Selasa, 02 Juli 2013

sepenggal kisah tentang emak (nenek)

selamat petang,
selamat berdingin dalam udara dan angin yang begitu amboi.
di tengah suasana dingin seperti ini, sebagian orang mungkin sudah terlelap. sebagian tengah asyik menonton. sebagian masih menikmati obrolannya dengan orang terkasih. dan mungkin sebagian lagi tengah mengaji, kuliah malam atau belajar merampungkan skripsi dan tesisnya. apapun itu yang tengah menjadi kesibukan kawan-kawan, semoga senantiasa dikerangkai dalam tuntunan ibadah kepada ALLAH. aamiin :)

sesuai dengan janji saya harus menerbitkan 17 tulisan di juli 2013.
kali ini saya hendak menuturkan tulisan saya yang kedua di bulan ini.
sebuah tulisan yang terpikirkan untuk saya tulis tadi sore menjelang maghrib ketika saya berada dalam perjalanan pulang dari cibitung. mari tengok beritanya :)

kumandang adzan maghrib terdengar samar dari kejauhan di tengah jalan tol sekitaran bekasi. saat itu saya tengah berada dalam perjalanan pulang menuju bogor setelah bercengkrama di pabrik baru cibitung. sambil ditemani sebuah film action super ngilu, yaitu The Raid: Redemption, suasana di dalam bus kombinasi acak. tidur, asyik dengan tablet dan smartphone-nya masing-masing, fokus nonton, baca buku, dan lain sebagainya adalah aktivitas yang terlihat saat tadi.

tetiba, sebuah panggilan dari nomor yang tidak saya kenal sebelumnya masuk dan bergetar dari handphone saya. terdengar ucapan salam setelahnya, yang kemudian saya ketahui bahwa itu adalah dari emang saya (sebutan paman/pa' lik dalam bahasa sunda). dengan suara yang sedikit lirih saya mendengar lamat-lamat yang diucapakannya, yaitu berita mengenai emak (sebutan untuk nenek saya) yang katanya sedang dalam kondisi kepayahan. sebetulnya emang ingin bicara langsung dengan bapak saya, karena nomor bapak di bandung katanya tidak nyambung, sehingga akhirnya mengabarkan via saya sebagai keponakannya.

berita tak mengenakkan yang saya dengar, kawan. kondisi emak saya dalam keadaan yang sangat payah. sebetulnya saya sangat memakluminya karena emak sudah berumur lanjut, sekitar 80-90 tahunan, sehingga seharusnya kabar seperti ini bukan menjadi sebuah polemik yang harus diratapi, terlebih saya tahu kabar terakhir ketika bapak dan ummi menjenguk emak 2 bulan yang lalu, kondisinya memang sudah lama kurang sehat. beliau sudah tidak bisa berjalan dengan baik.


sedikit flashback, saya mungkin akan bercerita mengenai kehidupan masa lalu saya dalam tulisan ini, yang tentunya akan berkaitan dengan emak saya tersebut.

emak saya yang dimaksud adalah ibu dari bapak. sudah sejak bapak saya kecil, emak tinggal di karawang. sebuah kota yang saya pun tak tahu sejarahnya bagaimana bisa emak yang asli jogja ini bisa tersasar di tanah sunda yang terkenal dengan goyang karawangnya ini. jawaban saya kira-kira karena dibawa oleh suaminya, engkong saya (sebutan untuk kakek). mungkin.

well, emak adalah nenek satu-satunya yang saya punyai ketika terlahir. abah dan emak dari ummi saya sudah meninggal sejak ummi berumur 14 tahun. dengan demikian, ketika menikah dengan bapak, ummi dalam kondisi tak memiliki orang tua, sedangkan orang tua dari pihak bapak masihlah lengkap.

ketika saya sekolah kelas 3 SD, saya tinggal dan bersekolah selama 1 tahun di karawang. di rumah emak dan engkong . emak dan engkong saya memiliki 12 anak. 5 di antaranya masih hidup hingga sekarang. bapak saya anak ke-4, tetapi sekarang menjadi anak kedua paling tua.

