Selasa, 22 Juli 2014

kebermanfaatan diri

beberapa minggu lalu, salah satu kawan saya yang juga kawan pemilihan peneliti remaja indonesia (PPRI) VIII mem-posting sebuah status inspiratif di facebook sebagai berikut:


ia menyebutkan satu per satu anggota  PPRI VIII tersebut beserta dengan tempat kuliah master dan doktor-nya masing-masing yang mana itu semua adalah universitas ternama di jepang dan inggris. luar biasa memang kawan-kawan saya ini. sesuai namanya peneliti remaja indonesia. tentu diberkahi kepintaran yang di atas rata-rata. hehehe (semoga saya termasuk :p)

dari postingan tersebut, akhirnya saya berdiskusi dengan istri sambil ngoborol-ngobrol bernostalgia. kami bisa bernostalgia karena berkat silaturahim PPRI VIII ini pulalah saya dan istri berjodoh. hehehe... dari sekitar dua belas orang yang masih akrab dan menyambung silaturahim, kebanyakan anggota PPRI VIII ini sudah bergelar master, sebagiannya sudah menjadi dosen, dan satu dua orang mulai malangkah menyongsong kandidat doktor di luar negeri sana. hanya sebagian kecil yang masih bergelar sarjana, dan satu di antaranya adalah saya.

sedari awal berada dan berinteraksi dengan perkumpulan ini, semangat belajar yang tinggi memang sangat terasa. tebaran inspirasi begitu mudah ditangkap. motivasi keilmuan nampak begitu terlihat di dahi masing-masing. halah lebay.

postingan facebook dari kawan saya tersebut merupakan salah satu kabar yang sangat menggembirakan di luar dari kabar gembira "si kulit manggis". pasalnya postingan tersebut menggambarkan bahwa saya berada pada suatu lingkungan yang secara intelektualitas tidak bisa dibilang main-main. barangkali mereka adalah perwujudan dari cendikiawan masa depan bangsa ini. dan saya bersyukur sempat mengenal mereka semua dalam hidup saya.

ada motivasi yang terbakar ketika membaca postingan tersebut. segumpal keinginan untuk meneruskan sekolah ke luar negeri seolah membesar dan kian berapi. pun dengan istri saya. ia merasa termotivasi untuk sekolah lagi ke luar negeri.

sejujurnya saya pun kepingin. tapi bagi saya pribadi kondisi untuk saat ini masih belum memungkinkan. sekolah ke jenjang lebih tinggi, saat ini belum menjadi prioritas walaupun cukup banyak orang yang meyakinkan saya bahwa saya pasti bisa dan mampu. tapi, yang mengetahui kondisi dan prioritas dalam hidup saya, ya saya sendiri, sehingga support dari rekan-rekan yang mendukung saya, sementara ini mohon maaf belum bisa diwujudkan menjadi nyata.

saya percaya bahwa ALLAH telah membuat skenario yang indah untuk masing-masing orang. tentunya sesuai dengan kadar usahanya--dan terkadang kadar keberuntungannya. hehehe. begitupun dengan kawan-kawan PPRI VIII yang begitu berprestasi dan berhasil menembus beasiswa kuliah di luar negeri. super sekali mereka. saya pikir itu semua sudah menjadi takdir sebagai balasan dari apa yang mereka usahakan. tapi bagi saya yang saat ini berperan sebagai seorang karyawan swasta, itu pun adalah takdir dari apa yang saya usahakan. walau (bisa jadi) terlihat tidak lebih beprestasi dibandingkan dengan rekan-rekan yang lain, tetapi saya percaya bahwa setiap orang hadir dengan kebermanfaatannya masing-masing di peran yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda.

jika saat ini saya diperankan sebagai karyawan, semoga ada sisi kebermanfaatan yang dirasakan oleh lingkungan sekeliling saya, misal untuk teman-teman sejawat, team kerja, teman main, teman komunitas, dan lain-lain. tak ada rasa minder pada diri walau belum bergelar master atau doktor karena sisi kebermanfaatan diri bukan dinilai karena semakin tingginya gelar pendidikan. pun dengan rekan-rekan PPRI VIII yang lain, yang bersekolah di luar negeri sana dengan perannya sebagai mahasiswa, sebagai peneliti, sebagai kandidat doktor, dan lainnya. saya percaya semuanya miliki sisi kebermanfaatan masing-masing yang juga mereka pikirkan dan mereka kembangkan untuk lingkungan di sekitar mereka.

jadi point-nya adalah tidak perlu merasa minder jika kita berada pada lingkungan yang secara strata ekonomi, pendidikan, pergaulan yang berbeda atau bahkan lebih tinggi, karena ada hal yang lebih penting dari dalam diri kita, yaitu sisi kebermanfaatan untuk orang lain dan lingkungan sekitar termasuk bangsa dan agama.


itulah yang akhirnya saya sampaikan kepada istri tatkala ada keinginan dalam dirinya untuk mengikuti jejak keren dari rekan-rekan PPRI VIII yang lain. untuk mengejar cita yang masih setinggi langit dan terus berusaha menorehkan prestasi.

saya pun mengakui bahwa motivasi dan cita yang ingin dicapainya adalah cita yang mulia, karenanya saya apresiasi dan tetap acungi jempol. bahkan tak sedikit pun saya melemahkan motivasinya tersebut, melainkan saya tetap dukung. tapi sekali lagi saya katakan bahwa tetap ada yang namanya prioritas. ada hal dan kondisi-kondisi tertentu yang perlu di-consider. apalagi sekarang sudah berkeluarga. pasti ada sisi kebermanfaatan lain yang jauh lebih mulia dibandingkan hanya sekedar menuruti ego. ada kebermanfaatan lain yang lebih menawan. percayalah! aseek. hehehe.

dan akhirnya diskusi saya dan istri saat itu menjadi terasa syahdu karena merembesnya kedamaian dalam diri saya tatkala dengan kejernihan pikirannya, istri saya mengatakan:
"tak mengapa saya tidak sampai sekolah ke luar negeri, tapi setidaknya saya selalu menjadi orang yang bermanfaat untuk suami, walau hanya untuk mengantar ke depan pintu gerbang melepas suami bekerja"

dan saya pingsan mendengar jawabannya. hahaha lebay. terharu mendengarnya. saya kecup keningnya. kami sama-sama tersenyum. dan kemudian diskusi di malam hari yang belum terlalu larut tersebut sama-sama kami tutup dengan kalimat manis berikut:
"biarlah mereka semua mengejar cita-citanya, tapi mereka masih mengejarnya sendiri. di sini, walau kita belum bisa seperti mereka, setidaknya kita mencoba mengejarnya bersama. ya bersama. berdua"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar