemudian saya tukarkan dengan tiket kemenangan yang Engkau miliki.

Kini, saya berharap bahwa sedikit amal yang pernah saya lakukan selama Ramadhan kemarin akan diganjar sesuai. Saya tak akan protes jika hasilnya tidak memuaskan. Hanya saja saya bermohon untuk diberikan cukup umur untuk bisa bertemu kembali di Ramadhan tahun depan. Saya masih miliki niat besar untuk terus memperbaiki segala kekurangan saya. Tentunya, perbaikan yang dilakukan bukan harus menunggu Ramadhan tahun depan, tapi mulai dari sekarang juga. Biarkan Ramadhan kemarin menjadi sebuah bulan pembinaan yang membuat saya siap untuk menghadapai 11 bulan ke depan. Untuk bisa lebih bijak dan bersahaja dalam berniat, berucap dan bertindak. Untuk bisa memberikan kinerja yang lebih matang dan terencana demi hari kemenangan. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.

Sekarang, Syawal sudah di depan mata. Siap diisi dengan amalan yang lebih super. Semoga dampak Ramadhan kemarin akan terimplementasikan di 11 bulan ke depan. Dan semoga kelak akan menjadi salah satu cara saya untuk mendapatkan kemenangan yang dijanjikan ALLAH. Sebuah kemenangan yang hakiki, yaitu perwujudan ke-Maha Besar-an ALLAH seperti yang terkumandang dalam lafadz takbir yang bergema malam ini di seantero masjid di seluruh penjuru dunia. ALLAHU AKBAR!!! ALLAH Maha Besar yang terbukti dengan terwujudnya ISLAM sebagai jalan yang diredhoi-Nya untuk digunakan sebagai jalan hidup seluruh umat manusia. Aamiin.

Sebagai penutup, di penghujung Ramadhan saya selalu teringat dengan lagu dari Bimbo berjudul "Setelah Habis Ramadhan" berikut:

Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat - saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Reff:
Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya

surat perpisahan ramadhan 1434 H,
penghujung 7 agustus 2013 sekaligus penghujung Ramadhan 1434 H

1 komentar:

  1. Hiks hiks.. Mohon maaflahirdan batin ya suhaaa. Semoga tahun depan kita dipertemukan lagi dengan ramadhan. Eh, BTW, ramadhan itu anak RW mana ya :)

    BalasHapus