menurut saya, engkong adalah tipikal pria hebat yang baik hati dan perhatian. walaupun saya hanya mengenal sebentar dan baru dekat ketika tinggal bersama setahun di karawang, saya selalu ingat beliau menunggu di depan gang acapkali cucu-cucunya (saya dan kakak) berangkat ke sekolah. kami dicegat untuk diberikan sejumlah uang koin yang saat itu senilai 100 rupiah sudah sangatlah berarti. cukup untuk membeli permen 4 buah atau chiki 1 bag. sayang sekali, engkong meninggal dunia ketika saya berumur masih sangat muda, yaitu kelas 6 SD (sekitar tahun 1998). info ini didapat ketika saya sekeluarga sudah tinggal di bandung. dan karenanya, tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang engkong yang baik hati ini. bahkan konon pengakuan langsung dari ummi, beliau sangat favorit dan terkesan dengan engkong :)

lain lagi halnya dengan emak. emak adalah tipikal perempuan jawa yang keibuan. pekerjaan utamanya memang lebih mengurus rumah tangga. tipikal ibu-bu jawa yang ulet, tapi anehnya walaupun orang jawa, emak terkenal cerewet. suara nyaringnya terkadang masih terngiang oleh saya. namun, saya tahu dari ummi bahwa emak itu sangat sayang pada menantu dan juga cucu-cucunya walaupun cara menunjukkan dengn ekspresi yang khas dengan gayanya sendiri. tidak banyak setelah ini yang bisa saya ceritakan tentang emak saya karena memang tidak banyak interaksi dengan beliau.

sedari remaja, dikisahkan bahwa bapak saya memang sudah terbiasa hidup jauh dengan engkong, emak, kakak dan adiknya yang padahal hanya tinggal di karawang. saya tak tahu pasti alasannya apa, tapi sampai saat ini saya selalu menghargai keputusan bapak saya seperti itu. namun, konsekuensinya keluarga saya sangat tidak dekat dengan keluarga besar di karawang. dan itu pula sebabnya semenjak kecil hampir bisa dikatakan bahwa saya tidak pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai kakek dan nenek.

kawan, mungkin bisa dibayangkan bagaimana kehidupan saya tanpa kasih sayang nenek dan kakek yang utuh? terkadang saya iri melihat kawan-kawan saya yang begitu asyik terlihat bermanja-manja dengan kakek neneknya. saling bergurau dan candaan yang mengundang selera. atau saya bahkan tidak enak hati manakali mendengar cerita kawan-kawan masa kecil saya--bahkan hingga sekarang--yang menceritakan kebersamaannya yang menyegarkan dengan kakek dan neneknya. ketahuilah saya sangat iri. karena saya tidak pernah merasakan itu. bahkan hingga sekarang. saya seolah memang tidak dilahirkan untuk bisa berbalas canda dengan kakek nenek. jadi, bersyukurlah bagi kawan-kawan yang masih memiliki kakek dan nenek yang masih utuh dan menyayangi kalian.

mengapa saya tidak merasakan itu? tentu karena ummi sudah yatim piatu semenjak berumur 14 tahun, dan kakek nenek dari bapak saya memang tidak cukup dekat dengan keluarga bapak saya. alasannya sederhana, dan mungkin tidak bisa saya sebutkan dalam forum ini. intinya, bukan karena ada konflik, tapi ada hal lain yang lebih prinsip dari itu.

dan sekarang, saya mengetahui dengan jelas bahwa emak sedang dalam kondisi payah. semua keluarga dan anak-anaknya sudah berkumpul, dan tengah menunggu bapak saya saja. saya tak tahu pasti apa yang tengah terjadi, tapi semoga dalam kondisi yang tidak semengerikan yang saya pikirkan. sampai saat tulisan ini saya buat, saya menelpon bapak, dan ternyata sebentar lagi bapak akan berangkat ke karawang sana walaupun tengah malam. semoga semuanya baik-baik saja, dan mohon sampaikanlah rasa sayang yang begitu dalam dari saya sebagai cucunya yang sudah begitu lama tak melihatnya. sesegera mungkin saya pun akan menyusul ke karawang esok hari, dan masih berharap masih bisa menemuimu, emak :) (saat saya menulis bagian ini, mata saya sembab dan air mata tak tertahankan jatuh pula)...

kawan-kawan, beruntunglah kalian yang masih memiliki kakek dan nenek secara utuh. saya pelajari bahwa kakek nenek justru malah lebih sayang kepada cucu-cucunya ketimbang pada anaknya sendiri lho. nikmatilah keberadaan mereka yang dekat dengan kalian. candailah dengan gurauan yang meneyenangkan hati mereka. sayangilah mereka dengan tulus seolah kalian tidak akan pernah melihatnya lagi. lakukanlah, tolong! karena seumur hidup saya, saya tak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan yang seperti itu. tolong lakukanlah demi saya!

teruntuk emak di karawang sana,

sata tahu bahwa saya mungkin bukan cucumu yang baik. dan saya pun tahu bahwa begitu anehnya hubungan antara nenek dan cucu yang terjalin antara kita. namun, emak tentu tahu bahwa jauh di lubuk hati saya ini, rasa sayang padamu tak terbantahkan. maaf atas segala khilaf cucumu ini, dan semoga baik-baik saja dan lekas fit kembali. aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar